Rabu, 20 Agustus 2014

Bagaiman kalau mengatakan "Nabi saja pernah bersalah"?

Apakah dengan mengatakan "nabi aja pernah salah" atau bermaksud mengatakan begitu saya telah murtad? 
dan harus bersyahadad lagi?
maaf, ,
mau nagih tanggung jawab mujawib yang bilang "kata kyai saya kalau mengatakan nabi dan rosul itu bersalah maka harus bersyahadat" dalam postingan saya yang kemaren ^.^
benarkah demikian? referensinya?
memangnya apa saja sih yang mengharuskan saya bersyahadat lagi?
mohon cepat dijawab biar saya bisa tidur nyenyak hmmmm...
nb:kalo bersedia menjawab pake bahasa tingkat bawah saja nggeh biar saya mudeng ˊ_>ˋ
makasih

Sebuah pemahaman  memang kalo ngomongnya menuju murtad memang harus bersyahadat.

apakah dengan mengatakan "nabi aja pernah salah" atau bermaksud mengatakan begitu saya telah murtad?


bersyahadat dalam artian apa??apa itu dikategorikan keluar dari islam hingga harus bersyahadat??
Kitab Sulam Taufiq menerangkan tentang sebab2 orang menjadi murtad. Kan ada sebab I'tiqod, Sebab Ucapan dan sebab perbuatan...(Asbaburiddah)...Pun cespleng niku
Kalo memang dg tujuan merendahkan nabi yang mana nabi itu ma'sum/terjaga dr perbuatan keliru mk ya murtadz.
Syahadat sudah sering kita baca. Dulur. sebab paling tidak. kita sudah lakukan tiap hari dalam sehari semalam. Paling tidak 9 kali kita melakukan tasyahhud dalam shalat, yaitu 2 kali dalam shalat Dzhuhur, 2 kali dalam shalat Ashar, 2 kali dalam shalat Maghrib, 2 kali dalam shalat Isya’ dan 1 kali dalam shalat shubuh. Jadi syahadat yang mana lagi yang harus diucapkan? 
Syahadat itudiucapkan oleh orang kafir yang masuk Islam, sebagai tanda bahwa dirinya masuk Islam. Sedangkan orang yang sejak lahir sudah muslim, baginya syahadat bukan lagi tanda masuk Islam. Melainkan untuk menguatkan keimanan, atau memperbaharuinya.
Emg kronologinya bagaimana???
Kalo saya tangkap sih memang bahasa itu seolah meremehkan nabi, dgn mengatakan nabi bersalah seolah2 nabi tdk maksum. Kalo memang meremehkan saya bs paham knp ada yg komplain suruh syahadat. Makanya
harus jelas kronologi dan tujuan mas bilang gitu apa kmrn.


مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج (5/ 429) (أَوْ كَذَّبَ رَسُولًا) أَوْ نَبِيًّا أَوْ سَبَّهُ أَوْ اسْتَخَفَّ بِهِ أَوْ بِاسْمِهِ

أَوْ اسْتَخَفَّ بِهِ

IRSYADUL IBADS : وثالثھا: أنھ یشترط في صحة توبتھ النطق بالشھادتین، فلا یحصل إسلامھ ككافر أصليَ إلا بذلك ویزید حتماً من كفر بإنكار معلوم من الدین بالضرورة اعترافھ بما كفر بإنكاره، وندب لكل .مرتد الاستغفار رقم الجزء: 1 رقم الصفحة

Perlu di fahami bhw nabi itu ma'sum ( terjaga dr salah } bhkn terjaga dr perbutan hina yg halal   
Kalo bertujuan merendahkan nabi, sy tegaskan iya. wajib syahadad
Ibaroh jls اسْتَخَفَّ بِهِ
 


mohon di baca pelan-pelan saja (seperti lagunya Tantri)
---------------------------------------------------------------
saya kutip dari kitab Aqidatul awam

عِصْـمَـتُهُمْ كَسَـائِرِ الْمَلاَئِـكَهْ وَاجِـبَـةٌ وَفَـاضَلُوا الْـمَـلاَئِكَهْ
Mereka mendapat penjagaan Alloh (dari perbuatan dosa) seperti para malaikat seluruhnya. (Penjagaan itu) wajib bahkan para Nabi lebih utama dari para malaikat

selanjutnya
Imam Mufassir Fakhruddin al-Razi (w. 606 H / 1210 M) menyatakan:

المسألة الأولى: اختلف الناس في عصمة الأنبياء عليهم السلام وضبط القول فيه أن يقال: الاختلاف في هذا الباب يرجع إلى أقسام أربعة: أحدها: ما يقع في باب الاعتقاد، وثانيها: ما يقع في باب التبليغ، وثالثها: ما يقع في باب الأحكام والفتيا، ورابعها: ما يقع في أفعالـهم وسيرتهم…..
“Masalah pertama: Manusia berbeda pendapat tentang keterjagaan para nabi AS. Lebih tepatnya tentang itu dikatakan:
“Perbedaan pendapat pada bab ini kembali kepada empat begian:
Pertama, perkara yang terjadi pada bab keyakinan.
Kedua, perkara yang terjadi pada bab tabligh.
Ketiga, perkara yang terjadi pada bab hukum dan fatwa.
Dan keempat, perkara yang terjadi pada amal perbuatan dan tingkah laku para nabi……

واختلف الناس في وقت العصمة على ثلاثة أقوال: أحدها: قول من ذهب إلى أنهم معصومون من وقت مولدهم وهو قول الرافضة، وثانيها: قول من ذهب إلى أن وقت عصمتهم وقت بلوغهم ولم يجوزوا منهم ارتكاب الكفر والكبيرة قبل النبوة، وهو قول كثير من المعتزلة، وثالثها: قول من ذهب إلى أن ذلك لا يجوز وقت النبوة، أما قبل النبوة فجائز، وهو قول أكثر أصحابنا وقول أبي الـهذيل وأبي علي من المعتزلة / والمختار عندنا أنه لم يصدر عنهم الذنب حال النبوة البتة لا الكبيرة ولا الصغيرة،…..( تفسير الرازي، البقرة : 36، ج 3/427).

Dan manusia berbeda pendapat tentang masanya ‘ishmah menjadi tiga madzhab:

Pertama, madzhab orang yang mengatakan bahwa para nabi itu‘ishmah sejak kelahirannya, dan ini pendapat Rafidhah.

Kedua, madzhab orang yang mengatakan bahwa masa ‘ishmahnya itu setelah baligh, dan penganut madzhab ini tidak membolehkan para nabi mengerjakan kekufuran dan dosa besar sebelum menjadi nabi, dan ini adalah pendapat mayoritas Muktazilah.

Dan ketiga, madzhab orang yang mengatakan bahwa mengerjakan kekufuran dan dosa besar itu tidak boleh terjadi pada masa kenabian, adapun sebelum kenabian, maka boleh terjadi, dan ini adalah pendapat mayoritas teman-teman kami (Ahlussunnah Waljama’ah), dan pendapat Abu Hudzail dan Abu Ali dari Muktazilah. Sedang yang dipilih oleh kami adalah pendapat bahwasanya tidak keluar dari para nabi pada masa kenabiannya dosa secara pasti, baik dosa besar atau dosa kecil……” (Lihat; Tafsir al-Raazi, al-Baqarah ayat 36, juz 3, hal. 427)

Dan Imam Abu Manshur al-Qahir al-Baghdadi (w. 429 H), dalam kitabnya, Kitab Ushul al-Diin, menyatakan:

أجمع أصحابنا على وجوب كون الأنبياء معصومون بعد النبوة عن الذنوب كلها، ….. وأجازوا الذنوب قبل النبوة، …..
“Teman-teman kami (Ahlussunnah Waljama’ah) telah ijmak atas wajibnya kemakshuman para nabi setelah kenabian dari semua dosa,….. Dan mereka telah membolehkan dosa-dosa itu sebelum kenabian,…..” (Imam Abu Manshur al-Qahir al-Baghdadi, Kitab Ushuluddiin, Daar al-Kutub al-Ilmiyyah, Berut, cet. I, 1981 M/1401 H, hal. 167-168)

Dan al-Imam al-Mulla Ali al-Qari al-Hanafi menyatakan:
وفي شرح العقائد أن الأنبياء عليهم الصلاة والسلام معصومون عن الكذب خصوصا فيما يتعلق بأمر الشرع وتبليغ الأحكام وإرشاد الأمة أما عمدا فبالإجماع، وأما سهوا فعند الأكثرين، وفي عصمتهم عن سائر الذنوب تفصيل وهو أنهم معصومون عن الكفر قبل الوحي وبعده بالإجماع، وكذا عن تعمد الكبائر عند الجمهور خلافا للحشوية، وأما سهوا فجوزه الأكثرون، وأما الصغائر فتجوز عمدا عند الجمهور خلافا للجبائي وأتباعه، وتجوز سهوا باتفاق إلا ما يدل على الخسة كسرقة لقمة وتطفيف حبة، لكن المحققين اشترطوا أن ينبهوا عليه فينتهوا عنه هكذا كله بعد الوحي، وأما قبله فلا دليل على امتناع صدور الكبيرة خلافا للمعتزلة ومنع الشيعة صدور الصغيرة والكبيرة قبل الوحي وبعده.

“Dalam Syarh al-‘Aqaaid dinyatakan bahwa para nabi AS itu terjaga dari dusta, apalagi pada perkara yang berhubungan dengan perintah syara’, menyampaikan hukum, dan membimbing umat. Adapun melakukannya dengan sengaja, maka dengan dalil ijmak. Adapun melakukannya dengan lupa, maka miturut mayoritas ulama. Dan dalam terjaganya para nabi dari dosa-dosa yang lain, maka diperinci, yaitu bahwa para nabi terjaga dari kufur sebelum menerima wahyu dan setelahnya, dengan dalil ijmak, juga dari sengaja melakukan dosa besar, miturut jumhur, berbeda dengan sekte Hasyawiyah. Adapun melakukannya karena lupa, maka dibolehkan oleh mayoritas ulama. Adapun dosa-dosa kecil, maka boleh dilakukan dengan sengaja, miturut jumhur, berbeda dengan al-Jubai dan pengikutnya, dan boleh karena lupa, dengan kesepakatan ulama, kecuali pekerjaan yang menunjukkan sifat rendah dan hina seperti mencuri sesuap makanan atau mengurangi sebiji takaran. Akan tetapi ulama ahli tahqiq mensyaratkan adanya kesadaran para nabi terhadap perbuatan itu lalu mereka menghentikannya. Ini semua setelah mendapat wahyu. Adapun sebelumnya, maka tidak ada dalil yang melarang keluarnya dosa besar dari calon para nabi, berbeda dengan sekte Muktazilah dan larangan sekte Syiah atas keluarnya dosa kecil dan besar sebelum dan setelah menerima wahyu.”
 



klo  gk ada tujuan istikhfaf ya gk la, tp alangkah baiknya klo baca syahadat agar kalo ada kekeliruan diampuni.
 Yang mengatakan : "Nabi aja bisa salah"...dpat ditinjau dari dua:

A. Kalo bermaksud menghina Nabi, meremahkan maka murtad..

B. Kalo krna ketidaktauannya (asbun) yo rapopo tah.

Nabi khan dimaksum, waktu pernah salah saat sholat dzuhur dua raka'at itu adalah menjadi "contoh" bagi ummatnya bgmna cara membenarkan kesalahan yg tdak disengaja...mekaten




"Ketidaksengajaan itu bukanlah suatu kesalahan, sehingga tdak ada hukum terhadapnya"...seperti tidur angler kebablasen bangun subuh, dst


Tp apa salahnya baca syahadat, Baca istighfar jg ga perlu nunggu dosa kok. Baca syahadat jg bs sewaktu sewaktu ga mesti mau masuk islam.

sy rasa sudah cukup jelas jawaban teman2 atas pertanyaan anda..insya Allah bermanfaat buat kita semua,juga sebagai tambahan ilmu..wallahu a'lam
-------------------------------------------------------------------------------------------------
 yg d maksut arya adalah ;apakah posisi arya telah murtad dri apa'' yg telah terlanjur d 'post',yg menurut pengakuan'a hal itu d lakukan tanpa adanya keniatan untuk meremehkan,tp mencoba mengambil hikmah dripada suatu perkara ..??
Tp saya pernah baca, tdk selayaknya menyandingkan sifat "kurang" atau apapun yg jelek kepada nabi. Krn ya konteksnya dan hikmahnya beda.
Contoh paling gampang nabi itu ummy. Tdk bs baca tulis, yg kalo ukuran skrg ya "jelek". Tp jgn sampai misal kita tdk bisa baca tulis trs berani bilang, "Nabi saja ga bisa baca tulis, apalagi saya, bs dimaklumi" termasuk mgkn kata "nabi aja bisa salah". Krn "salah"nya Nabi ada hikmah dibaliknya. Bisa memang itu pengajaran kpd kita spt contoh lupanya dlm sholat zuhur. Ato misal "ummy" nya nabi justru semakin menunjukkan eksistensi kebenaran alquran sebagai kalamulloh.
Sekian

.membimbing adalah sifat orang yang berilmu . . . Bukan memojokkan seseorang yg butuh bimbingingan . .

itu thariqah,nya imam Asshawi almaliki dlm kitab tafsirnya pada ayat:
{فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ} [البقرة: 36]
menyatakan: bahwa orang yang mengatakan nabi adam sengaja melanggar perintah allah dan berma'siat kpdnya, dlm arti nabi adam melakukan dosa baik besar/kecil, maka orang itu kafir. dan kafir juga, orang yg meniadakan ma'siat nabi adam krna nas ayat"

maka kalau sudah kafir, berarti wajib syahadat.

dan bagaimana menyikapi perbuatan nabi adam? diam saja, tidak usah dibahas.. begitu juga para nabi yang lain...

berikut ta'birnya:

إن قلت إن ذلك ظاهر في حواء لعدم عصيانها، وما الحكم في آدم؟
أجيب: بأنه اجتهد فأخطأ، فسمى الله خطأه معصية، فلم يقع منه صغيرة ولا كبيرة وإنما هو من باب حسنات الأبرار وسيئات المقربين فلم يتعمد المخالفة، ومن نسب التعمد والعصيان له بمعنى فعل الكبيرة أو الصغيرة فقد كفر كما أن من نفى اسم العصيان عنه فقد كفر أيضا لنص الآية اهـ حاشية الصاوي على الجلالين 1/23

maksud krna nas ayat: adalah firman allah:
{وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى} [طه: 121]


     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar