“Sungguh Aku Rasulullah (utusan Allah), dan tidak akan Allah membiarkanku dan mengecewakanku selama lamanya (abadi penjagaan dan perhatian kasih sayang Allah padaku selamanya) ” (Shahih Bukhari)
keharuman rasulullah sawPerjanjian Hudaibiyah, yaitu pada Bulan Zulqa’dah tahun ke-6 Hijriyah dimana Rasul Shollallahu ‘alayhi wasallam keluar dengan 1500 muslimin untuk menunaikan Umrah ke Makkah Al-Mukarramah, dan tertahan di Dzil Hulaifah dan di saat itulah Rasul shollallahu’alayhi wa sallam di tahan oleh Kuffar Qurays dan tidak diperbolehkan masuk ke Makkah Al Mukarramah .
Maka Rasul shollallahu ‘alayhi wa sallam diminta untuk membuat perjanjian oleh kuffar Qurays dan Rasul setuju.
Apa yang dituliskan?
Sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari; bahwa Rasulullah di dalam surat perjanjian itu menuliskan “Muhammad Rasulullah”, maka mereka (Kuffar Qurays) berkata: “Jangan tulis “Rasulullah”, kami tidak mengakui bahwa kamu utusan Allah, tulis “Muhammad bin Abdillah”!!”. Maka Rasul Shollallahu’alayhi wasallam memerintahkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw untuk menghapus kalimat Rasulullah (sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari), tapi Sayyidina Ali (menangis) bertahan jari-jarinya (terpaku gemetar) tidak mampu menghapus kalimat Rasulullah Shollallahu’alayhi wa sallam, maka Rasul sendiri yang menghapus dengan tangannya saw, “Muhammad bin Abdillah”, ikuti apa yang mereka minta, kata Rasulullah”.
Maka perjanjian ditulis diantaranya adalah, kalau seandainya ada orang yang keluar dari Makkah untuk masuk Islam dari keluarga Kuffar Qurays maka harus dikembalikan kepada mereka, maka Rasul berkata; “setuju“, maka berkata Sayyidina Umar ibn Khatthab: “Ya Rasulallah alasnaa ‘alal haqq, wa hum ‘alal baathil”? (Wahai Rasulullah, bukankah kita dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan?),
maka Rasul menjawab: ”betul, kita dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan“. Maka berkata Sayyidina Umar: “ lantas kenapa kau masih membuat perjanjian, mereka mengatakan kalau ada orang masuk islam maka harus diserahkan kepada mereka lagi, entah dibantai atau dibunuh dan kau setuju?”, Rasul berkata :
ياَابْنَ الْخَطَّابْ : إِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ وَلَنْ يُضَيِّعَنِيَ اللهُ أَبَدًا…!
“ Wahai Umar Ibn Khattab: Aku utusan Allah, Allah tidak akan pernah mengecewakanku selama-lamanya..!”
maka Sayyidina Umar Ibn Khatthab terdiam. Kemudian ia datang kepada Sayyidina Abu Bakr As-Shiddiq ra dan berkata: “Ya Aba Bakr, alasnaa ‘alal haqq wa hum ‘alal baathil?” (bukankah kita dalam kebenaran, dan mereka dalam kebathilan?), maka Sayyidina Abu Bakr menjawab: “Betul, lalu Rasulullah berkata apa ?”, Sayyidina Umar berkata : “Rasulullah mengatakan:
إِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ وَلَنْ يُضَيِّعَنِيَ اللهُ أَبَدًا
“ Aku Utusan Allah, Allah tidak akan mengecewakanku selama-lamanya”
Maka Sayyidina Abu Bakr As-Shiddiq berkata :
إِذَنْ, لَنْ يُضَيِّعَهُ اللهُ أَبَدًا
“Kalau begitu, Allah tidak akan mengecewakan beliau selama-lamanya”
Allah tidak membiarkannya, Allah pasti menolongnya dalam keadaan apapun.
Hujjatul Islam Wa Barakatul Anam, Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Baari Bisyarh Shahih Al Bukhari mensyarahkan makna hadits ini, mengapa Sayyidina Umar mengatakan hal itu kepada Rasul Shollallahu’alayhi wa sallam? maksudnya menginginkan ta’kid, agar diperjelas apa makna perjanjian hudaibiyah itu? maka Rasulullah memanggil Sayyidina Umar dan membacakan surah Al Fath sampai akhir surah, yang mana ayat diantaranya adalah:
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ( الفتح : 01
“Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah, Tangan Allah di atas tangan mereka” ( QS. Al Fath : 10 )
Mereka yang bersumpah setia kepada Nabi Muhammad dalam perjanjian Hudaibiyah, sungguh mereka telah bersumpah setia kepada Allah dan tangan pertolongan Allah di atas tangan mereka. Maka janji setia mereka kepada Rasul adalah janji setia Allah kepada mereka. Maka berkata Sayyidina Umar :
ياَرَسُولَ اللهِ هَلْ هُوَ اْلفَتْحُ ؟
“Apakah ini janji kemenangan kita” ?,
Rasul saw menjawab : “Ya, ini janji kemenangan kita”. Maka kuffar Qurays tidak mengijinkan mereka ke Makkah, dan tidak lama kemudian Rasululullah kembali ke Madinah.
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, di saat itu mereka dalam kehausan maka Rasul diberi air satu bejana kecil dan Rasul shollallahu ‘alayhi wa sallam minum, dan orang-orang berdiri di hadapan Rasul mengerubuti, Rasul bertanya : Ada apa dengan kalian?,
para sahabat berkata : “Ya Rasulullah tidak ada air selain itu yang dihadapanmu kita semua kehabisan air”, 1500 orang.
Maka Rasulullah memerintahkan mengambil bejana yang lebih besar kemudian beliau menaruhkan jari-jarinya di dalam bejana besar itu, maka mengalirlah air dari jari-jari Rasulullah, para sahabat berkata: “ kita minum dan kita wudhu, kita minum dan kita wudhu jumlah kami 1500 orang, seandainya kami 100.000 orang pastilah air itu mencukupi kami “, karena air itu terus mengalir dari jari-jari Nabi Muhammad Rasulullah shollallahu’alayhi wasallam.
Mengapa beliau menolak masuk ke Makkah dan mengikuti perjanjian kuffar qurays? , padahal beliau bisa mempunyai mukjizat sekali mengangkat tangannya untuk memendam kuffar qurays, pastilah kuffar qurays akan terpendam di dalam bumi.
Namun beberapa waktu kemudian datanglah waktu fath Makkah dan terbukalah Makkah untuk selama-lamanya, dan tidak disentuh kuffar selama-lamanya dari kesabaran Sayyidina Muhammad Shollallahu ‘alayhi wa sallam. Nabi Muhammad mundur di perjanjian Hudaibiyah membuat kembalinya kemenangan di Makkah sampai kiamat tidak pernah ada dari kuffar qurays yang menaruh satupun berhala di Ka’bah, demikian kemenangan abadi Sayyidina Muhammad shollallahu ‘alayhi wa alihi wasallam.
Apa makna sabda Rasulullah “Aku utusan Allah, Allah tidak akan pernah mengecewakanku selama-lamanya“, makna dari kata selama-lamanya secara ringkas adalah walaupun beliau telah wafat, maka para pecinta dan pembela beliau tidak akan disia-siakan oleh Allah SWT selama-lamanya hingga hari kiamat. Maka seluruh pecinta Rasulullah, dan pembela Rasulullah tetap dalam kemuliaan “Lan Yudhayyi’ani Allahu abadaa” (Allah tidak akan mengecewakanku selama-lamanya).
Berkata Urwah ra di dalam Shahih Al Bukhari : “Aku melihat pengagungan rakyat terhadap kaisar Persia, aku melihat pengagungan rakyat terhadap kaisar Romawi , aku melihat pengagungan rakyat terhadap kaisar Najasyi dan lain sebagainya, tapi tidak pernah kulihat pengagungan seperti pengagungan sahabat-sahabat Nabi Muhammad kepada Nabi Muhammad saw. Dan tiadalah beliau saw berwudhu’ kecuali para sahabat berebutan mengambil air bekas wudhu’ beliau dan mengusapkan di wajah mereka, dan tiadalah beliau saw mengeluarkan air ludahnya kecuali telah dipegang oleh tangan sahabat dan diusapkan ke wajahnya”, demikian riwayat Shahih Al Bukhari.
Al Imam Qadhi ‘Iyadh di dalam kitabnya As Syifaa’ mensyarahkan ketika cucu beliau saw Sayyidina Hasan ra & Husain ra (ra: Radhiyallahu ‘anhu: Allah telah meridhoi mereka, gelar untuk para shabat nabi saw dan keluarga beliau saw yg hidup dizaman nabi saw dalam keadaan muslim) dalam keadaan sangat kehausan dan Rasul hanya punya air zamzam sedikit, maka Rasul shollallahu ‘alayhi wasallam memasukkan air itu ke mulutnya dan berkumur kemudian mengeluarkannya kembali, berkatalah Sayyidina Anas bin Malik:
“ ketika air zamzam sudah dikumurkan di mulut beliau lalu dikeluarkan, maka wanginya lebih wangi dari misk dan rasanya lebih manis dari madu karena telah bersatu dengan air liur Sayyidina Muhammad saw”.
Beliau adalah Ahsana Annaasi Khalqan wa Khuluqaa (Paling indahnya manusia, budi pekerti dan parasnya). Berkata Sayyidina Anas bin Malik:
مَاوَجَدْنَا رِيْحًا أَطْيَبُ مِنْ عِرْقِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“ Tidak pernah kami menemukan satu wewangian yang lebih wangi dari keringat Rasulullah SAW “
Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wa sallam telah wafat maka air yang digunakan untuk memandikan jenazah beliau, air itu menjadi wangi, maka menangislah Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw ketika memandikan jenazah sang Nabi seraya berkata:
طِبْتَ حَيًّا وَمَيِّتًا يَا رَسُوْلَ اللهِ
‘Thibta hayyan wa mayyitan ya Rosulallah ’
“Engkau wangi dimasa hidup dan ketika wafat , wahai Rasulullah”
(ucapan itu diucapkan pula oleh Abubakar shiddiq ra dalam riwayat shahih Bukhari ketika beliau ra mencium jenazah Nabi saw)
Inilah idolaku dan idola kalian Sayyidina Muhammad shollallahu ‘alayhi wasallam.
diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, setelah wafatnya Rasulullah shollallahu ‘alayhi wasallam ketika seorang sahabat mengeluarkan sehelai rambut berwarna kemerah-merahan dan ditanya “rambut siapa kemerah-merahan ini“?, maka sahabat itu menjawab: “ini sehelai rambut Rasulullah saw“,
kemudian sahabat lain berkata: “ kalau aku punya selembar saja rambut Rasulullah, maka itu lebih kusenangi dari semua harta, dunia dan seisinya“. Selembar rambut Nabi Muhammad lebih dicintai dari dunia dan seisinya, karena apa?
Karena cinta beliau saw kepada ummatnya membuat ummatnya sangat mencintai beliau, dan cinta kepada beliau adalah kesempurnaan iman, sebagaimana sabda beliau:
لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالَدِهِ وَوَلِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
”Tiada sempurna iman kalian, sebelum aku (Rasulullah) lebih ia cintai dari anak2nya dan ayah ibunya dan seluruh manusia” (shahih Bukhari)
Guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh di dalam kitabnya Taujiihunnabiih Limardhaati Baariih, meriwayatkan salah satu atsaar yang mana Allah swt berfirman:
ياَدَاوُد لَوْ يَعْلَمُ الْمُدْبِرُوْنَ عَنِّيْ شَوْقِي لِعَوْدَتِهِمْ، وَمحبتي فِيْ تَوْبَتِهِمْ، ورغبتي في إنابتهم، لَطاَرُوْا شَوْقًا إِلَيَّ، يَادَاوُد هَذِهِ رَغْبَتِيْ فِى الْمُدْبِرِيْنَ عَنِّي، فَكَيْفَ تَكُوْنُ مَحَبَّتِيْ فِى الْمُقْبِلِيْنَ عَلَيَّ…؟،
“Wahai Daud: Sendainya orang-orang yg berpaling dari-Ku mengetahui kerinduan-Ku atas kembalinya mereka, dan cinta-Ku akan taubatnya mereka, dan besarnya sambutanku atas kembalinya mereka pada keridhoan Ku, niscaya mereka akan terbang karena rindunya mereka kepada-Ku. Wahai Daud, demikianlah cinta-Ku kepada orang-orang yg berpaling dari Ku (jika mereka ingin kembali), maka bagaimanakah cinta-Ku kepada orang-orang yg datang (mencintai dan menjawab cinta Allah ) kepada-Ku?”
Kalau para pendosa yang selalu menghindar dan berpaling dari Allah itu mengetahui rindu Allah terhadap kembalinya mereka kepadaNya, DAN CINTA ALLAH AKAN TAUBAT MEREKA JIKA MEREKA MAU BERTAUBAT, serta besarnya semangat sambutan Allah jika mereka mau kembali kepada Allah, mereka akan terbang dari rindunya kepada Allah, karena mereka tidak tahan menahan rindu, betapa indahnya cinta Allah untuk mereka yang berpaling dari Allah. Maka Allah meneruskan firmanNya:
يَادَاوُد هَذِهِ رَغْبَتِيْ فِى الْمُدْبِرِيْنَ عَنِّي فَكَيْفَ مَحَبَّتِيْ فِى الْمُقْبِلِيْنَ عَلَيَّ
Wahai Daud, inilah semangat dan keinginan kasih sayang-Ku kepada mereka pendosa, mereka yang selalu berpaling dari-Ku agar mereka kembali kepada-Ku, maka bagaimana cinta-Ku kepada mereka yang selalu datang dan mendekat kepada-Ku?
Renungi kalimat terakhir ini,
renungkan kalimat agung ini . . .
Diceritakan oleh: Alhabib Munzir Al-Musawa
Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar