Written By
siroj munir
on
Rabu, 26 Maret 2014
|
18.17
Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu' juz 2 hal. 177 menjelaskan:
يَجُوزُ التَّحَدُّثُ بِالْحَدِيثِ
الْمُبَاحِ فِي الْمَسْجِدِ وَبِأُمُورِ الدُّنْيَا وَغَيْرِهَا مِنْ
الْمُبَاحَاتِ وَإِنْ حَصَلَ فِيهِ ضَحِكٌ وَنَحْوُهُ مَا دَامَ مُبَاحًا
لِحَدِيثِ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ (كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَقُومُ مِنْ
مُصَلاَّهُ الَّذِيْ صَلَّى فِيهِ الصُّبْحَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ
فَإِذَا طَلَعَتْ قَامَ قَالَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِي
أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Artinya :
Diperbolehkan membicarakan sesuatu dengan perkataan yang mubah dan
juga membicarakan urusan-urusan dunia dan hal-hal lain yang mubah
didalam masjid, meskipun pembicaraan tersembut sampai menimbulkan tawa
dan semisalnya selama masih dalam batas perkara yang mubah. Ketentuan
ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan Jabir bin Samuroh
radhiyallahu ‘anhu beliau berkata;
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَقُومُ مِنْ مُصَلاَّهُ الَّذِي صَلَّى فِيهِ
الصُّبْحَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتْ قَامَ قَالَ
وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِي أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ
فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak beranjak dari tempat
sholatnya yang beliau gunakan untuk mengerjakan sholat shubuh, sampai
matahari terbit. Setelah matahari terbit beliau baru beranjak pergi,
-Jabir berkata:- mereka membicarakan beberapa hal sampai hal-hal yang
terjadi pada masa jahiliyah hingga mereka tertawa, dan Nabi tersenyum
mendengarnya.” (HR. Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar