Qira’ah Untuk Mayyit Berdasarkan Yang Rajih dan Shahih adalah Sampai Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin al-Wahhabi
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
merupakan Syaikhul Wahhabiyah yang fatwa-fatwanya banyak menjadi rujukan
pengikut Wahhabiyah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin
Shalih bin Muhammad bin Utsaimin al-Wahib at-Tamimi atau lebih dikenal
dengan Syaikh al-Utsaimin. Dalam beberapa fatwanya, terdapat pernyataan
menarik yang mungkin jarang di publikasikan oleh pengikut Wahhabiyah
tentang bacaaan al-Qur’an untuk orang mati. Berikut diantara pernyataan
beliau :
JAWABAN AL-’USTAIMIN TENTANG AN-NAJM AYAT
39 وسئل فضيلة الشيخ: هل قوله تعالى: {وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى} يدل على أن الثواب لا يصل إلى الميت إذا أهدي له؟
Fadlilatusy Syaikh ditanya : apakah firman
Allah {wa an laysa lil-insaani ilaa maa sa’aa} menunjukkan atas bahwa
pahala tidak sampai kepada mayyit apabila di hadiahkan untuknya ?
فأجاب
بقوله: قوله – تعالى-: {وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى}
المراد -والله أعلم- أن الإنسان لا يستحق من سعي غيره شيئًا، كما لا يحمل
من وزر غيره شيئًا، وليس المراد أنه لا يصل إليه ثواب سعي غيره؛ لكثرة
النصوص الواردة في وصول ثواب سعي الغير إلى غيره وانتفاعه به إذا قصده به
Jawab : tentang firman Allah { wa an
laysa lil-insaani illaa maa sa’aa } maksudnya –wallahu a’lam- bahwa
manusia tidak berhak terhadap usaha orang lain, sebagaimana seseorang
tidak memikul sesuatu tanggungan orang lain, namun maksudnya bukanlah
bahwa pahala usaha orang lain tidak sampai kepadanya, sebab banyak
nas-nas yang warid tentang sampainya pahala usaha orang lain kepada
orang lain dan memberi manfaat dengan hal itu apabila di qashadkan
(ditujukan) untuknya.
PENDAPAT YANG SHAHIH TENTANG QIRA’AH (BACAAN AL-QUR’AN) UNTUK MAYYIT ADALAH SAMPAI
وأما
القراءة للميت بمعنى أن الإنسان يقرأوينوي أن يكون ثوابها للميت، فقد اختلف
العلماء رحمهم الله هل ينتفع بذلك أو لا ينتفع؟ على قولين مشهورين الصحيح
أنه ينتفع، ولكن الدعاء له أفضل
“Pembacaan al-Qur’an untuk orang mati
dengan pengertian bahwa manusia membaca al-Qur’an serta meniatkan untuk
menjadikan pahalanya bagi orang mati, maka sungguh ulama telah
berselisih pendapat mengenai apakah yang demikian itu bermanfaat ataukah
tidak ? atas hal ini terdapat dua qaul yang sama-sama masyhur dimana
yang shahih adalah bahwa membaca al-Qur’an untuk orang mati memberikan
manfaat, akan tetapi do’a adalah yang lebih utama (afdlal).
” PENDAPAT YANG RAJIH TENTANG QIRA’AH (BACAAN AL-QUR’AN) UNTUK MAYYIT ADALAH SAMPAI
سئل فضيلة الشيخ: عن حكم التلاوة لروح الميت؟
Fadlilatusy Syaikh ditanya tentang hukum tilawah (membaca al-Qur’an) untuk orang mati ?
فأجاب
قائلًا: التلاوة لروح الميت يعني أن يقرأ القرآن وهو يريد أن يكون ثوابه
لميت من المسلمين هذه المسألة محل خلاف بين أهل العلم على قولين: القول
الأول: أن ذلك غير مشروع وأن الميت
لا ينتفع به أي لا ينتفع بالقرآن في هذه الحال. القول الثاني: أنه ينتفع
بذلك وأنه يجوز للإنسان أن يقرأ القرآن بنية أنه لفلان أو فلانة من
المسلمين، سواء كان قريبًا أو غير قريب.
Jawaban : Tilawah untuk roh orang mati
yakni membaca al-Qur’an karena ingin memberikan pahalanya untuk mayyit
(orang mati) yang muslim, masalah ini terdapat perselisihan diantara
ahlul ilmi atas dua pendapat :
Pertama, sungguh itu bukan perkara yang
masyru’ (tidak disyariatkan) dan sungguh mayyit tidak mendapat manfaat
dengan hal itu yakni tidak mendapatkan manfaat dengan pembacaan
al-Qur’an pada perkara ini.
Kedua, sesungguhnya mayyit mendapatkan
manfaat dengan hal itu, dan sesungguhnya boleh bagi umat Islam untuk
membaca al-Qur’an dengan meniatkan pahalanya untuk fulan atau fulanah
yang beragama Islam, sama saja baik dekat atau tidak dekat (alias jauh). والراجح: القول الثاني لأنه ورد في جنس العبادات جواز صرفها للميت
Dan yang rajih (yang kuat) : adalah qaul
(pendapat) yang kedua, karena sesungguhnya telah warid sebagai sebuah
jenis ibadah yang boleh memindahkan pahalanya untuk mayyit (orang mati),
[]
SUMBER : MAJMU’ FATAWA WA RASAA’IL MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN
oleh عبدالرحيم الثوري pada 20 Maret 2011 jam 5:43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar