Syaikh Al-Bakri Syatha' Ad-Dimyathi, didalam kitabnya I'anauth Thalibin (I/88) memaparkan permasalahan ini dengan mengutip penjelasan Imam al-Suyuthi sebagai berikut:
قال شيخنا كالسيوطي تبعا لبعض المتأخرين إنه يعفى عن يسير عرفا …وما على رجل ذباب وإن رؤي
( قوله وعما على رجل ذباب ) أي ويعفى عن النجس الذي على رجل الذباب في الماء وغيره
فهو معطوف على قوله عن يسير عرفا
( وقوله وإن رؤي ) أي يعفى عنه مطلقا سواء رؤي أم لم ير
فإن قيل كيف يتصور العلم به وهو لم ير أجيب بأنه يمكن تصويره بما إذا عفى الذباب على نجس رطب ثم وقع على شيء فإنه لا ينجس
ويمكن تصويره أيضا بما إذا رآه قوي البصر والمنفي رؤية البصر المعتدل
Berkata Guru Kami seperti Imam al-Suyuthi dengan mengikuti ulama-ulama muta-akhkhiriin "Sesungguhnya dima’fu (diampuni) sesuatu yang menurut ‘urf naas (penilaian orang banyak) dianggap sedikit, seperti sesuatu yang terdapat pada kaki lalat meskipun dapat terlihat.
(Keterangan sesuatu yang terdapat pada kaki lalat) artinya dan diampuni najis yang terdapat pada kaki lalat yang hinggap pada air atau lainnya
(Keterangan meskipun dapat terlihat) artinya hokum diampuni kenajisannya mutlak baik najisnya terlihat atau tidak.
Bila dipertanyakan “Bagaimana dapat digambarkan mengetahui najisnya sementara dikatakan najisnya tidak terlihat ?”
Maka jawabannya “Penggambarannya :
1.Semisal lalat yang hinggap pada benda najis yang kemudian dia berada pada suatu benda maka benda tersebut tidak menjadi najis.
2.Najis yang terdapat pada kaki lalat tersebut dapat dilihat oleh orang yang memiliki penglihatan yang amat tajam tapi tidak dapat dilihat oleh mata orang pada umumnya".
red. Ibnu L' Rabassa
Mumu BSA/Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah KTB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar