Agung Irfani
Assalamualaikum...
Mohon bantuan jawabannya....
==== takbirotul ihrom ===
Didaerah saya sering saya temui orang yang saat akan meletakkan tanganya
ke perut melakukan gerakan memutar dan ketika saya tanya
kenapa engkau melakukan gerakan memutar...?
Ia menjawab : mendahulukan yang kanan (tayamun)
Pertanyaan.
Apakah benar mendahulukan anggota yg kanan masuk pada gerakan sholat...?
kalau ada referensinya mohon disertakan..
terimakasih atas jawabannya...
Wassalamualaikum...
JAWABAN
> Ical Rizaldysantrialit
Saya blm menemukan keterangan ibarat memutar kedua tangan sebelum
meletakkannya dibawah dada.dan sependek pengetahuan saya,dalam sholat
tidak dikenal istilah tayamun.Berikut kaifiyat yang bisa di temui dalam
kitab fiqih :
- i'anatuth tholibin juz 1 hal 134
(ويجب إسماعه) أي التكبير، (نفسه) إن كان صحيح السمع، ولا عارض من نحو لغط.
(كسائر ركن قولي) من الفاتحة والتشهد والسلام. ويعتبر إسماع المندوب
القولي لحصول السنة
“Wajib memperdengarkan takbir terhadap dirinya sendiri jika orang
tersebut pendengarannya sehat, dan juga tidak ada yang menghalangi
seumpama kegaduhan (suara), demikian juga (wajib mengeraskan) pada
seluruh rukun-rukun yang bersifat qauliyah (ucapan), semisal Al-Fatihah,
Tasyahud dan salam. (hendaknya dibaca keras sekiranya dapat didengar
dirinya sendiri) pada bacaan yang dihukmi mandub (sunnah) sepaya bisa
mendapatkan kesunnahan (shalat)” [Fathul Mu’in]
Disunnahkan mengangkat kedua telapak tangan pada saat takbiratul Ihram
atau salah satunya, jika memang sulit untuk mengangkat keduanya atau ada
sebab lainnya dan harus dalam keadaan terbukan – jika tertutup hokumnya
makruh-, jari-jari renggang antara satu dengan yang lainnya, tingginya
sejajar dengan dua pundak (منكبيه).
Prakteknya sebagai berikut, dijelaskan dalam kitab Fathul Mu’in,
بحيث يحاذي أطراف أصابعه على أذنيه، وإبهاماه شحمتي أذنيه، وراحتاه منكبيه، للاتباع. وهذه الكيفية تسن
“Ujung jari sejajar dengan ujung telinga, ibu jari sejajar dengan putik
telinga, dan kedua tapak tangan sejajar dengan kedua pundak, karena
Ittiba’ (mengikuti) Rasulullah. Cara seperti inilah yang disunnahkan”.
Dijelaskan dalam Kitab I’anah Thalibin tentang Ittaba’ yang dimaksud pada keterangan diatas, sebagai berikut ;
(قوله: للاتباع) دليل لسنية الرفع حذو منكبيه، وهو ما رواه ابن عمر: أنه كان يرفع يديه حذو منكبيه إذا افتتح الصلاة
“(Dan mengenai perkataan “lilittaba’”) dalil untuk kesunnahan mengangkat
tangan sejajar pundak, adalah sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Umar ;
bahwa sesungguhnya Nabi Shalallahu ‘alayhi wa sallam mengangkat tangan
sejajar dengan pundak ketika memulai shalat”
Disunnahkan juga meletakkan kedua tangan dibawah dada dan diatas pusat,
sebagai bentuk Ittiba’ kepada Nabi, serta pergelangan kiri dipegang oleh
tangan kanan. Berikut redaksinya,
(ووضعهما تحت صدره) وفوق سرته، للاتباع. (آخذا بيمينه) كوع (يساره) وردهما
Mengenai “Lil-ittiba’/karena mengikuti (Rasul)” diatas, dijabarkan dalam I’anah Thalibin sebagai berikut ;
(قوله: للاتباع) وهو ما رواه ابن خزيمة في صحيحه، عن وائل بن حجر، أنه قال: صليت مع النبي فوضع يده اليمنى على يده اليسرى تحت صدره
“Mengenai (للاتباع) adalah sebagaimana diriwayatkan Ibnu Khuzaimah
didalam kitab Shahihnya, dari Wail bin Hajar mengatakan, “aku shalat
bersama Nabi, kemudian meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dan
dibawah dada”.
