MENGGULUNG/MELIPAT PAKAIAN ATAU PUN RAMBUT KETIKA SHOLAT.
Dinukil dari kitab Syarah Nawawi Alal Muslim
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَلَا الشَّعْرَ
Dari ibnu abbas sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
: “Aku diperintahkan untuk sujud dengan tujuh bagian tulang: dahi, dua tangan, dua lutut (dengkul), dua ujung kaki, dan jangan menahan pakaian, dan jangan pula menahan rambut.”
(HR.Bukhori - Muslim)
penjelasan imam nawawi dalam syarah muslim
اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى النَّهْيِ عَنِ الصَّلَاةِ ، وَثَوْبُهُ مُشَمَّرٌ أَوْ كُمُّهُ أَوْ نَحْوُهُ
، أَوْ رَأْسُهُ مَعْقُوصٌ أَوْ مَرْدُودٌ شَعْرُهُ تَحْتَ عِمَامَتِهِ أَوْ نَحْوُ ذَلِكَ فَكُلُّ هَذَا مَنْهِيٌّ عَنْهُ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ
para ulama' telah sepakat ttg larangan sholat sedangkan pakaiannya terlipat, atau lengan bajunya atau yg semisalnya, atau (rambut)kepalanya terjalin atau rambutnya terbalik dibawah serbannya atau yg semisal itu, semuanya ini terlarang dengan kesepakatan ulama'.
وَهُوَ كَرَاهَةُ تَنْزِيهٍ فَلَوْ صَلَّى كَذَلِكَ فَقَدْ أَسَاءَ وَصَحَّتْ صَلَاتُهُ ، وَاحْتَجَّ فِي ذَلِكَ أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ جَرِيرٍ الطَّبَرِيُّ بِإِجْمَاعِ الْعُلَمَاءِ وَحَكَى ابْنُ الْمُنْذِرِ الْإِعَادَةَ فِيهِ عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ ،
ثُمَّ مَذْهَبُ الْجُمْهُورِ أَنَّ النَّهْيَ مُطْلَقٌ لِمَنْ صَلَّى كَذَلِكَ سَوَاءٌ تَعَمَّدَهُ لِلصَّلَاةِ أَمْ كَانَ قَبْلَهَا كَذَلِكَ لَا لَهَا بَلْ لِمَعْنًى آخَرَ ،
وَقَالَ الدَّاوُدِيُّ يَخْتَصُّ النَّهْيُ بِمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ لِلصَّلَاةِ ، وَالْمُخْتَارُ الصَّحِيحُ هُوَ الْأَوَّلُ ، وَهُوَ ظَاهِرُ الْمَنْقُولِ عَنِ الصَّحَابَةِ وَغَيْرِهِمْ ، وَيَدُلُّ عَلَيْهِ فِعْلُ ابْنِ عَبَّاسٍ الْمَذْكُورُ هُنَا
larangan tsb adalah makruh tanzih. Jika dia shalat seperti itu, maka dia telah berbuat buruk, meskipun shalatnya tetap sah.
Dalam masalah itu, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thabariy berhujjah dengan ijma’ (kesepakatan) ulama. Sedangkan Ibnul Mundzir menceritakan dari Al Hasan Al Bashri bahwa wajibnya mengulangi shalat.
Kemudian, menurut madzhab jumhur bahwa larangan itu berlaku mutlak bagi orang yang shalat dalam keadaan seperti itu, sama saja apakah dia sengaja melakukannya untuk shalat atau dia melakukan sebelumnya untuk maksud lain.
Ad Dawudiy berkata, "Larangan itu hanya khusus bagi orang yang menyengaja melakukannya untuk shalat.”
Pendapat yang shahih adalah pendapat yang pertama. Itulah pendapat yang nampak yang dinukil dari sahabat dan yang lainnya dan yg menunjukkannya adalah yg dilakukan oleh ibnu abbas yg di tuturkan disini.
wallohu a'lam.
شرح النواوى على المسلم
الامام النواوى
TAMBAHAN KETERANGAN TENTANG MENGGULUNG ATAU MENGIKAT RAMBUT.
وفي كاشفة السجا صحيفة 71 ما نصه :
وتاسع عشرها كف ثوب أو شعر للرجل أي منعه من السجود معه دون المرأة والخنثى بل قد يجب كف شعرهما ولذلك قال االقليوبي :" نعم يجب كف شعر امرأة وخنثى توقفت صحة الصلاة عليه ولا يكره بقاؤه مكفوفا ولا فرق بين على الصلاة الجنازة وغيرها ولا بين القائم والقاعد لخبر " أمرت أن أسجد على سبعة أعظم ولا أكف ثوبا ولا شعرا رواه الشيخان "، وفي رواية " أمرت أن لا أكفت الشعر أو الثياب" وأكفت بكسر الفاء وبالتاء من باب ضرب أي أجمع ومن ذلك أن يصلي وشعره معقوص أو مردود تحت عمامته أو ثوبه أو وكمه مشمر أي مرفوع.
Dalam kitab kasifatus saja halaman 71:
yg ke sembilan belas adalah melipat/ mengumpulkan baju atau rambut bagi LELAKI, maksudnya mencegahnya lelaki terhadap rambut dari sujud bersamanya ,bukan bagi PEREMPUAN maupun BANCI bahkan terkadang wajib bagi keduanya utk mengikat rambutnya, oleh sebab itulah Al qolyuby berkata:
" memang benar, wajib mengikat rambut bagi perempuan dan banci ketika sahnya sholat bisa berhenti karenanya, dan tidak makruh rambutnya tetap terikat, hal ini tdk ada perbedaan antara sholat jenazah dan selainnya, juga antara sholat berdiri maupun duduk karena hadis :
" “Aku diperintahkan untuk sujud dengan tujuh bagian tulang: dahi, dua tangan, dua lutut (dengkul), dua ujung kaki, dan jangan menahan pakaian, dan jangan pula menahan rambut.”
(HR.Bukhori - Muslim)
dalam satu riwayat :
" aku diperintahkan utk tdk mengumpulkan rambut ataupun baju "
kalimat akiftu dengan huruf kah di kasroh dan dengan huruf ta' termasuk bab dhororba, maksudnya adalah mengumpulkan, termasuk hal itu adalah sholat dan rambut kepalanya terjalin atau rambutnya terbalik dibawah serbannya, atau baju atau lengan bajunya terlipat maksudnya ditinggikan.
وفي فيض القدير جزء 2 صحيفة 238 ما نصه :
أمرت أن أسجد على سبعة أعظم : على الجبهة واليدين والركبتين وأطراف القدمين ولا نكفت الثياب ولا الشعر (قوله ولا نكفت) بكسر الفاء وبالنصب أي لا نضم ولا نجمع فهو بمعنى ولا نكف
dalam kitab faidhul qodir juz 2 halaman 238 :
“Aku diperintahkan untuk sujud dengan tujuh bagian tulang: dahi, dua tangan, dua lutut (dengkul), dua ujung kaki, dan jangan menahan pakaian, dan jangan pula menahan rambut.”
sabda nabi "dan jangan menahan " maksudnya adalah " dan jangan mengumpulkan"
وفي الفقه على مذاهب الأربعة جزء 1 صحيفة 257 ما نصه :
ومنها عقص شعره وهو شده على مؤخر الرأس بأن يفعل ذلك قبل الصلاة ويصلى وهو على هذه الحالة أما فعله في الصلاة فمبطل إذا اشتمل على عمل كثير وهذا متفق عليه .
dalam kitab fiqh ala madzahibil arba'ah juz 1 hal 257:
termasuk kemakruhan sholat adalah menjalin rambutnya, yaitu mengikat rambut pada tempat akhirnya kepala dengan melakukan hal itu sebelum sholat dan dia sholat dalam keadaan ini, adapun menjalin rambut saat sholat maka bisa membatalkan sholat jika mengandung banyak gerakan dan ini sudah mnjadi kesepakatan.
wallohu a'lam.
Dinukil dari kitab Syarah Nawawi Alal Muslim
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَلَا الشَّعْرَ
Dari ibnu abbas sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
: “Aku diperintahkan untuk sujud dengan tujuh bagian tulang: dahi, dua tangan, dua lutut (dengkul), dua ujung kaki, dan jangan menahan pakaian, dan jangan pula menahan rambut.”
(HR.Bukhori - Muslim)
penjelasan imam nawawi dalam syarah muslim
اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى النَّهْيِ عَنِ الصَّلَاةِ ، وَثَوْبُهُ مُشَمَّرٌ أَوْ كُمُّهُ أَوْ نَحْوُهُ
، أَوْ رَأْسُهُ مَعْقُوصٌ أَوْ مَرْدُودٌ شَعْرُهُ تَحْتَ عِمَامَتِهِ أَوْ نَحْوُ ذَلِكَ فَكُلُّ هَذَا مَنْهِيٌّ عَنْهُ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ
para ulama' telah sepakat ttg larangan sholat sedangkan pakaiannya terlipat, atau lengan bajunya atau yg semisalnya, atau (rambut)kepalanya terjalin atau rambutnya terbalik dibawah serbannya atau yg semisal itu, semuanya ini terlarang dengan kesepakatan ulama'.
وَهُوَ كَرَاهَةُ تَنْزِيهٍ فَلَوْ صَلَّى كَذَلِكَ فَقَدْ أَسَاءَ وَصَحَّتْ صَلَاتُهُ ، وَاحْتَجَّ فِي ذَلِكَ أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ جَرِيرٍ الطَّبَرِيُّ بِإِجْمَاعِ الْعُلَمَاءِ وَحَكَى ابْنُ الْمُنْذِرِ الْإِعَادَةَ فِيهِ عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ ،
ثُمَّ مَذْهَبُ الْجُمْهُورِ أَنَّ النَّهْيَ مُطْلَقٌ لِمَنْ صَلَّى كَذَلِكَ سَوَاءٌ تَعَمَّدَهُ لِلصَّلَاةِ أَمْ كَانَ قَبْلَهَا كَذَلِكَ لَا لَهَا بَلْ لِمَعْنًى آخَرَ ،
وَقَالَ الدَّاوُدِيُّ يَخْتَصُّ النَّهْيُ بِمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ لِلصَّلَاةِ ، وَالْمُخْتَارُ الصَّحِيحُ هُوَ الْأَوَّلُ ، وَهُوَ ظَاهِرُ الْمَنْقُولِ عَنِ الصَّحَابَةِ وَغَيْرِهِمْ ، وَيَدُلُّ عَلَيْهِ فِعْلُ ابْنِ عَبَّاسٍ الْمَذْكُورُ هُنَا
larangan tsb adalah makruh tanzih. Jika dia shalat seperti itu, maka dia telah berbuat buruk, meskipun shalatnya tetap sah.
Dalam masalah itu, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thabariy berhujjah dengan ijma’ (kesepakatan) ulama. Sedangkan Ibnul Mundzir menceritakan dari Al Hasan Al Bashri bahwa wajibnya mengulangi shalat.
Kemudian, menurut madzhab jumhur bahwa larangan itu berlaku mutlak bagi orang yang shalat dalam keadaan seperti itu, sama saja apakah dia sengaja melakukannya untuk shalat atau dia melakukan sebelumnya untuk maksud lain.
Ad Dawudiy berkata, "Larangan itu hanya khusus bagi orang yang menyengaja melakukannya untuk shalat.”
Pendapat yang shahih adalah pendapat yang pertama. Itulah pendapat yang nampak yang dinukil dari sahabat dan yang lainnya dan yg menunjukkannya adalah yg dilakukan oleh ibnu abbas yg di tuturkan disini.
wallohu a'lam.
شرح النواوى على المسلم
الامام النواوى
TAMBAHAN KETERANGAN TENTANG MENGGULUNG ATAU MENGIKAT RAMBUT.
وفي كاشفة السجا صحيفة 71 ما نصه :
وتاسع عشرها كف ثوب أو شعر للرجل أي منعه من السجود معه دون المرأة والخنثى بل قد يجب كف شعرهما ولذلك قال االقليوبي :" نعم يجب كف شعر امرأة وخنثى توقفت صحة الصلاة عليه ولا يكره بقاؤه مكفوفا ولا فرق بين على الصلاة الجنازة وغيرها ولا بين القائم والقاعد لخبر " أمرت أن أسجد على سبعة أعظم ولا أكف ثوبا ولا شعرا رواه الشيخان "، وفي رواية " أمرت أن لا أكفت الشعر أو الثياب" وأكفت بكسر الفاء وبالتاء من باب ضرب أي أجمع ومن ذلك أن يصلي وشعره معقوص أو مردود تحت عمامته أو ثوبه أو وكمه مشمر أي مرفوع.
Dalam kitab kasifatus saja halaman 71:
yg ke sembilan belas adalah melipat/ mengumpulkan baju atau rambut bagi LELAKI, maksudnya mencegahnya lelaki terhadap rambut dari sujud bersamanya ,bukan bagi PEREMPUAN maupun BANCI bahkan terkadang wajib bagi keduanya utk mengikat rambutnya, oleh sebab itulah Al qolyuby berkata:
" memang benar, wajib mengikat rambut bagi perempuan dan banci ketika sahnya sholat bisa berhenti karenanya, dan tidak makruh rambutnya tetap terikat, hal ini tdk ada perbedaan antara sholat jenazah dan selainnya, juga antara sholat berdiri maupun duduk karena hadis :
" “Aku diperintahkan untuk sujud dengan tujuh bagian tulang: dahi, dua tangan, dua lutut (dengkul), dua ujung kaki, dan jangan menahan pakaian, dan jangan pula menahan rambut.”
(HR.Bukhori - Muslim)
dalam satu riwayat :
" aku diperintahkan utk tdk mengumpulkan rambut ataupun baju "
kalimat akiftu dengan huruf kah di kasroh dan dengan huruf ta' termasuk bab dhororba, maksudnya adalah mengumpulkan, termasuk hal itu adalah sholat dan rambut kepalanya terjalin atau rambutnya terbalik dibawah serbannya, atau baju atau lengan bajunya terlipat maksudnya ditinggikan.
وفي فيض القدير جزء 2 صحيفة 238 ما نصه :
أمرت أن أسجد على سبعة أعظم : على الجبهة واليدين والركبتين وأطراف القدمين ولا نكفت الثياب ولا الشعر (قوله ولا نكفت) بكسر الفاء وبالنصب أي لا نضم ولا نجمع فهو بمعنى ولا نكف
dalam kitab faidhul qodir juz 2 halaman 238 :
“Aku diperintahkan untuk sujud dengan tujuh bagian tulang: dahi, dua tangan, dua lutut (dengkul), dua ujung kaki, dan jangan menahan pakaian, dan jangan pula menahan rambut.”
sabda nabi "dan jangan menahan " maksudnya adalah " dan jangan mengumpulkan"
وفي الفقه على مذاهب الأربعة جزء 1 صحيفة 257 ما نصه :
ومنها عقص شعره وهو شده على مؤخر الرأس بأن يفعل ذلك قبل الصلاة ويصلى وهو على هذه الحالة أما فعله في الصلاة فمبطل إذا اشتمل على عمل كثير وهذا متفق عليه .
dalam kitab fiqh ala madzahibil arba'ah juz 1 hal 257:
termasuk kemakruhan sholat adalah menjalin rambutnya, yaitu mengikat rambut pada tempat akhirnya kepala dengan melakukan hal itu sebelum sholat dan dia sholat dalam keadaan ini, adapun menjalin rambut saat sholat maka bisa membatalkan sholat jika mengandung banyak gerakan dan ini sudah mnjadi kesepakatan.
wallohu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar