Written By
siroj munir
on
Sabtu, 22 Maret 2014
|
09.12
Soal: Assalamualaikum, lebih baik mana sholat dhuha dilakukan secara berjama'ah dengan munfarid?
(Pertanyaan dari: Iqbalul Muid)
Jawab: Wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh
Sholat dhuha masuk dalam kategori sholat yang tidak disunahkan untuk dikerjakan secara berjama'ah, artinya sholat dhuha lebih baik dikerjakan sendirian sebab riwayat-riwayat yang ada menunjukkan bahwa Nabi mengerjakannya sendirian. Abdurrohman bin Abi Laila meriwayatkan;
"Tidak ada seorangpun yang mengabariku bahwa ia melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan shalat dhuha, selain Ummu Hani`, dialah yang menceritakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah masuk rumahnya ketika Penaklukan kota Makkah, lalu beliau shalat delapan rakaat, dan aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat yang lebih ringan daripada shalat ketika itu, beliau menyempurnakan rukuk dan sujudnya." (Shahih Bukhari,no.1176 dan Shahih Muslim, no.336)
Meski begitu sholat dhuha boleh dikerjakan secara berjama'ah dan tidak makruh, sebab secara umum sholat-sholat sunat yang tidak dianjurkan untuk dikerjakan secara berjama'ah boleh dikerjakan dengan cara berjama'ah berdasarkan beberapa hadits shahih. Namun tetap saja hal tersebut menyelisihi keutamaan (khilaful 'aula).
Mengenai pahala berjama'ahnya menurut sebagian ulama' sholat sunat yang yang tidak disunahkan berjama'ah apabila dikerjakan secara berjama'ah tetap mendapatkan pahala berjama'ah, dan menurut sebagian ulama' lainnya tidak mendapatkan pahala.
Sedangkan apabila tujuan dilaksanakannya jama'ah untuk sholat sunat tersebut untuk mengajarkan tata cara sholat yang benar atau memberikan dorongan bagi orang lain dalam mengerjakannya, maka jama'ah tersebut mendapatkan pahala. Dalam satu hadits dikisahkan;
"Dari Anas bin Malik, bahwa neneknya Mulaikah pernah mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena hidangan yang aku buat. Beliau pun memakannya, setelah itu beliau bersabda: "Berdirilah kalian, aku akan mengimami untuk kalian." Anas bin Malik berkata; "Aku lalu berdiri menuju sebuah tikar yang warnanya telah menghitam, karena sekian lama dipakai, lalu kuperciki dengan air, saementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri diatasnya. Aku lalu membuat shaff bersama seorang anak yatim yang berada di belakang beliau dan seorang wanita tua di belakang kami. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian shalat dua raka'at mengimami kami, selanjutnya beliau beranjak pergi." (Shahih Muslim, no.658).
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelasakan bahwa hadits diatas merupakan dalil kebolehan mengerjakan sholat sunat secara berjama'ah. Selain itu hadits diatas menunjukkan bahwa Nabi mengerjakan sholat sunat berjama'ah dengan tujuan untuk mengajarkan cara mengerjkan sholat secara langsung.
Kebolehan sholat dhuha berjama'ah tersebut dengan catatan apabila tidak menimbulkan keharaman, semisal orang-orang yang mengetahuinya menyangka bahwa sholat dhuha disunahkan dikerjakan berjama'ah, jika menimbulkan hal seperti itu maka sholat dhuha berjamaah tersebut haram dilakukan.
Kesimpulannya, sholat dhuha lebih baik dikerjakan sendirian, namun boleh dikerjakan secara berjama'ah apalagi jika bertujuan mengajarkan tata caranya atau memberikan semangat, asalalkan tidak menimbulkan keharaman. Wallahu a'lam.