Didalam Nihayatuz Zain, karangan Al-Imam An-Nawawi Ats-Tsaniy, juga dijelaskan hal yang sama ;
(ووضعهما) أي الكفين (تحت صدره آخذاً بـيمينه يساره) أي قابضاً كوع يساره
بكفه اليمنى ويجعلهما تحت صدره وفوق سرته مائلتين إلى جهة يساره قليلاً،
لخبر مسلم عن وائل: «أنه رفع يديه حين دخل في الصلاة ثم وضع يده اليمنى على اليسرى»
“(disunnahkan) meletakkan kedua tangan dibawah dadanya, tangan kanan
memegang tangan kiri yaitu pergelangan tangan kiri dipegang dengan
telapak tangan kanan dan diletakkan dibawah dada serta diatas pusat agak
condong (geser) kearah (sebelah) kiri sedikit, berdasarkan hadits Imam
Muslim dari Wail ; sesungguhnya Nabi memasuki shalat mengangkat
tangannya kemudian meletakkan tangan kanannya diatas tangan kiri”
Didalam Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab karangan Al-Imam Hujjatul Islam An-Nawawi, 4/114, didalam kitab tersebut dijelaskan ;
واستحباب وضع اليمنى على اليسرى بعد تكبيرة الإحرام ويجعلهما تحت صدره فوق
سرته هذا مذهبنا المشهور وبه قال الجمهور وقال أبو حنيفة وسفيان الثوري
واسحاق بن راهويه وأبو إسحاق المروزي من أصحابنا يجعلهما تحت سرته وعن علي
بن أبي طالب رضي الله عنه روايتان كالمذهبين وعن احمد روايتان كالمذهبين
ورواية ثالثة أنه مخير بينهما ولا ترجيح وبهذا قال الأوزاعي وبن المنذر
وعن مالك رحمه الله روايتان أحداهما يضعهما تحت صدره والثانية يرسلهما ولا
يضع إحداهما على الأخرى وهذه رواية جمهور أصحابه وهي الأشهر عندهم وهي مذهب
الليث بن سعد وعن مالك رحمه الله أيضا
“Disunnahkan meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri setelah
takbiratul Ihram dan meletakkan keduanya dibawah dada dan diatas pusat,
inilah yang Masyhur dari Madzhab kami (madzhab Syafi’iyyah), dan
demikian juga Jumhur ulama dan Imam Abu Hanifah, dan Imam Sufyan
Ats-Tsauriy, Imam Ishaq bin Rohawaih, Imam Abu Ishaq Al-Marwazi dari
kalangan ashab kami (ulama syafi’iiyah) meletakkan keduanya (tangan
kanan dan kiri) dibawah pusat, dan dari Ali bin Abi Thalib ada dua
riwayat sebagaimana dua pendapat, dan Imam Ahmad ada dua
riwayat/pendapat, dan ada riwayat ketiga yang memilih diantara dua
keduanya dan tidak melakukan tarjih dan dalam hal ini berkata Imam
Auza’iy dan Ibnu Mundzir , dan dari Imam Malik ada dua riwayat/pendapat
salah satunya meletakkan keduanya (tangan kiri dan kanan) dibawah dada,
dan yang kedua yaitu melepaskan (kebawah) dan tidak meletakkan pada
salah satunya, inilah riwayat/pendapat jumhur ulama dalam madzhabnya dan
yang masyhur dalam madzhab mereka yaitu madzhab Laits bin Said dan juga
dari Imam Malik rahimahullah”
Wallahu A'lam
> Penawar Rinduku
begini : secara fiqh seperti itu. klo secara thoriqoh y seperti itu.
untuk menengahi yg pnting usahakn tdk smpe bergerak 3 kali agar tdk
disalahkn dg dianggap tdk sah. dan tntunya diletakkn di bawah pusar ,
atau antara dada dan pusar, atau di dada di bawah puting kiri itu ada
smua. yg pnting dihindari terjadinya dianggap batalnya shlat dg prbuatan
itu yakni brgerak brkelanjutan smpai tiga kali. wallohu a'lam .
LINK ASAL
Artikel Terkait
- 3408. FIQIH SHOLAT : SHOLAT ISTIKHOROH DAN KAIFIYATNYA
- 3405. FIQIH SHOLAT : BACAAN SHOLAT WITIR SATU ROKA'AT
- 3403. FIQIH SHOLAT : MENOLEH KE KANAN DAN KIRI SETELAH SALAM TAROWIH
- 3431. FIQIH SHOLAT : SUJUD SAHWI
- 3426. FIQIH SHOLAT : DASAR HUKUM SHOLAT TASBIH
- 3417. FIQIH SHOLAT : SUNAH MEMBACA SURAT BAGI MA'MUM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar