Soal: Assalamualaikum, mau nanya, bagaimana hukumnya wanita yang
haid mengikuti pengajian di masjid dan dia yakin tidak akan tembus ?
Mohon jawabannya, sebelum dan sesudahnya terima kasih.
Jawab: Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh
Masalah ini memang banyak disalah pahami oleh banyak orang, untuk lebih jelasnya, berikut ini kami uraikan pendapat-pendapat para ulama' dalam masalah ini;
1. Semua ulama' sepakat bahwa wanita yang sedang haid diharamkan berdiam diri dimasjid. Diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam;
"Aku tidak menghalalkan masjid bagi orang yang sedang haid dan junub." (Sunan Abu Dawud, no.232)
Para ulama' menyatakan bahwa keharaman ini masih berlaku meskipun tujuannya untuk mengerjakan ibadah seperti i'tikaf.
2. Semua ulama' sepakat wanita yang haid boleh lewat didalam masjid jika memang dilakukan karena terpaksa (dhorurot), seperti menghawatirkan keselamatan jiwa, berdasarkan firman Allah;
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian shalat, sedang kalian dalam Keadaan mabuk, sehingga kalian mengerti apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (hampiri masjid) sedang kalian dalam Keadaan junub terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kalian mandi". (Q.S. An-Nisa' : 43)
Ayat diatas memang menjelaskan tentang larangan masuk masjid bagi orang yang junub dan diperbolehkan jika sekedar lewat saja, tapi para ulama' menyatakan keadaan haid diqiyaskan (disamakan hukumnya) dengan keadaan junub sebab keduanya sama-sama hadats besar, meski terdapat perbedaan hukum dalam sebagian hukumnya. Berdasarkan hal tersebut semua ulama' sepakat dalam keadaan terpaksa wanita haid boleh lewat didalam masjid.
3. Para ulama' berbeda pendapat mengenai hukum lewat didalam masjid jika tidak dalam keadaan dhorurot;
(Pertanyaan dari: AfeeZa Fhie Syauqillah)
Jawab: Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh
Masalah ini memang banyak disalah pahami oleh banyak orang, untuk lebih jelasnya, berikut ini kami uraikan pendapat-pendapat para ulama' dalam masalah ini;
1. Semua ulama' sepakat bahwa wanita yang sedang haid diharamkan berdiam diri dimasjid. Diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam;
لَا أُحِلُّ الْمَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَلَا جُنُبٍ
"Aku tidak menghalalkan masjid bagi orang yang sedang haid dan junub." (Sunan Abu Dawud, no.232)
Para ulama' menyatakan bahwa keharaman ini masih berlaku meskipun tujuannya untuk mengerjakan ibadah seperti i'tikaf.
2. Semua ulama' sepakat wanita yang haid boleh lewat didalam masjid jika memang dilakukan karena terpaksa (dhorurot), seperti menghawatirkan keselamatan jiwa, berdasarkan firman Allah;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا
تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian shalat, sedang kalian dalam Keadaan mabuk, sehingga kalian mengerti apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (hampiri masjid) sedang kalian dalam Keadaan junub terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kalian mandi". (Q.S. An-Nisa' : 43)
Ayat diatas memang menjelaskan tentang larangan masuk masjid bagi orang yang junub dan diperbolehkan jika sekedar lewat saja, tapi para ulama' menyatakan keadaan haid diqiyaskan (disamakan hukumnya) dengan keadaan junub sebab keduanya sama-sama hadats besar, meski terdapat perbedaan hukum dalam sebagian hukumnya. Berdasarkan hal tersebut semua ulama' sepakat dalam keadaan terpaksa wanita haid boleh lewat didalam masjid.
3. Para ulama' berbeda pendapat mengenai hukum lewat didalam masjid jika tidak dalam keadaan dhorurot;
- Menurut madzhab Hanafi dan Maliki, keharaman ini bersifat mutlak, baik masuk masjidnya untuk berdiam diri (mukts) didalam masjid atau sekedar lewat saja ('ubur), namun madzhab Hanafi mengecualikan apabila masuk masjid untuk tujuan thowaf.
- Menurut madzhab Syafi'i dan Hanbali wanita yang sedang haid diharamkan lewat didalam masjid jika dikhawatirkan mengotori masjid (karena darah menetes), sebab mengotori masjid dengan najis hukumnya haram, sedangkan dalam fiqih terdapat kaedah bahwa segala perkara yang menyebabkan terjadinya keharaman maka hukumnya juga haram.
- Menurut madzhab Hanbali boleh lewat.
- Menurut madzhab Syafi'i, jika tidak ada hajat hukumnya makruh, dan bila ada hajat hukumnya boleh.
Dari pemaparan pendapat-pendapat para ulama' diatas dapat diketahui bahwa diharamkannya wanita haid masuk dan berdiam diri masjid bukan karena menetesnya darah, tapi karena ia sedang berrhadats besar, seumpama larangan tersebut dengan alasan menetesnya darah tentu orang junub boleh masuk masjid, sebab orang yang junub tidak mengotori masjid.
Sedangkan mengenai perincian hukum yang membedakan antara dikhawatirkan darahnya menets atau tidak itu dalam hukum lewat didalam masjid (ubur) bukan dalam hal berdiam diri didalam masjid.
Jadi kesimpulannya, wanita yang sedang haid dilarang masuk kedalam masjid, meskipun ia yakin darahnya tak akan menetes sewaktu berdiam diri didalam masjid. Wallahu a'lam.
(Dijawab oleh: Sunde Pati, Ma S Budi, AlFath Ntu ElFana dan Siroj Munir)
Referensi:
1. Al-Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, juz 18 hal. 322-323
2. Al-Majmu' Syarah al-Muhadzdzab, juz 1 hal. 76-77
3. Tuhfatul Muhtaj & Hasyiyah al-Ubadi, juz 1 hal. 386
- Menurut madzhab Syafi'i, jika tidak ada hajat hukumnya makruh, dan bila ada hajat hukumnya boleh.
Dari pemaparan pendapat-pendapat para ulama' diatas dapat diketahui bahwa diharamkannya wanita haid masuk dan berdiam diri masjid bukan karena menetesnya darah, tapi karena ia sedang berrhadats besar, seumpama larangan tersebut dengan alasan menetesnya darah tentu orang junub boleh masuk masjid, sebab orang yang junub tidak mengotori masjid.
Sedangkan mengenai perincian hukum yang membedakan antara dikhawatirkan darahnya menets atau tidak itu dalam hukum lewat didalam masjid (ubur) bukan dalam hal berdiam diri didalam masjid.
Jadi kesimpulannya, wanita yang sedang haid dilarang masuk kedalam masjid, meskipun ia yakin darahnya tak akan menetes sewaktu berdiam diri didalam masjid. Wallahu a'lam.
(Dijawab oleh: Sunde Pati, Ma S Budi, AlFath Ntu ElFana dan Siroj Munir)
Referensi:
1. Al-Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, juz 18 hal. 322-323
دخول المسجد:
اتفق الفقهاء على حرمة اللبث في المسجد
للحائض، لقول النبي صلى الله عليه وسلم: لا أحل المسجد لحائض ولا جنب .
ويندرج فيه الاعتكاف كما صرح الفقهاء بذلك
واتفقوا على جواز عبورها للمسجد دون لبث
في حالة الضرورة والعذر، كالخوف من السبع قياسا على الجنب لقوله تعالى:
{ولا جنبا إلا عابري سبيل} واللص والبرد والعطش، ولأن النبي صلى الله عليه
وسلم أمر عائشة أن تناوله الخمرة من المسجد فقالت إنها حائض فقال حيضتك
ليست بيدك، وزاد الحنفية أن الأولى لها عند الضرورة أن تتيمم ثم تدخل
ويرى الحنفية والمالكية حرمة دخولها
المسجد مطلقا سواء للمكث أو للعبور، واستثنى الحنفية من ذلك دخولها للطواف.
وذهب الشافعية والحنابلة إلى حرمة مرورها في المسجد إن خافت تلويثه، لأن
تلويثه بالنجاسة محرم، والوسائل لها حكم المقاصد. فإن أمنت تلويثه فذهب
الشافعية إلى كراهة عبورها المسجد، ومحل الكراهة إذا عبرت لغير حاجة، ومن
الحاجة المرور من المسجد، لبعد بيتها من طريق خارج المسجد وقربه من المسجد.
وذهب الحنابلة إلى أنها لا تمنع من مرورها في المسجد حينئذ. قال أحمد - في
رواية ابن إبراهيم - تمر ولا تقعد
2. Al-Majmu' Syarah al-Muhadzdzab, juz 1 hal. 76-77
إذا حاضت المرأة حرم عليها الطهارة لأن
الحيض يوجب الطهارة -إلى أن قال- ويحرم عليها اللبث في المسجد لقوله صلى
الله عليه وسلم: لا أحل المسجد لجنب ولا لحائض. فأما العبور فيه فإنها إن
استوثقت من نفسها بالشد والتلجم جاز لأنه حدث يمنع اللبث في المسجد فلا
يمنع العبور كالجنابة
(ويحرم به) أي الحيض (ما حرم بالجنابة)
-إاى أن قال- و (عبور المسجد إن خافت) ، ولو بمجرد الاحتمال كما شمله
كلامهم وعليه يفرق بينه وبين اشتراط الظن في حرمة بيع نحو العنب لمتخذه
خمرا بأن المسجد يحتاط له لا سيما مع وجود قرينة التلويث هنا (تلويثه)
بمثلثة بعد التحتية بالدم صيانة له عن الخبث فإن أمنته كره لغلظ حدثها وبه
فارقت الجنب ويجري ذلك في كل ذي خبث يخشى تلويثه به كذي جرح
....................................................................................................................................
(قوله فإن أمنته كره) قال في شرح الروض ومحلها أي الكراهة إذا عبرت لغير حاجة
Tidak ada komentar:
Posting Komentar