(Dijawab oleh: Ahmada Goeir Al-munshorifi, Rahmatullah As Samawa, Abi Zahwa, Nuvita Sari, Kudung Khantil Harsandi Muhammad, Su Kakov dan Siroj Munir)
Referensi:
1. Al-Majmu', juz 4 hal. 55
2. Shahih Muslim, juz 1 hal. 497
3. I'anatut Tholibin, juz 1 hal. 284
4. Nihayatuz Zain, hal. 99
5. Bughyatul Mustarsyidin, hal. 136
6. Syarah Shahih Muslim li an-Nawawi, juz 5 hal. 162
(Pertanyaan dari: Iqbalul Muid)
Jawab: Wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh
Sholat dhuha masuk dalam kategori sholat yang tidak disunahkan untuk dikerjakan secara berjama'ah, artinya sholat dhuha lebih baik dikerjakan sendirian sebab riwayat-riwayat yang ada menunjukkan bahwa Nabi mengerjakannya sendirian. Abdurrohman bin Abi Laila meriwayatkan;
مَا أَخْبَرَنِي أَحَدٌ أَنَّهُ رَأَى
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى إِلَّا
أُمُّ هَانِئٍ، فَإِنَّهَا حَدَّثَتْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ بَيْتَهَا يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ، فَصَلَّى
ثَمَانِي رَكَعَاتٍ، مَا رَأَيْتُهُ صَلَّى صَلَاةً قَطُّ أَخَفَّ مِنْهَا،
غَيْرَ أَنَّهُ كَانَ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ
"Tidak ada seorangpun yang mengabariku bahwa ia melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan shalat dhuha, selain Ummu Hani`, dialah yang menceritakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah masuk rumahnya ketika Penaklukan kota Makkah, lalu beliau shalat delapan rakaat, dan aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat yang lebih ringan daripada shalat ketika itu, beliau menyempurnakan rukuk dan sujudnya." (Shahih Bukhari,no.1176 dan Shahih Muslim, no.336)
Meski begitu sholat dhuha boleh dikerjakan secara berjama'ah dan tidak makruh, sebab secara umum sholat-sholat sunat yang tidak dianjurkan untuk dikerjakan secara berjama'ah boleh dikerjakan dengan cara berjama'ah berdasarkan beberapa hadits shahih. Namun tetap saja hal tersebut menyelisihi keutamaan (khilaful 'aula).
Mengenai pahala berjama'ahnya menurut sebagian ulama' sholat sunat yang yang tidak disunahkan berjama'ah apabila dikerjakan secara berjama'ah tetap mendapatkan pahala berjama'ah, dan menurut sebagian ulama' lainnya tidak mendapatkan pahala.
Sedangkan apabila tujuan dilaksanakannya jama'ah untuk sholat sunat tersebut untuk mengajarkan tata cara sholat yang benar atau memberikan dorongan bagi orang lain dalam mengerjakannya, maka jama'ah tersebut mendapatkan pahala. Dalam satu hadits dikisahkan;
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ
جَدَّتَهُ مُلَيْكَةَ، دَعَتْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِطَعَامٍ صَنَعَتْهُ، فَأَكَلَ مِنْهُ، ثُمَّ قَالَ: «قُومُوا
فَأُصَلِّيَ لَكُمْ» ، قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ فَقُمْتُ إِلَى حَصِيرٍ
لَنَا قَدِ اسْوَدَّ مِنْ طُولِ مَا لُبِسَ، فَنَضَحْتُهُ بِمَاءٍ، فَقَامَ
عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَفَفْتُ
أَنَا، وَالْيَتِيمُ وَرَاءَهُ، وَالْعَجُوزُ مِنْ وَرَائِنَا، فَصَلَّى
لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ
انْصَرَفَ
"Dari Anas bin Malik, bahwa neneknya Mulaikah pernah mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena hidangan yang aku buat. Beliau pun memakannya, setelah itu beliau bersabda: "Berdirilah kalian, aku akan mengimami untuk kalian." Anas bin Malik berkata; "Aku lalu berdiri menuju sebuah tikar yang warnanya telah menghitam, karena sekian lama dipakai, lalu kuperciki dengan air, saementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri diatasnya. Aku lalu membuat shaff bersama seorang anak yatim yang berada di belakang beliau dan seorang wanita tua di belakang kami. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian shalat dua raka'at mengimami kami, selanjutnya beliau beranjak pergi." (Shahih Muslim, no.658).
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelasakan bahwa hadits diatas merupakan dalil kebolehan mengerjakan sholat sunat secara berjama'ah. Selain itu hadits diatas menunjukkan bahwa Nabi mengerjakan sholat sunat berjama'ah dengan tujuan untuk mengajarkan cara mengerjkan sholat secara langsung.
Kebolehan sholat dhuha berjama'ah tersebut dengan catatan apabila tidak menimbulkan keharaman, semisal orang-orang yang mengetahuinya menyangka bahwa sholat dhuha disunahkan dikerjakan berjama'ah, jika menimbulkan hal seperti itu maka sholat dhuha berjamaah tersebut haram dilakukan.
Kesimpulannya, sholat dhuha lebih baik dikerjakan sendirian, namun boleh dikerjakan secara berjama'ah apalagi jika bertujuan mengajarkan tata caranya atau memberikan semangat, asalalkan tidak menimbulkan keharaman. Wallahu a'lam.
(Dijawab oleh: Ahmada Goeir Al-munshorifi, Rahmatullah As Samawa, Abi Zahwa, Nuvita Sari, Kudung Khantil Harsandi Muhammad, Su Kakov dan Siroj Munir)
Referensi:
1. Al-Majmu', juz 4 hal. 55
وأما باقي النوافل كالسنن الراتبة مع
الفرائض والضحى والنوافل المطلقة فلا تشرع فيها الجماعة أي لا تستحب لكن لو
صلاها جماعة جاز ولا يقال إنه مكروه وقد نص الشافعي رحمه الله في مختصري
البويطي والربيع على أنه لا بأس بالجماعة في النافلة ودليل جوازها جماعة
أحاديث كثيرة في الصحيح
2. Shahih Muslim, juz 1 hal. 497
وحدثنا محمد بن المثنى، وابن بشار، قالا:
حدثنا محمد بن جعفر، حدثنا شعبة، عن عمرو بن مرة، عن عبد الرحمن بن أبي
ليلى، قال: ما أخبرني أحد أنه رأى النبي صلى الله عليه وسلم يصلي الضحى إلا
أم هانئ، فإنها حدثت «أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل بيتها يوم فتح مكة،
فصلى ثماني ركعات، ما رأيته صلى صلاة قط أخف منها، غير أنه كان يتم الركوع
والسجود» . ولم يذكر ابن بشار في حديثه قوله قط
3. I'anatut Tholibin, juz 1 hal. 284
وصلاة النفل قسمان: قسم لا تسن له جماعة
...................
قوله: قسم لا تسن له جماعة) أي دائما
وأبدا بأن لم تسن له أصلا، أو تسن في بعض الأوقات كالوتر في رمضان. قال في
النهاية: ولو صلى جماعة لم يكره. اه. ونقل ع ش عن سم أنه يثاب عليها. وقال ح
ل: لا يثاب عليها. قال البجيرمي: واعتمد شيخنا ح ف كلام ح ل. اه
4. Nihayatuz Zain, hal. 99
وأفراد النوافل لا تنحصر أما المؤقت فهو قسمان قسم تسن فيه الجماعة وسيأتي
وقسم لا تسن فيه الجماعة فهي فيه خلاف الأولى وإن حصل ثوابها على المعتمد كما نقله الونائي عن ابن قاسم
5. Bughyatul Mustarsyidin, hal. 136
مسألة : ب ك : تباح الجماعة في نحو الوتر
والتسبيح فلا كراهة في ذلك ولا ثواب ، نعم إن قصد تعليم المصلين وتحريضهم
كان له ثواب ، وأي ثواب بالنية الحسنة ، فكما يباح الجهر في موضع الإسرار
الذي هو مكروه للتعليم فأولى ما أصله الإباحة ، وكما يثاب في المباحات إذا
قصد بها القربة كالتقوّي بالأكل على الطاعة ، هذا إذا لم يقترن بذلك محذور ،
كنحو إيذاء أو اعتقاد العامة مشروعية الجماعة وإلا فلا ثواب بل يحرم ويمنع
منها
6. Syarah Shahih Muslim li an-Nawawi, juz 5 hal. 162
حدثنا يحيى بن يحيى، قال: قرأت على مالك،
عن إسحاق بن عبد الله بن أبي طلحة، عن أنس بن مالك، أن جدته مليكة، دعت
رسول الله صلى الله عليه وسلم لطعام صنعته، فأكل منه، ثم قال: «قوموا فأصلي
لكم» ، قال أنس بن مالك فقمت إلى حصير لنا قد اسود من طول ما لبس، فنضحته
بماء، فقام عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم وصففت أنا، واليتيم وراءه،
والعجوز من ورائنا، فصلى لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم ركعتين، ثم
انصرف
.....................
قوله صلى الله عليه وسلم قوموا فلأصلي لكم
فيه جواز النافلة جماعة وتبريك الرجل الصالح والعالم أهل المنزل بصلاته في
منزلهم فقال بعضهم ولعل النبي صلى الله عليه وسلم أراد تعليمهم أفعال
الصلاة مشاهدة مع تبريكهم فإن المرأة قلما تشاهد أفعاله صلى الله عليه وسلم
في المسجد فأراد أن تشاهدها وتتعلمها وتعلمها غيرها
Tidak ada komentar:
Posting Komentar