Kisah Masuk Islamnya Amr Ibnul Jamuh
Kisah Masuk Islamnya Amr Ibnul Jamuh
- Alkisah ada seorang sahabat nabi namanya Amr Ibnul Jamuh. Ketika
belum memeluk Islam ia dikenal sebagai seorang bangsawan dan tokoh yang
disegani oleh penduduk Madinah. Maka sesuai dengan kedudukannya itu, Amr
bin Jamuh menaruh berhal bernama Manaf di rumahnya.
Menaruh
berhala-berhala berukuran kecil di dalam rumah masing-masing adalah
sudah menjadi kebiasaan bangsawan Madinah kala itu. Berhala merupakan
duplikat berhala-berhala besar yang terdapat di tempat-tempat pemujaan
umum yang banyak dikunjungi masyarakat Madinah.
Pada
suatu hari, anak laki-lakinya, Muadz bin Amr bersama temannya Muadz bin
Jabal bermufakat akan menjadikan berhala di rumahnya tersebut sebagai
barang mainan dan penghinaan.
Suatu
ketika kedua pemuda ini duduk di sebuah bukit dan di sanalah keduanya
saling berdiskusi. Dengan pandangan matanya yang menerawang ke angkasa,
Muadz bin Amr sedang berfikir.
"Apa yang sedang kau pikirkan Muadz?": Tegur sahabatnya
"Tidaklah
engkau tahu, wahai sahabatku?" Jawab Muadz bin Amr. Bahwa tidak sedikit
penduduk Madinah yang masih menyembah berhala. Bahkan orang tuaku saja
masih tegar mempertahankan berhala-berhala tersebut sebagai sesembahan."
"Lalu apa yang harus kit perbuat, wahai Muadz?" tanya Muadz bin Jabal sahabatnya.
"Aku sedang memikirkan sesuatu untuk mengatasi masalah ini." Jawabnya spontan
Mereka
pun mendapatkan sebuah cara yang dianggap paling jitu. Saat malam tiba,
mereka menyelinap ke dalam rumah, kemudian mengambil berhala tersebut
dan dibuang ke dalam lubang yang biasa digunakan untuk buang hajat.
Pagi
harinya, Amr bin Jamuh terkejut saat mengetahui Manaf tidak berada di
tempatnya. Lalu dicarinya berhala kesayangannya itu. Bukan main marahnya
Amr saat mendapati berhalanya tersungkur di jamban.
"Keparat! Siapa yang berani melakukan perbuatan durhaka terhadap tuhan-tuhan kita tadi malam ?" Umpatnya.
Sehari
kemudian, Amr kembali tidak mendapati berhala itu di tempat biasa. Kali
ini, setelah diketemukan, Manaf tidak sendirian di tempat pembuangan
hajat. berhala Manaf diikat bersama bangkai seekor anjing dengan tali
yang kuat. Maka kali ini pula bukan main marahnya, seakan-akan darahnya
mengalir deras di seluruh tubuhnya.
Di
saat Amr dalam kekecewaan, keheranan dan marah itu, tiba-tiba datanglah
beberapa bangsawan Islam Madinah ke tempatnya. Sambil menunjuk berhala
yang tidak berdaya dan diikat pada bangkai anjing, terjadilah dialog
dnegan Amr. Mereka mengajak akal budi dan nurani Amr bin Jamuh. Mereka
membeberkan tentang adanya Tuhan yang sebenarnya, yaitu Allah Yang Maha
Agung dan Maha Tinggi, tidak satupun yang menyamai-Nya. Begitu pun
tentang Muhammad, orang yang jujur dan terpercaya yang muncul dalam
kehidupan ini untuk memberi petunjuk dan bukan menyesatkan. Begitu juga
dijelaskan mengenai agama islam yang datang membebaskan manusia dari
segala belenggu kemusyrikan.
Alhamdulillah,
ternyata hati Amr mendapatkan hidayah dari Allah. Segera saja ia
membersihkan diri dan pakainnya lalu dia menyatakan masuk Islam dengan
membaca dua kalimah syahadat.
Amr bin Jamuh kini telah menyerahkan hati dan hidupnya kepada Allah.
Kedermawanan yang semula telah menjadi sifatnya, kini dilipatkan,
sehingga seluruh harta kekayaannya ditasarufkan untuk perjuangan islam
dan mendolong para fakir miskin yang membutuhkan.
Pernah Rasulullah menyatakan kepada segolongan bain Salamah, yakni suku Amr bin Jamuh,.
"Siapakah yang menjadi pemimpin kalian, wahai bani Salamah ?" Tanya Rasulullah
"Al-Jaddu bin Qies. Hanya sayang ia kikir!" Ujar mereka.
"Apalagi penyakit yang lebih parah dari kikir?" Jawab Rasulullah. "Kalau
begitu sekarang pemimpin kalian adalah Amr bin Jamuh si Dermawan."
Saat datang perang Uhud, Amr bin Jamuh pergi menemui Rasulullah agar ia
diizinkan untuk ikut perang. Pada awalnya rasulullah keberatan dan
menasihati Amr agar tidak ikut perang karena pertimbangan kondisi kaki
Amr bin Jamuh yang pincang. Namun karena permintaan yang amat sangat,
Rasulullah akhirnya memberi izin untuk turut serta. Dengan diliputi
perasaan puas dan gembira ia berjalan berjingkat-jingkat dan dengan
beriba-iba ia memohon kepada Allah.
"Ya Allah, berilah kesempatan kepadaku untuk menemui syahid, dan janganlah aku dikembalikan kepada keluargaku."
Harapan yang dirindukan untuk dapat merebut surga di medan tempur
ternyata menjadi kenyataan. Di pertempuran Uhud itu Amr kembali
menghadap Allah. Ia mati syahid.
===Semoga Bermanfaat===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar