- 1. Pengantar Studi HaditsPage |
- 1BAB IPENDAHULUAN1.
- 1 Latar BelakangHadis telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah kenyataan yang tidakdapat diragukan lagi. Sesungguhnya semasa hidup Rasulullah adalah wajar sekali jika kaummuslimin (para sahabat r.a.) memperhatikan apa saja yang dilakukan maupun yang diucapkan olehbeliau, terutama yang berkaitan dengan fatwa-fatwa keagamaan. Orang-orang Arab yang sukamenghafal dan syair-syair dari para penyair mereka, ramalan-ramalan dari peramal mereka danpernyataan-pernyataan dari para hakim, tidak mungkin lengah untuk mengisahkan kembaliperbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan dari seorang yang mereka akui sebagai seorang RasulAllah.Di samping sebagai utusan Allah, Nabi adalah panutan dan tokoh masyarakat. Selanjutnyadalam kapasitasnya sebagai apa saja (Rasul, pemimpin masyarakat, panglima perang, kepala rumahtanggal, teman) maka, tingkah laku, ucapan dan petunjuknya disebut sebagai ajaran Islam. Beliausendiri sadar sepenuhnya bahwa agama yang dibawanya harus disampaikan dan terwujud secarakongkret dalam kehidupan nyata sehari-hari. Karena itu, setiap kali ada kesempatan Nabimemanfaatkannya berdialog dengan para sahabat dengan berbagai media, dan para sahabat jugamemanfaatkan hak itu untuk lebih mendalami ajaran Islam.Hadis Nabi yang sudah diterima oleh para sahabat, ada yang dihafal dan ada pula yangdicatat. Sahabat yang banyak mengahafal hadis dapat disebut misalnya Abu Hurairah, sedangkansahabat Nabi yang membuat catatan hadis diantaranya ; Abu Bakar Shidiq, Ali bin Abi Thalib,Abdullah bin Amr bin Ash, dan Abdullah bin Abbas.Minat yang besar dari para sahabat Nabi untuk menerima dan menyampaikan hadisdisebabkan oleh beberapa hal, diantaranya : Pertama, Dinyatakan secara tegas oleh Allah dalam al-Qur‟an, bahwa Nabi Muhammad adalah panutan utama (uswah hasanah) yang harus diikuti olehorang-orang beriman dan sebagai utusan Allah yang harus ditaati oleh mereka.Kedua, Allah dan Rasul-Nya memberikan penghargaan yang tinggi kepada mereka yangberpengetahuan. Ajaran ini telah mendorong para sahabat untuk berusaha memperolehpengetahuan yang banyak, yang pada zaman Nabi, sumber pengetahuan adalah Nabi sendiri.Ketiga, Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk menyampaikan pengajaran kepadamereka yang tidak hadir. Nabi menyatakan bahwa boleh jadi orang yang tidak hadir akan lebih
- 2. Pengantar Studi HaditsPage | 2paham daripada mereka yang hadir mendengarkan langsung dari Nabi. Perintah ini telahmendorong para sahabat untuk menyebarkan apa yang mereka peroleh dari Nabi.1.2 Rumusan MasalahDari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan : Bagaimana sejarah hadis pra kodifikasi ketika periode Rasulullah SAW? Bagaimana sejarah hadis pra kodifikasi ketika periode sahabat dan tabi‟in? Bagaimana terjadinya pembukuan hadis abad II, III, IV H? Bagaimana terjadinya pembukuan hadis abad V H hingga sekarang?1.3 TujuanTujuan penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut : Mengetahui sejarah hadis (pertumbuhan dan perkembangannya) pra kodifikasi periodeRasulullah SAW Mengetahui sejarah hadis (pertumbuhan dan perkembangannya) pra kodifikasi periodesahabat dan tabi‟in Mengetahui sejarah hadis (pertumbuhan dan perkembangannya) kodifikasipembukuan hadis abad II, III, IV H Mengetahui sejarah hadis (pertumbuhan dan perkembangannya) kodifikasipembukuan hadis abad V H hingga sekarang
- 3. Pengantar Studi HaditsPage | 3BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pra KodifikasiMembicarakan sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis bertujuan unuk mengangkatfakta dan peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah SAW kemudian secara periodik padamasa masa sahabat dan tabi‟in serta masa masa berikutnya .Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapatmenggambarkan sikap dan tindakan umat Islam. Khususnya para ulama ahli hadis terhadaphadis serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap tiap periodenya hinggaterwujudnya kitab kitab hasil tadwin secara sempurna. Karena perjalanan hadis pada tiap tiapperiodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang tidak sama,maka dalampengungkapan sejarah perjalanannya perlu dikemukakan ciri ciri khusus.Di antara para ulama terdapat perbedaan dalam menyusun periodesasi pertumbuhan danperkembangan hadis ini. Ada yang membaginya dalam tiga periode saja, yaitu masa RasulullahSAW, sahabat dan tabi‟in , masa pen-tadwin-an dan masa setelah tadwin. Namun, ada yangmembaginya dalam periodesasi lain atau yang lebih terperinci, yaitu lima hingga tujuh periodedengan spesifikasi yang lebih jelas.2.1.1 Periode Rasulullah SAWYang perlu diuraikan secara khusus pada bahasan ini ialah masa Rasulullah SAW, masasahabat masa tabi‟in , masa pen-tadwin-an atau pembukuan dan masa seleksi atau penyaringanhadis serta masa sesudahnya.Apabila membicarakan hadis pada masa Rasulullah SAW berarti membicarakan hadis padaawal pertumbuhannya. Maka dalam uraiannya akan berkaitan langsung dengan pribadiRasulullah SAW sebagai narasumber hadis. Rasulullah SAW telah membina umatnya selama23tahun. Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu sekaligus di-wurud-kannya hadis.Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati hatian para sahabat sebagai ahli warispertama ajaran Islam.Wahyu yang diturunkannya Allah SWT kepada Rasulullah SAW dijelaskannya melaluiperkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan taqrir nya, sehingga apa yang didengar, dilihat dan
- 4. Pengantar Studi HaditsPage | 4disaksikan oleh para sahabat dapat dijadikan pedoman bagi amaliah dan ubudiyah mereka. Padamasa ini Rasulullah SAW merupakan contoh satu satunya bagi para sahabat,karena ia memilikisifat kesempurnaan dan keutamaan selaku utusan Allah SWT yang berbeda dengan manusialainnya.CARA RASUL MENYAMPAIKAN HADISAda suatu keistimewaan pada masa ini yang membedakannya dengan masa lainnya yaituumat Islam dapat secara langsung memperoleh hadis dari Rasulullah SAW sebagai sumberhadis. Pada masa ini tidak ada jarak atau hijab yang dapat menghambat atau mempersulitpertemuan mereka.Tempat tempat pertemuan kedua belah pihak sangatlah terbuka dalam berbagaikesempatan,misalnya masjid, rumah beliau sendiri, pasar, ketika beliau dalam perjalanan(safar), dan ketika beliau muqim (berada di rumah). Melalui tempat tempat tersebut,Rasulullah SAW menyampaikan hadis, melalui sabdanya yang didengar langsung oleh parasahabat (melalui musyafahah) dan terkadang melalui perbuatan serta taqrir-nya yangdisaksikan oleh mereka (melalui musyafahah).Dalam riwayat bukhari, disebutkan Ibnu Mas‟ud pernah bercerita bahwa Rasulullah SAWmenyampaikan hadisnya denan berbagai cara, sehingga para sahabat ingin mengikutipengajiannya dan tidak mengalami kejenuhan.Ada beberapa cara yang digunakan Rasulullah SAW dalam menyampaikan hadis kepadapara sahabat, yaitu:Pertama, melalui para jamaah yang berada di pusat pembinaan atau majlis al ilmi. Melaluimajlis ini, para sahabat memperoleh banyak peluang untuk menerima hadis, sehingga merekaberusaha untuk selalu mengonsentrasikan dirinya guna mengikuti kegiatan tersebut . parasahabat begitu antusias untuk tetap bisa mengikuti kegiatan di majlis ini.terkadang diantaramereka bergantian hadir, seperti yang dilakukan oleh Umar bin Khattab yang bergantian hadirdengan Ibnu Zaid dari Bani Umayah untuk menghadiri majlis ini. Ia berkata, “Kalau hari iniaku yang pergi, pada hari lainnya ia yang pergi. Terkadang kepala kepala suku yang jauh dariMadinah mengirim utusannya ke majlis ini, untuk kemudian mengajarkannya kepada sukumereka sekembalinya dari sini.”Kedua, dalam banyak kesempatan, Rasulullah SAW juga menyampaikan hadisnya melaluipara sahabat tertentu, kemudian mereka menyampaikan kepada orang lain. Hal ini terjadiketika beliau mewurudkan hadis, hanya beberapa sahabat yang hadir, baik karena disengajaoleh Rasulullah SAW atau memang kebetulan para sahabat yang hadir hanya beberapa orangsaja, bahkan hanya satu orang,seperti hadis hadis yang ditulis oleh Abdullah bin Amr bin AlAs. Untuk hal hal tertentu, seperti yang berkaitan dengan soal keluarga dan kebutuhan
- 5. Pengantar Studi HaditsPage | 5biologis (terutama menyangkut hubungan suami istri), beliau menyampaikannya melalui istriistrinya. Begitu juga dengan para sahabat, jika mereka segan bertanya kepada RasulullahSAW, dalam hal hal yang berkaitan dengan soal di atas , mereka seringkali bertanya kepadaistri istri beliau.Ketiga, cara lain yang dilakukan Rasulullah SAW adalah melalui ceramah dan pidatoditempat terbuka seperti ketika haji wada’ dan Futuh Mekah.PERBEDAAN PARA SAHABAT DALAM MENGUASAI HADISPara sahabat tidak memiliki kadar perolehan dan penguasaan hadis yang sama antara satudan lain. Hal ini bergantung pada beberapa hal berikut ini :1) Perbedaan mereka dalam soal kesempatan bersama Rasulullah SAW2) Perbedaan dalam soal kesanggupan untuk selalu bersama Rasulullah SAW3) Perbedaan mereka dalam soal kekuatan hafalan dan kesungguhan bertanya kepadasahabat lain4) Perbedaan mereka dalam waktu masuk Islam dan jarak tempat tinggal mereka dariMajlis Rasulullah SAWAda beberapa sahabat yang banyak menerima hadis dari Rasulullah SAW dengan beberapapenyebab. Mereka adalah antara lain :1) Para sahabat yang tergolong kelompok As Sabiqun Al Awwalun (yang mula mula masukIslam), seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib danIbnu Mas‟ud. Mereka banyak menerima hadis dari Rasulullah SAW karena lebih awalmasuk Islam dari sahabat sahabat lainnya.2) Ummahat Al Mu’minin (istri istri Rasulullah SAW), seperti Siti Aisyah dan UmmuSalamah. Mereka lebih dekat dengan Rasulullah SAW dari pada sahabat lain. Hadishadis yang diterimanya,seperti telah dikatakan, banyak yang berkaitan dengan soal soalkeluarga dan pergaulan suami istri.3) Para sahabat yang selalu dekat dengan Rasulullah SAW dan juga menuliskan hadishadis yang diterimanya, seperti Abdullah bin Al As.4) Sahabat yang tidak lama Rasulullah SAW tetapi banyak bertanya kepada para sahabatlain dengan sungguh sungguh, seperti Abu Hurairah.5) Para sahabat yang secara sungguh sungguh mengikuti majlis Rasulullah SAW danbanyak bertanya kepada sahabat lain dan dari sudut usia, mereka hidup lebih lama dariwafatnya Rasulullah SAW seperti Abdullah bin Amr, Anas bi Malik dan Abdullah binAbbas.
- 6. Pengantar Studi HaditsPage | 6MENGHAFAL DAN MENULIS HADISa. Menghafal HadisUntuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan Al-Quran dan hadissebagai dua sumber ajaran Islam, Rasulullah SAW menggunakan jalan yang berbeda.Terhadap Al-Quran beliau menginstruksikan kepada sahabatnya supaya menulis danmenghafalnya. Sedangkan terhadap hadis, beliau menyuruh mereka menghafal danmelarang menulisnya secara resmi. Dalam hal ini beliau bersabda :“Apa saja yang kalian tulis apa saja dariku selain Al-Quran, hendaklah dihapus.Ceritakan saja yang diterima dariku. Barang siapa yang berdusta atas namaku dengansengaja, hendaknya mereka menempati tempat duduk di neraka.” (HR. Muslim danAbu Said Al Khuzri)Maka para sahabat berusaha menghafal hadis yang diterima dari Rasulullah SAWdengan sungguh sungguh. Mereka sangat takut dengan ancaman Rasulullah SAWsehingga berusaha agar tidak melakukan kekeliruan terhadap yang diterimanya.Ada dorongan kuat yang cukup memberikan motivasi kepada para sahabat dalamkegiatan menghafal hadis ini, yaitu :1) Kegiatan menghafal merupaka budaya bangsa Arab yang telah diwarisi sejakmasa pra Islam dan mereka terkenal kuat hafalannya.2) Rasulullah SAW telah banyak memberikan spirit melalui doa doanya.3) Seringkali beliau menjanjikan kebaikan akhirat bagi mereka yang menghafalhadis dan menyampaikannya kepada orang lain.b. Menulis HadisSekalipun ada larangan Rasulullah SAW untuk menulis hadis seperti disebutkandalam hadis Abu Said Al Khuzri di atas, ternyata ada sejumlah sahabat yang memilikicatatan catatan hadis. Di antara mereka adalah:1) Abdullah bin Amr bin Al As. Ia memilii catan hadis yang menurut pengakuannyadibenarkan Rasulullah SAW sehingga dinamakan As Sahihah As Sadiqah .Menurut suatu riwayat diceritakan bahwa orang orang Quraisy mengeritik sikapAbdullah bin Amr yang selalu menulis apa apa yang datang dari Rasulullah SAW.Mereka berkata : “Engkau menuliskan apa saja yang dating dari Rasulullah SAW,padahal Rasulullah SAW itu manusia yang bisa saja bicara dalam keadaanmarah”. Kritikan ini disampaikannya kepada Rasulullah SAW , maka RasulullahSAW bersabda:
- 7. Pengantar Studi HaditsPage | 7“ Tulislah! Demi Dzat yang diriku berada ditanganNya tidak ada yang keluardarinya, kecuali benar.” ( HR. Bukhari)Hadis hadis yang terhimpun dalam catatannya berkisar sekitar seribu hadis yangmenurut pengakuannya diterima langsung dari Rasulullah SAW yaitu ketika ia berada disisi beliau SAW tanpa orang lain yang menemaninya.2) Jabir bin Abdillah bin Amr Al Anshari (w 78H). Ia memiliki catatan hadis dariRasulullah SAW tentang manasik haji. Hadis hadisnya kemudian diriwayatkanoleh Muslim. Catatan ini dikenal dengan Sahifah Jabir.3) Abu Hurairah Ad Dausi (w 58H). Ia memiliki catatan hadis yang dikenal denganAs Sahifah As Sahihah. Hasil karyanya ini diwariskan kepada putranya yangbernama Hamman.4) Abu Syah ( Umar bin Saad Al Anmari) seorang penduduk Yaman. Ia memintakepada Rasulullah SAW agar dicatatkan hadis yang disampaikan beliau ketikapidato pada peristiwa Futuh Mekah (penaklukan kota Mekah) sehubungan denganterjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh Bani Khuza’ah terhadap salahseorang penduduk Bani Lais. Rasulullah SAW kemudian bersabda :( )“Kalian tuliskan untuk Abu Syah.”Di samping nama nama diatas, masih banyak lagi nama sahabat lainnya yang memilikicatatan hadis dan dibenarkan Rasulullah SAW seperti Rafi‟ bin Khadij, Amr bin Hazm,Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Mas‟ud.Diantara Hadits yang melarang penulisan sunah, seperti periwayatan Abi Sa‟id Al-Khudri ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda:Artinya: “Janganlah engkau tulis dari padaku, barang siapa menulis dari padakuselain Al-Qur’an, maka hapuslah.” (HR Muslim)c. Para Ulama Men-taufiq-kan Dua Kelompok Hadis yang Kelihatannya KontradiksiKetika melihat adanya kontradiksi pada dua buah hadis seperti pada hadis Abu SaidAl-Huzni dan hadis dari Abdullah bin Amr bin Al As yang masing masing didukung olehhadis hadis lainnya, para ulama terdorong untuk menemukan penyelesaiannnya. Di antaramereka, ada yang mencoba dengan menggugurkan salah satunya, seperti dengan jalan
- 8. Pengantar Studi HaditsPage | 8nasikh dan mansukh dan ada yang berusaha mentaufiqkan atau mengompromikannyasehingga keduanya tetap digunakan (ma’mul).Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, larangan Rasulullah SAW untuk menuliskan hadisadalah khusu ketika Al-Quran turun. Ini karena adanya kekhawatiran tercampurnya ayatAl-Quran dan hadis . larangan ini dimaksudkan juga untuk tidak menuliskan Al-Quran danhadis dalam satu suhuf. Ini artinya bahwa ketika Al-Quran tidak turun dan tidak dituliskanpada satu suhuf , maka dibolehkan untuk mencatat wahyu. An Nawawi dan As Suyutimemandang bahwa larangan tersebut dimaksudkan bagi orang yang kuat hafalannya,sehingga tidak adakekhawatiran terjadinya kekeliruan. Akan tetapi, bagi orang yangkhawatir lupa atau kurang kuat hafalannya, dibolehkan mencatatkannya.2.1.2 Periode Sahabat dan Tabi’inPro dan kontra tentang penulisan sunah masih terasa pada masa sahabat (Al-KhulafaAl-Rasyidun), karena keinginan mereka untuk menyelamatkan Al-Qur‟an dan sunah.Diantara mereka ada yang benci menulis sunah, karena Al-Qur‟an belumdikodifikasikan dan dikhawatirkan perhatian mereka tersita atau berpaling dari Al-Qur‟an. Seperti periwayatan:“Urwah Ibn Al-Zubayr, bahwa Umar Ibn Al-Khathab bersama para sahabat setelahbermusyawarah dan disepakati beliau istikharah kepada Allah selama satu bulan,kemudian berkata: sesungguhnya aku ingin menulis sunah dan aku telah menyebutkansuatu kaum sebelum kalian yang menulis beberapa buku kemudian mereka sibukdengannya dan meninggalkan kitab Allah. Demi Allah sesungguhnya aku tidak akanmencampurkan kitab Allah dengan sesuatu selamanya.”Pada masa Abu Bakar dan Umar disebut masa pembatasan/penyederhanaanperiwayatan (taqlil al-riwayah), penyampaian periwayatan dilakukan dengan lisan danhanya jika benar-benar diperlukan saja yaitu jika umat Islam menghadapi suatu masalahsaja yang memerlukan penjelasan hukum. Kedua khalifah diatas menerima hadits orangperorangan jika disertai dengan saksi yang menguatkan. Bahkan Ali menerimanya jikajuga disertai dengan sumpah.Demikian juga para sahabat lain yang semula melarang menulis sunah akhirnyamemperbolehkannya bahkan menganjurkannya setelah tidak ada kekhawatiranpemeliharaan Al-Qur‟an seperti Abdullah Bin Mas‟ud, Ali Bin Abi Thalib, Hasan BinAli, Muawiyah, Abdullah Bin Abbas, Abdullah Bin Umar, Anas Bin Malik, dan lain-lain.
- 9. Pengantar Studi HaditsPage | 9Isu yang ditebarkan para pengingkar sunah bahwa Umar Ibn Al-Khathab pernahmemenjara sebagian sahabat yang meriwayatkan hadits diantaranya Ibn Mas‟ud, AbuAl-Darda, dan Abu Dzarr. Menurut Mustafa Al-A‟zhami setelah mengadakan penelitiandiberbagai buku yang dapat dijadikan pedoman (mu‟tabar) tidak terbukti, karena tidakada periwayatan yang menyatakan hal tersebut. Jika terdapat periwayatan sebagaimanaisu diatas berarti jelas kepalsuannya. Ibn Mas‟ud tergolong sahabat senior danpendahulu Islam yang dihormati Umar, ia diutus ke Irak untuk mengajarkan agama danhukum-hukum Islam. Sedangkan Abu Al-Darda dan Abu Dzarr tidak tergolong sahabatyang banyak meriwayatkan hadits, mereka juga pengajar penduduk syam sebagaimanaIbn Mas‟ud menjadi guru di Irak. Ibn Hazm juga menjelaskan bahwa riwayat Umarmemenjarakan tiga orang sahabat diatas adalah dusta, tidak benar.Hukum penetapan penulisan hadits terjadi secara berangsur-angsur (Al-Tadarruj).Pada saat wahyu turun, umat Islam menghabiskan waktunya untuk menghapal danmenulis Al-Qur‟an. Sunah hanya disimpan dalam dada mereka, disampaikan dari lisanke lisan dan dipraktekkan dalam kehidupan mereka sesuai dengan apa yang mereka lihatdan apa yang mereka dengar dari panutan yang mulia yaitu Nabi Saw. Kemudian setelahAl-Qur‟an terpelihara dengan baik, mereka telah mampu membedakannya dengancatatan sunah, dan tidak ada kekhawatiran meninggalkan Al-Qur‟an, para ulama sepakatbolehnya penulisan dan pengkodifikasian sunnah.Pada masa Ali ra, timbul perpecahan di kalangan umat Islam akibat konflik politikantara pendukung „Ali dan Mu‟awiyah. Umat Islam terpecah menjadi tiga golongan:Khawarij, golongan pemberontak yang tidak setuju dengan perdamaian dua kelimpokyang bertikai.Syi’ah sangat fanatik dan mengkultuskan „AliJumhur umat Islam yang tidak termasuk golongan pertama dan kedua diatas. Diantaramereka ada yang mendukung pemerintahan „Ali,ada yang mendukung pemerintahanMu‟awiyah, dan ada pula yang netral tidak mau melibatkan diri dalam kancahkonflik.Akibat perpecahan ini mereka tidak segan-segan membuat Hadis palsu (mawdhu’)untuk mengklaim bahwa dirinya yang paling benar diantara golongan atau partai-partaidiatas untuk mencari dukungan dari umat Islam. Pada masa inilah awal terjadinya Hadismawdhu’ dalam sejarah yang merupakan dampak konflik politik secara internal yangkemudian diboncengi faktor-faktor lain dalam perkembangan berikutnya yang nantiakan dibahas pada bab Hadis mawdhu‟. Ulama di kalangan sahabat tidak tinggal diamdalam menghadapi pemalsuan hadis ini. Mereka berusaha menjaga kemurnian Hadis
- 10. Pengantar Studi HaditsPage | 10dengan serius dan sungguh-sungguh, diantaranya mengadakan perlawatan ke berbagaidaerah Islam untuk mengecek kebenaran Hadis yang telah sampai kepada mereka baikdari segi matan ataupun sanad. Hasil perlawatan itu disampaikan kepada umat Islamsecara transparan.Masa 41 akhir abad 1 H. Masa ini awal berkembangnya periwayatan dan perlawatanke kota-kota besar untuk mencari hadits dari para sahabat dan tabi‟in senior yang telahpindah ke kota-kota lain atau daerah-daerah lain setelah masa perluasan ekspansiwilayah Islam. Masa ini disebut masa rihlah ilmiyah. Setelah ekspansi Islam semakinluas, yakni sejak masa Utsman, Ali, dan sampai akhir abad pertama hijriah, para sahabatsenior banyak yang hidup di berbagai negeri yang terpisah untuk mengajarkan Al-Qur‟an dan hadis di berbagai wilayah yang telah dikuasai Islam. Diantara daerah yangtelah dikuasai Islam adalah Syam dan Irak (17 H), Mesir (20 H), Persia (21 H),Samarkand (56 H), dan Spanyol (93 H).Para sahabat yunior banyak yang mengadakan perjalanan jauh (rihlah ilmiyah) untukmenghimpun atau mengecek kebenaran hadis dari sesamanya atau dari sahabat yanglebih senior. Misalnya yang dilakukan Jabir bin Abdullah yang pernah melakukan rihlahke Syam dalam waktu satu bulan dengan menjual seekor unta untuk ongkos perjalananhanya ingin mendapatkan satu hadits yang belum pernah ia dengar.Dari Abdullah bin Unays tentang Hadis“ Manusia digiring pada hari kiamat telanjang tidak berpakaian, berwarna hitam”(HR Bukhari, Ahmad, at-Thabrani, al-bayhaqi)Demikian juga Abu Ayyub al-Anshari yang tinggal di Madinah pergi ke Mesir untukmenemui „Uqbah bin Amir al-Juhari untuk menanyakan sebuah hadis yang belumpernah ia dengar, yaitu sabda Nabi:“ Barang siapa yang menutupi kesukaran-kesukaran orang mukmin di dunia, makaAllah akan menutupinya pada hari kiamat” (HR Al-Bayhaqi)Ada 6 orang diantara sahabat yang banyak meriwyatkan hadits ialah:1. Abu Hurairah sebanyak 5.374 buah hadis dan ia mengambilnya lebih dari 300orang diantara sahabat.2. Abdullah bin Umar bin Al-Khathab sebanyak 2.635 buah hadis3. Anas bin Malik sebanyak 2.286 buah hadis4. „Aisyah Ummi Al-Mukminin sebanyak 2.210 buah hadis
- 11. Pengantar Studi HaditsPage | 115. Abdullah bin Abbas sebanyak 1.660 buah hadis6. Jabir bin Abdullah sebanyak 1.540 buah hadisPara sahabat yang terkenal banyak meriwayatkan hadis ada beberapa alasan,diantaranya lebih dahulu bersahabat dengan Nabi seperti Abdullah bin Mas‟ud, ataukarena banyak berkhidmah dengan beliau seperti Anas bin Malik, atau karena banyakmenyaksikan internal dalam rumah tangga beliau seoerti „Aisyah, dan atau karenaketekunannya dalam hadis seperti Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr, dan AbuHurairah.Di antara kota-kota yang menjadi pusat kegiatan periwayatan hadis ialah sebagaiberikut:1. MadinahDiantara tokoh hadis dari kalangan sahabat yang tinggal di Madinah adalah AbuBakar, Umar, Ali (sebelum pindah ke Kufah),Abu Hurairah, Aisyah, Ibn Umar, Abu SaidAl-Khudri, dan Zaid bin Tsabit. Diantara tabi‟in yang belajar kepada mereka adalah:Sa‟id, Urwah, Al-Zuhri, Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas‟ud, Salim binAbdullah bin Umar, Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar, Nafi‟, Abi Bakar binAbdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam, dan Abu Al-Zinad.2. MakkahDiantara tokoh hadis dari kalangan sahabat yang tinggal di Makkah adalahMu‟adz bin Jabal dan Ibn Abbas. Sedangkan para Tabi‟in yang belajar kepada merekaadalah: Mujahid, „Ikrimah, „Atha‟ bin Abi Rabah, dan Abu Al-Zubair Muhammad binMuslim.3. KufahDiantara pemimpin besar hadits di Kufah adalah „Abdullah bin Mas‟ud yangbelajar dari padanya antara lain Masruq,Ubaydah,Al-Aswad,Syuraih,Ibrahim,Said binJubair, Amir bin Syurahil, dan Al-Sya‟bi.4. BashrahDi antara tokoh hadis di kota ini dari kalangan sahabat adalah Anas bin Malik,„Utbah, „Imran bin Hushain, Abu Barzah, Ma‟qil bin Yasar, Abu Bakrah, „Abdurrahmanbin Samurah, dan lain-lain. Sedangkan tabi‟in yang belajar kepada mereka antara lain:Abu al-Aliyah, Rafi‟ bin Mihram, Al-Hasan al-Bishri, Muhammad bin Sirin, AbuSya‟tsa, Jabir bin Zayd, Qatadah, Mutharraf bin Abdullah bin Syikhkhir, dan AbuBurdah bin Abu Musa.
- 12. Pengantar Studi HaditsPage | 125. SyamDi Antara sahabat yang mengembangkan hadits di Syam adalah Mu‟adz binjabal, „Ubadah bin al-Shamit, dan Abu al-Darda. Sedang dikalangan tabi‟in adalah Abuidris al-Khawlani, Qabishah bin Dzua‟ib, Makhul, dan Raja‟ bin Haywah.6. MesirDi antara para sahabat di Mesir adalah Abdullah bin „Amr, „Uqbah bin „AmirKharijah bin Hudzaifah, Abdullah bin Sa‟ad, Mahmiyah bin Juz, Abdullah bin Harits,dan lain-lain kurang lebih ada 40 orang sahabat sedang di kalangan tabi‟in antara lainAbu al-Khayr Martsad al-Yazini dan Yazid bin Abi Habib.2.2 KodifikasiHadis merupakan sumber hukum utama sesudah Al-Quran. Keberadaan Hadis merupakanrealitas nyata dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Quran. Hal ini karena tugas Rasuladalah sebagai pembawa risalah dan sekaligus menjelaskan apa yang terkandung dalam risalahyakni Al-Quran. Sedangkan Hadis, hakikatnya tak lain adalah penjelasan dan praktek dariajaran Al-Quran itu sendiri.Kendati demikian, keberadaan Hadis dalam proses kodifikasinya sangat berbeda denganAl-Quran yang sejak awal mendapat perhatian secara khusus baik dari Rasulullah SAW.maupun para sahabat berkaitan dengan penulisannya. Bahkan Al-Quran telah secara resmidikodifikasikan sejak masa khalifah Abu Bakar al-Shiddiq yang dilanjutkan dengan Utsmanbin Affan yang merupakan waktu yang relatif dekat dengan masa Rasulullah.Yang dimaksud dengan kodifikasi hadis atau tadwin hadis pada periode ini adalahkodifikasi secara resmi berdasarkan perintah kepala Negara, dengan melibatkan beberapasahabat yang ahli di bidangnya. Tidak seperti kodifikasi yang dilakukan secara perseoranganatau untuk kepentingan pribadi, sebagaimana yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.Usaha ini di mulai ketika pemerintahan Islam di pimpin oleh Khalifah Umar bin AbdulAziz (khalifah kedelapan dari kekhalifahan bani Umayah), melalui instruksinya kepadapejabat daerah agar memperhatikan dan mengumpulkan hadis dari para penghafalnya. Iamenginstruksikan kepada Abu Bakar bin Muhammad ibn Amar ibn Hazm (GubernurMadinah), seperti dibawah ini:“Perhatikan atau periksalah hadis hadis Rasulullah SAW kemudian tuliskanlah! Akukhawatir akan lenyapnya ilmu dengan meninggalnya para ulama (para ahlinya). Danjanganlah kamu terima , kecuali hadis Rasulullah SAW… “Sementara itu, perhatian terhadap Hadis tidaklah demikian. Upaya kodifikasi Hadis secararesmi baru dilakukan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz khalifah Bani Umayyahyang memerintah tahun 99-101 Hijriyah, waktu yang relatif jauh dari masa Rasulullah SAW.
- 13. Pengantar Studi HaditsPage | 13 Kodifikasi Hadis Secara ResmiKodifikasi hadis secara resmi dipelopori Khalifah Umar bin Abdul Aziz (khalifahkedelapan pada masa Bani Umayyah yang memerintah tahun 99-101 H. Dia menginstruksikankepada para Gubernur di semua wilayah Islam untuk menghimpun dan menulis hadis-hadisNabi. Khalifah menginstruksikan kepada Abu Bakar ibn Hazm agar mengumpulkan hadishadis yang ada pada Amrah binti Abdurrahman Al Anshari (murid kepercayaan Siti Aisyah)dan Al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar. Instruksi yang sama ia juga berikan kepadaMuhammad bin Syihab Az Zuhri yang dinilainya sebagai seorang yang lebih banyakmengetahui hadis daripada yang lainnya.Semboyan al-Zuhri yang terkenal al isnaadu minad diin, lau lal isnadu la qaala man syaa-amaa syaa-a (artinya : Sanad itu bagian dari agama, sekiranya tidak ada sanad maka berkatalahsiapa saja tentang apa saja).Menurut para ulama, hadis hadis yang dihimpun oleh Abu Bakar ibn Hazm masih kuranglengkap, sedangkana hadis hadis yang dihimpun ibn Syihab Az Zuhri lebih lengkap, akantetapi, sayang sekali karena karya kedua tabiin ini lenyap sehinggga tidak sampai kepadagenerasi sekarang. Motif Umar bin Abdul Aziz1. Kekhawatiran akan hilang Hadis dari perbendaharaan masyarakat, sebab belumdibukukan.2. Untuk membersihkan dan memelihara Hadis dari Hadis-hadis maudhu (palsu) yangdibuat orang-orang untuk mempertahankan ideologi golongan dan mazhab.3. Tidak adanya kekhawatiran lagi akan tercampurnya Al-Qur‟an dan hadis, keduanyasudah bisa dibedakan. Al-Qur‟an telah dikumpulkan dalam satu mushaf dan telah meratadiseluruh umat Islam.4. Ada kekhawatiran akan hilangnya hadis karena banyak ulama Hadis yang gugur dalammedan perang.2.2.1 Pembukuan Hadis abad II, III, IV H Kodifikasi Hadis Pada abad kedua.Setelah agama Islam tersiar dengan luas di masyarakat, dipeluk dan dianut oleh pendudukyang bertempat tinggal di luar jazirah arab, dan para sahabat mulai terpencar di beberapawilayah bahkan tidak sedikit jumlahnya yang telah meninggal dunia, maka terasalah perlunyaAl-Hadits diabadikan dalam bentuk tulisan dan kemudian dibukukan dalam dewan hadits.Urgensia ini menggerakkan hati khalifah „Umar bin Abdul Aziz (seorang khalifah baniUmayyah yang menjabat khaliafah antara tahun 99 sampai tahun 101 hijriah) untuk manulis
- 14. Pengantar Studi HaditsPage | 14dan membukukan (mendewankan) Hadis. Dan pada masa ini dikenal dengan ashru al-Tadwin( masa pembukuan ).Menurut Fatchur Rahman motif utama khalifah „Umar bin „Abdul Aziz berinisiatif untukmendewankan Hadis adalah :a. Kemauan beliau yang kuat untuk tidak membiarkan Hadis seperti waktu yang sudah-sudah. Karena beliau khawatir hilang dan lenyapnya Hadis dari perbendaharaanmasyarakat, disebabkan belum didewankannya dalam dewan hadis.b. Kemauan beliau yang keras untuk membersihkan dan memelihara Hadis dari hadis-hadismaudlu‟ yang dibuat oleh orang-orang untuk mempertahankan ideologi golongannya danmempertahankan mazhabnya, yang sejak tersiar sejak awal berdirinya kekhalifahan „Alibin Abi Thalib r.a.c. Alasan tidak terdewannya Hadis secara resmi di zaman Rasulullah SAW. Dan KhulafaurRasyidin, karena adanya kekhawatiran bercampur aduknya dengan Al-Quran, telahhilang, disebabkan Al-Quran telah dikumpulkan dalam satu mushaf dan telah merata diseluruh pelosok. Ia telah di hafal di otak dan diresapkan di hati sanubari beribu-ribuorang.d. Kalau di zaman Khulafaur Rasyidin belum pernah dibayangkan dan terjadi peperanganantara orang muslim dengan orang kafir, demikian juga perang saudara orang-orangmuslim, yang kian hari kian menjadi-jadi, yang sekaligus berakibat berkurangnya jumlahulama ahli hadits, maka saat itu juga konfrontasi tersebut benar-benar terjadi.Untuk menghilangkan kekhawatiran akan hilangnya Hadits dan memelihara Hadits daribercampuranya dengan hadits-hadits palsu, „Umar bin Abdul Aziz mengintruksikan padaseluruh pejabat dan „ulama yang memegang kekuasaan di wilayah keuasaannya untukmengumpulkan Al-Hadits. Intruksi itu berbunyi:“Telitilah hadits Rasulullah SAW. kemudian kumpulkan !”Beliau menginstruksikan kepada walikota madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amrbin Hazm (117 H.), untuk mengumpulkan hadits yang ada padanya dan pada tabi‟iy wanita,„Amrah binti abdu al-Rahman.“Tulislah hadits untukku, hadits Rasulullah saw. Yang ada padamu dan hadits „Amrah (bintiAbdul Rahman). Sebab aku takut hilangnya dan punahnya ilmu.” (riwayat Ad-Darimi).
- 15. Pengantar Studi HaditsPage | 15Atas instruksi itu, Ibnu Hazm mengumpulkan hadits-hadits, baik yang ada pada dirinyasendiri maupun pada „Amrah, tabi‟i wanita yang banyak meriwayatkan hadist Aisyah r.a. Jugabeliau mengintruksikan kepada Ibnu Syihab Az-Zuhri seorang Imam dan Ulama besar diHijaz dan Syam (124 H). Beliau mengumpulkan hadist-hadist dan kemudian ditulisnya dalamlembaran-lembaran dan dikirimkan kepada masin-masing penguasa di tiap-tiap wilayah satulembar. Itulah sebabnya para ahli tarikh dan ulama menganggap bahwa Ibnu Syihablah orangyang mula-mula mendewankan hadist secara resmi atas perintah Umar bin Abdul Aziz.Setelah periode Abu Bakar bin Hazm dan Ibnu Syihab berlalu, muncullah periodependewanan hadist yang ke dua yang disponsori oleh khalifah-khalifah bani Abbasiyah.Bangunlah ulam-ulama hadist dalam periode ini:Abu Muhammad Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij (wafat 150 H) sebagaipendewan hadist di Mekah,Maumar bin Rasyid (wafat 153 H) sebagai pendewan di Yaman,Abu Amar Abdul Rahman Al-Auza‟i (wafat 156 H) sebagai pendewan hadist diSyam,Muhammad bin Ishaq (wafat 151 H) sebagai pendewan hadist di Madinah,Imam Malik bin Anas (179 H) sebagai pendewan hadist di Madinah,Sa‟id bin Abi Urubah (wafat tahun 151) sebagai pendewan hadist di Bashrah,Rabi‟ bin Subaih (wafat tahun 160) sebagai pendewan hadist di Bashrah,Hammad bin Abi Salamah (wafat 176 H) sebagai pendewan hadist di Bashrah.Abu Abdullah Sufyan As-Tsauri (wafat 161 H) sebagai pendewan hadist di Kufah,Abdullah bin Mubarak (wafat tahun 181 H) sebagai pendewan di Khurasãn,Husyaim bin Basyir (wafat tahun 188 H) sebagai pendewan di Wasit,Jarir bin Abdul Hamid (wafat tahun 188 H) sebagai pendewan di Raih,Al-Lais bin Sa‟ad (wafat tahun 175 H) sebagai pendewan di Mesir.Kitab hadis yang ada, masih bercampur aduk antara hadis-hadis Rasulullah dengan fatwa-fatwa sahabat dan tabiin, belum dipisahkan antara hadis-hadis yang marfu, mauquf danmaqthu, dan antara hadis yang shahih, hasan dan dlaif.Kitab Hadis yang masyhur :Al-Muwaththa - Imam Malik pada 144 H - atas anjuran khalifah al-Mansur. Jumlahhadis yang terkandung dalam kitab ini kurang lebih1.720 hadis.Musnad al-Syafii - mencantumkan seluruh hadis dala kitab "al-Umm".
- 16. Pengantar Studi HaditsPage | 16Mukhtalif al-Hadits - karya Imam Syafii - menjelaskan cara-cara menerima haditssebagai hujjah, menjelaskan cara-cara mengkompromikan hadits-hadits yangkontradiksi satu sama lain. Kodifikasi Hadis Pada abad ketigaDipermulaan abad ke III para ahli hadist berusaha menyisihkan Hadis dari fatwa-fatwasahabat dan tabi‟in. Mereaka berusaha membukukan hadis Rasulullah semata-mata secaramurni. Untuk tujuan yang mulia ini mereka mulai menyusun kitab-kitab musnad yang bersihdari fatwa-fatwa. Bangunlah ulama-ulama ahli hadist seperti: Musa Al-Abbasi, MusyaddadAl-Basri, As‟ad bin Musa dan Nuaim bin Muhammad Al-Ghazai menyusun kitab-kitabmusnad. Kemudian menyusul pula Imam Ahmad bin Hambal. Kendatipun kitab-kitab hadistpermulaan abad ke III ini sudah menyisihkan fatwa-fatwa namun masih mempunyaikelemahan yakni tidak atau belum menyisihkan hadist-hadist dhaif, termasuk juga haditsmaudlu‟ yang diselundupkan oleh golongan-golongan yang bermaksud hendak menodaiagama islam.Karena adanya beberapa kelemahan kitab-kitab hadits tersebut, bergeraklah ulama-ulamahadits pertengahan abad ketiga untuk menyelamatkannya. Mereka membuat kaidah-kaidahdan syarat-syarat untuk menentukan suatu hadits itu apakah shahih atau dha‟if. Para rawihadits tidak luput menjadi sasaran penelitian mereka, untuk diselidiki kejujurannya,kehafalannya.Pada pertengahan abad ini, mulai muncul kitab-kitab hadits yang hanya memuat hadits-hadits shahih, pada perkembangannya dikenal dengan “kutubu al-sittah” yaitu:1. Shahih al-Bukhari atau Jami‟u al-Shahih. Karya Muhammad bin Ismail al-Bukhari (194-256 H.)2. Shahih al-Muslim, karya al-Imam Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairy(204-261 H.)3. Sunan Abu Dawud , karangan Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟as bin Ishaq al-Sajastani (202-275 H.)4. Sunan al-Tirmidzi, karangan Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah al-Tirmidzi(200-279 H.)5. Sunan al-Nasa‟i, karangan Abu Abdu al-Rahman bin Suaid ibnu Bahr al-Nasa‟iy(215-302 H.)6. Sunan Ibnu Majah, karangan Abu Abdillah ibnu Yazid ibnu Majah (207-273 H.)Pada abad ke-3, yang berperan adalah generasi setelah tabi‟in.Telah diusahakan untuk memisahkan hadis yang shahih dari Al-Hadits yang tidak shahihsehingga tersusun 3 macam kitab hadis, yaitu :
- 17. Pengantar Studi HaditsPage | 171. Kitab Shahih - (Shahih Bukhari, Shahih Muslim)2. Kitab Sunan - (Ibnu Majah, Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasai, Al-Darimi) - berisihadis shahih dan hadis dhaif yang tidak munkar.3. Kitab Musnad - (Abu Yala, Al Humaidi, Ali Madaini, Al Bazar, Baqi bin Mukhlad,Ibnu Rahawaih) - berisi berbagai macam hadis tanpa penelitian dan penyaringan danhanya digunakan para ahli hadis untuk bahan perbandingan. Kodifikasi Hadis pada Abad KeempatKalau pada abad pertama, kedua, dan ketiga, Hadis berturut-turut mengalami periwayatan,penulisan (pendewanan) dan penyaringan dari fatwa-fatwa sahabat dan tabi‟in dan Hadis yangtelah didewankan oleh Ulama Mutaqaddimin (ulama abad kesatu sampai ketiga) tersebutmengalami sasaran baru, yakni dihafal dan diselidiki sanadnya oleh Ulama Mutaakhirin(Ulama abad keempat dan seterusnya).Mereka berlomba-lomba untuk menghafal sebanyak-banyaknya hadits-hadits yang telahterdewan itu, sehingga tidak mustahil sebagian dari mereka sanggup menghafal sampaiberatus-ratus ribu hadits. Sejak pereode inilah timbul bermacam-macam gelar keahlian dalamilmu hadits, seperti gelar keahlian Al-Hakim, Al-Hafidh .Abad keempat ini merupakan abad pemisah antara Ulama Mutaqaddimin, yang dalammenyusun hadits mereka berusaha sendiri menemui para sahabat atau para tabi‟in penghafalhadits dan kemudian menelitinya sendiri, dengan Ulama Muta-akhkhirin yang dalamusahanya dalam menyusun kitab-kitab hadits, mereka hanya menukil dari kitab-kitab yangtelah disusun oleh Ulama Mutaqaddimin.Tetapi dalam abad IV ini masih terdapat Ulama-ulama hadits yang mempunyaikesanggupan dan kemampuan untuk menghimpun hadits atas usaha sendiri, tidak mengutipdari kitab-kitab hadits yang sudah ada sebelumnya, meskipun jumlahnya tidak banyak, diantaranya adalah:1. AL-HAKIM. Beliau banyak karangannya, antara lain: Al-Mustadrak „Ala al-Shahihain.2. AD-DARUQUTNI (wafat tahun 385 H). Beliau banyak karangannya antara lain: al-Ilzamat.3. IBNU HIBBAN (wafat tahun 354 H). Beliau banyak karangannya antara lain: al-Musnad al-Shahih atau al-Anwa‟ wa al-Taqasim.
- 18. Pengantar Studi HaditsPage | 182.2.2 Pembukuan Hadis abad V H hingga sekarangUsaha ulama ahli hadits pada abad V dan seterusnya adalah di tujukan untukmengklasifikasikan Hadits dengan menghimpun hadits-hadits yang sejenis kandungannya atausejenis sifat-sifat isinya dalam suatu kitab hadits. Disamping itu mereka pada men-syarah-kan(menguraikan dengan luas) dan meng-ikhtishar-kan (meringkas) kitab-kitab hadits yang telahdisusun oleh ulama yang mendahuluinya. Juga pada abad V ini dikenal dengan Ashru al-Jami‟wa al-Tartib ( masa menghimpun dan menertibkan susunanya)Metode Pembukuan HaditsMetode pembukuan hadits pada awal mulanya masih bercampur antara hadits Nabi denganperkataan para sahabat dan fatwa tabi‟in. Dan di antra kitab-kitab yang muncul pada masa ituadalah:1. Al-Muwaththa‟ yang ditulis oleh Imam Malik,2. Al-Mushannaf oleh Abdul Razzaq bin Hammam Ash-Shan‟ani,3. As-Sunnah ditulis oleh Abd bin Mansur,4. Al-Mushannaf dihimpun oleh Abu Bakar bin Syaibah, dan5. Al-Musnad Asy-Syafi‟i.Kitab-kitab hadits di atas ini tidak sampai kepada kita kecuali Al-Muwaththa‟ yang ditulisoleh Imam Malik dan Al-Musnad Asy-Syafi‟i yang ditulis oleh Imam Asy-Syafi‟i.Dalam beberapa masa penulisan dan pembukuan hadits, ada beberapa macam kitab haditsyang dikemukakan oleh ulama hadits.1. Al-Ajza‟/ Al-Juz, adalah kitab hadits yang menghimpun hadits pada satu topik masalahsaja. Misalnya kitab al-faraid, oleh Zaid bin Tsabit (11-12 H/611/655 M). Metode initermasuk paling awal digunakan dalam mengelompokkan hadits.2. Al-Atraf adalah kitab yang menghimpun hadits hanya pada awal matannya saja, tanpamenyebutkan matan hadits seutuhnya. Misalnya kitab Atraf As-Sunnah, oleh Ibnu Asakiral-Dimasyqi (w. 571 H)3. Al-Mustadrak, adalah kitab hadits yang menghimpun tertentu yang memenuhi syarathadits yang ditulis oleh imam terdahulu, tetapi belum dicantumkan dalam kitabnya,misalnya kitab al-mustadrak „ala as-shahihain, oleh Al-Hakim al-Naisaburi.4. Al-Mustakhraj, adalah kitab yang menghimpun hadits yang diambil dari salah satu kitabhadits dengan menggunkan sanad yang berbeda dengan sanad hadits yang dirujuknya.Misalnya kitab Al-Mustakhraj, oleh Muhammad bin Ya‟qub al-Saibani al-Naisaburi5. Al-Jami‟ adalah kitab yang menghimpun 8 pokok masalah (akidah, hukum, tafsir, etikamakan dan minum, tarikh, sejarah kehidupan Nabi, akhlaq, serta perbuatan baik dan
- 19. Pengantar Studi HaditsPage | 19tercela). Misalnya: Al-Jami‟ al-Musnad as-Sahih al-Mukhtashar min UmurirrosulillahSAW Waayyamihi.6. Al-Musnad adalah hadits yang penyusunannya didasarkan atas urutan nama sahabat yangmeriwaytkan hadits. Misalnya Al-Musnad Ibnu Hambal7. Al-Mu‟jam adalah kitab hadits yang merupakan kamus besar yang di dalamnya memuathadits berdasrkan nama sahabat, quru atau qabilah, atau menurut tempat hadits didapatkanyang diurutkan secara al-fabetis. Misalnya kitab Al-Mu;jam al-Kabir, Al-Mu‟jam al-Wasit,Al-Mu‟jam al-Shaghir oleh Imam at-Tabrani8. As-sunan adalah kitab hadits yang disusun berdasarkan bab-bab fiqih yang di dalamnyabercampur hadits-hadits shahih, hasan, dan do‟if, dengan memberi penjelasan pada haditsitu. Misalnya kitab Sunan at-Tirmdzi, Sunan Abi Daud, Sunan Nas‟i dan lain-lain.Selain beberapa metode pembukuan di atas, dengan bahasa yang berbeda para muhadditsinberusaha menghimpun dan menyusun kitab-kitab hadits menggunakan beberapa bentuk seperti:takhrij, tashnif dan ikhtishar.1. TakhrijIstilah takhrij yang menurut lazimnya dalam penggunaan fi‟il madlinya memakai kataakhraja, mempunyai tiga pengertian yakni:suatu usaha mencari sanad hadits yang terdapat dalam sebuah kitab hadits karyaorang lain menyimpang dari sanad hadits yang terdapat dalam kitab hadits karyaorang lain tersebut. Umpamanya seseorang mengambil sebuah hadits dari kitabshahih bukhari, kemudian ia berusaha mencari sanad hadits tersebut yang tidaksama dengan sanad yang telah ditetapkan oleh bukhari dalam shahihnya. Namunsanad yang berbeda itu akhirnya dapat bertemu dengan sanad bukhari yang akhir.Usaha mukharrij (orang yang mentakhrijkan) tersebut akhirnya dihimpun dalamsebuah kitab, dan kitaab yang demikian inilah yang disebut kitab mustakhraj.Misalnya: Mustakhraj Abu Nu‟aim, karya Abu Nu‟aim, adalah salah satu kitabtakhrij hadits shahih bukhari. Takhrij Ahmad bin Hamdan, adalah salah satu kitab mustakhraj shahihmuslim.Suatu penjelasan dari penyusun hadits bahwa hadits yang dinukilnya terdapatdalam kitab hadits yang telah disebut nama penyusunnya, misalnya kalaupenyusun hadits mengakhiri pada nukilan haditsnya dengan istilah akhrajahu al-
- 20. Pengantar Studi HaditsPage | 20bukhari, artinya ialah bahwa hadits yang dinukil oleh penyusun terdapat di dalamkitab shahih bukhari.Suatu usaha menyusun hadits untuk mencari derajat, sanad dan rawi hadits yangditerangkan oleh pengarang suatu kitab. Misalnya: Takhrij Ahadisi Al-Kasysyaf, karya Jamaluddin al-Hanafi, adalah suatukitab yang mengusahakan dan mrnerangkan derajat hadits yang terdapatdalam kitab tafsir Al-Kasysyaf, yang oleh pengarang tefsir tersebut tidakdijelaskan tentang shahih, hasan atau lain sebagainya. Al-Mughni „An Hamli Al-Asfar, karya Abdu al-Rahim al-Iraqi, adalahkitab yang menjelaskan derajat-derajat hadits yang terdapat dalam kitabIhya‟ Ulumuddin, karya Imam Ghazali.2. TashnifTashnif, ialah usaha menghimpun atau menyusun beberapa hadits (kitab hadits)dengan membubuhi keterangan mengenai kalimat yang sulit-sulit dan memberikaninterpretasi sekadarnya. Kalau dalam memberikan interpretasi itu dengan jalanmempertalikan dan menjelaskan dengan hadits lain, dengan ayat-ayat al-Quran atau denganilmu-ilmu yang lain, maka usaha semacam ini disebut men-syarah-kan, misalnya:Shahihu Al-Bukhari Bi Syarhi Al-Kirmani, oleh Muhammad ibn Yusuf al-Kirmani, merupakan salah satu syarah kitab bukhari.Al-Ikmal, oleh Al-Qadli „Iyadl, adalah salah satu di antara sekian banyak kitabsyarah shahih muslim.3. IkhtisharIkhtishar, adalah suatu usaha untuk meringkaskan kitab-kitab hadits. Yangdiperingkas, biasanya, ialah sanadnya dan hadits-hadits yang telah berulang-ulangdisebutkan oleh pengarangnya semula, tidak perlu ditulis kembali. Di antara mukhtashar-mukhtshar shahih bukhari ialah kitab:Mukhtashar Al-Bukhari karya Abu al-Abbas al-Qurthubi, danMukhtashar Abu Jamrah, karya Ibnu Abi Jamrah.Dan di antara mukhtashar shahih bukhari muslim ialah:Mukhtashar Al-Balisy, karya Najmuddin al-Balisy, danMukhtashar Al-Taukhi, karya Najmuddin al-Taukhi.Perbedaan antara kitab mustakhraj dengan kitab mukhtashar ialah, bahwakitab mustakhraj itu tidak perlu adanya penyesuaian lafadh dengan kutab
- 21. Pengantar Studi HaditsPage | 21yang ditakhrijkan, bahkan kadang-kadang ditemui adanya perbedaan lafadhdan kadang-kadang juga terdapat perubahan yang sangat menonjol sehinggamengakibatkan perbedaan arti. Sedangkan di dalam kitab mukhtashar tidakboleh ada tambahan (lafadh dari penyusun sendiri) yang sebenarnya tidak adadalam kitab yang diikhtisharkan.Kebanyakan para muhaditsin dalm menyusun kitab haditsnya memakai dua sistem:Pertama: sistem bab—demi—bab.Di dalam sistem ini penyusun berusaha menghimpun hadits-hadits yang sejenis isinyadalam satu bab, kemudian hadits yang berisikan masalah-masalah sejenis yang lain,dikumpulkan dalam bab yang lain pula.Adalah lebih praktis lagi kalau penusun memberikan ciri-ciri pda susunannya haditstersebut tersebut dalam satu lapangan tertentu dari cabang ilmu agama, seperti kitab:Bulughu al-Maram, karya Ibnu Hajar al-„AsqalaniUmdatu al-Ahkam, karya Abdu al-Ghani al-Maqdisi, adalah dua buah kitab yangmengandung hukum-hukum.Riyadlu al-Shalihin, karya Imam al-Nawawi, adalah kumpulan kitab hasits targhibdan tarhib (anjuran berbuat baik dan pencelaan berbuat noda). Kendatipun dalamkitab ini juga dicantumkan juga hadits-hadits mengenai hukum, namun dalampembahasannya bertendensi targhib dan tarhib.Tuhfatu al-Dzakirin, karya Al-Syaukani adalah merupakan hadits doa yang cukupluas isinya.Kedua: sistem musnadDi dalam sistem ini penyusun mengatur secara sistematis (tertib) mulai dari nama-namasahabata yang lebih utama beserta seluruh haditsnya, kemudian disusul dengan deretannama-nama sahabat yang utama beserta haditsnya, dan akhirnya deretan nama-namasahabat yang lebih rendah derajatanya beserta hadits-haditsnya. Misalnya dalam kitabtersebut dikemukakan oleh penyusun pada bab pertama, nama sahabat Abu Bakar r.a.dengan menyebut seluruh haditsnya, kemudian disusul dengan nama „Umar r.a. denganmencantumkan hadits yang beliau riwayatkan, dan seterusnya nama-nama sahabat yanglebih rendah daripada Abu Bakar dan „Umar r.a. dengan seluruh haditsnya.Dapat pula dimasukkan dalam sistem ini ialah jika penyusun mendahulukan hadits-hadits dari qabilah yang lebih tinggi martabatnya kemudian hadits-hadits dari qabilah-qabilah yang lebih rendah derajatnya daripada yang pertama. Umpamanyan hadits-haditsdari qabilah Bani Hasyim dicantumkan lebih dahulu, kemudian disusul dengan hadits-
- 22. Pengantar Studi HaditsPage | 22hadits dari qabilah yang bernasab dekat kepada nabi muhammad saw. Dan akhirnya hadits-hadits dari qabilah yang bernasab jauh kepada beliau.Al-Syawkani dalam mukaddimah kitab Nayl al-Authar mejelaskan, bahwa kitab-kitab Hadis yang sah dijadikan hujjah adalah:Shahih al-bukhari dan Shahih MuslimHadis-hadis yang tertulis dalam kedua kitab shahih al-Bukhari dan shahihMuslim dapat dijadikan hujjah tanpa melihat sanad, hanya diperlukan meninjaumaksud Hadis yakni tinjauan dirayah.Hadis-Hadis shahih dalam selain al-Bukhari dan MuslimHadis-Hadis yang terdapat dalam kitab0kitab selain shahih al-Bukhari danMuslim, asal telah dinilai shahih oleh salah seorang imam Hadis yang terpandang dantidak dicacat oleh ulama imam Hadis lain.Kitab-kitab Hadis shahihHadis-Hadis yang terdapat di dalam kitab-kitab Hadis yang menurutpenyusunannya tidak memasukkan selain Hadis shahih saja. Seperti shahih IbnKhuzaimah dan lain-lain. Hal ini, jika tidak didapati keteranan cacat dan kecualishahih al-Hakim yang bernama al-Mustadrak karena ia menulisnya pada saat berusialanjut yang sudah tidak sempat mengoreksi lagi.Kitab-kitab sunanHadis-Hadis yang terdapat dalam kitab sunan yang diakui keshahihannya ataukehasanannya oleh pengarang kitab sunan tersebut dapat diterima.Adapun Hadis-Hadis yang terdapat dalam kitab-kitab sunan atau musnad yangtidak diterangkan kualitasnya, hendaknya bagi orang yang ada kemampuanmemeriksa atau meneliti, periksalah terlebih dahulu keshahihannya ataukehasanannya. Jika tidak ada kemampuan untuk meneliti, hendaknya mengikutipenelitian para ahli yang telah mengadakan penelitian dan jika tidak didapatkanhendaknya dihentikan.
- 23. Pengantar Studi HaditsPage | 23BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanMembicarakan sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis bertujuan unuk mengangkatfakta dan peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah SAW kemudian secara periodik padamasa masa sahabat dan tabi‟in serta masa masa berikutnya .Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapatmenggambarkan sikap dan tindakan umat Islam. Khususnya para ulama ahli hadis terhadaphadis serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap tiap periodenya hinggaterwujudnya kitab kitab hasil tadwin secara sempurna. Karena perjalanan hadis pada tiap tiapperiodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang tidak sama,maka dalampengungkapan sejarah perjalanannya perlu dikemukakan ciri ciri khusus.Di antara para ulama terdapat perbedaan dalam menyusun periodesasi pertumbuhan danperkembangan hadis ini. Ada yang membaginya dalam tiga periode saja, yaitu masa RasulullahSAW, sahabat dan tabi‟in , masa pen-tadwin-an dan masa setelah tadwin. Namun, ada yangmembaginya dalam periodesasi lain atau yang lebih terperinci, yaitu lima hingga tujuh periodedengan spesifikasi yang lebih jelas.Yang perlu diuraikan secara khusus pada bahasan ini ialah masa Rasulullah SAW, masasahabat masa tabi‟in , masa pen-tadwin-an atau pembukuan dan masa seleksi atau penyaringanhadis serta masa sesudahnya.Apabila membicarakan hadis pada masa Rasulullah SAW berarti membicarakan hadis padaawal pertumbuhannya. Maka dalam uraiannya akan berkaitan langsung dengan pribadiRasulullah SAW sebagai narasumber hadis. Rasulullah SAW telah membina umatnya selama23tahun. Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu sekaligus di-wurud-kannya hadis.Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati hatian para sahabat sebagai ahli warispertama ajaran Islam.Wahyu yang diturunkannya Allah SWT kepada Rasulullah SAW dijelaskannya melaluiperkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan taqrir nya, sehingga apa yang didengar, dilihat dandisaksikan oleh para sahabat dapat dijadikan pedoman bagi amaliah dan ubudiyah mereka.Pada masa ini Rasulullah SAW merupakan contoh satu satunya bagi para sahabat,karena ia
- 24. Pengantar Studi HaditsPage | 24memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku utusan Allah SWT yang berbeda denganmanusia lainnya.Periode kedua sejarah perkembangan hadis adalah masa sahabat, khususnya Khulafa ArRasidin yaitu sekitar tahun 11 Hsampai dengan 40H. Masa ini juga disebut dengan masasahabat besar. Karena pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaandan penyebaran Al Quran, periwayatan hadis belum begitu berkembang dan masih dibatasi.Oleh karena itu, para ulama menganggap masalah ini sebagai masa yang menunjukan adanyapembatasan periwayatan (At-Tasabbut wa Al-Iqlal min Ar-Riwayah).Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan tabi‟in tidak begitu berbedadengan yang dilakukan para sahabat. Hal ini karena mereka, mengikuti jejak para sahabat yangmenjadi guruguru mereka. Hanya saja persoalan yang dihadapi mereka agak berbeda yangdihadapi para sahabat. Pada masa ini Al-Quran sudah dikumpulkan dalam satu mushaf. Dipihak lain, para sahabat ahli hadis telah menyebar ke beberapa wilayah kekuasaan Islam,sehingga para tab‟in dapat mempelajari hadis dari mereka.Ketika pemerintahan di pegang oleh Bani Umayah, wilayah kekuasaan Islam telah meliputiMesir, Persia, Irak, Afrika Selatan,Samarkand dan spanyol, di samping Madinah , Mekah,Basrah, Syam dan Khurasan. Pesatnya perluasan wilayah Islam, dan meningkatnya penyebaranpara sahabat ke daerah daerah tersebut menjadikan masa ini dikenal dengan masa penyebaranperiwayatan hadis (Intisyar Ar Riwayah Ila Al Amshar).Yang dimaksud dengan kodifikasi hadis atau tadwin hadis pada periode ini adalahkodifikasi secara resmi berdasarkan perintah kepala Negara, dengan melibatkan beberapasahabat yang ahli di bidangnya. Tidak seperti kodifikasi yang dilakukan secara perseoranganatau untuk kepentingan pribadi, sebagaimana yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.Usaha ini di mulai ketika pemerintahan Islam di pimpin oleh Khalifah Umar bin AbdulAziz (khalifah kedelapan dari kekhalifahan bani Umayah), melalui instruksinya kepada pejabatdaerah agar memperhatikan dan mengumpulkan hadis dari para penghafalnya. Iamenginstruksikan kepada Abu Bakar bin Muhammad ibn Amar ibn Hazm (GubernurMadinah), seperti dibawah ini:“Perhatikan atau periksalah hadis hadis Rasulullah SAW kemudian tuliskanlah! Akukhawatir akan lenyapnya ilmu dengan meninggalnya para ulama (para ahlinya). Danjanganlah kamu terima , kecuali hadis Rasulullah SAW… “
- 25. Pengantar Studi HaditsPage | 25Khalifah menginstruksikan kepada Abu Bakar ibn Hazm agar mengumpulkan hadis hadisyang ada pada Amrah binti Abdurrahman Al Anshari (murid kepercayaan Siti Aisyah) dan AlQasim bin Muhammad bin Abi Bakar. Instruksi yang sama ia juga berikan kepadaMuhammad bin Syihab Az Zuhri yang dinilainya sebagai seorang yang lebih banyakmengetahui hadis daripada yang lainnya.Menurut para ulama, hadis hadis yang dihimpun oleh Abu Bakar ibn Hazm masih kuranglengkap, sedangkana hadis hadis yang dihimpun ibn Syihab Az Zuhri lebih lengkap, akantetapi, sayang sekali karena karya kedua tabiin ini lenyap sehinggga tidak sampai kepadagenerasi sekarang.3.2. SaranDengan selesainya pembuatan makalah ini kami berharap dapat memahami secara mendalamtentang Sejarah Hadis (Pertumbuhan dan Perkembangannya) . Tentunya pembuatan makalah inidiharapkan bemanfaat untuk orang lain atau setidaknya untuk diri sendiri. Kritik dan saran sangatdiperlukan sekali dalam kesempurnaan makalah ini, sebab tanpa adanya kritik dan saran makakami tidak akan mengetahui kesalahan dan kekurangan makalah ini. kami berharap ada kritik dansaran yang dapat kami terima.
- 26. Pengantar Studi HaditsPage | 26DAFTAR PUSTAKAAs-Suyuti, Asbab Wurud Al-HadisMasyuk Zuhdi, 1985. Pengantar Ilmu Hadis, Surabaya: Bina IlmuMudasir, Drs.H, 2010. Ilmu Hadis, Bandung: Pustaka SetiaDVD Hadis & Ilmu Hadis, DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MAhttp://rachmatfatahillah.blogspot.com/2011/06/kodifikasi-hadits-abad-ii-iii-iv-vdan.htmlhttp://basyir-accendio.blogspot.com/2012/04/sejarah-pertumbuhan-penulisan-dan.html
Rabu, 01 Januari 2014
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar