Sabtu, 25 Januari 2014

Kisah Masuk Islamnya Amr Ibnul Jamuh

Kisah Masuk Islamnya Amr Ibnul Jamuh - Alkisah ada seorang sahabat nabi namanya Amr Ibnul Jamuh. Ketika belum memeluk Islam ia dikenal sebagai seorang bangsawan dan tokoh yang disegani oleh penduduk Madinah. Maka sesuai dengan kedudukannya itu, Amr bin Jamuh menaruh berhal bernama Manaf di rumahnya. 

Menaruh berhala-berhala berukuran kecil di dalam rumah masing-masing adalah sudah menjadi kebiasaan bangsawan Madinah kala itu. Berhala merupakan duplikat berhala-berhala besar yang terdapat di tempat-tempat pemujaan umum yang banyak dikunjungi masyarakat Madinah.

Pada suatu hari, anak laki-lakinya, Muadz bin Amr bersama temannya Muadz bin Jabal bermufakat akan menjadikan berhala di rumahnya tersebut sebagai barang mainan dan penghinaan.

Suatu ketika kedua pemuda ini duduk di sebuah bukit dan di sanalah keduanya saling berdiskusi. Dengan pandangan matanya yang menerawang ke angkasa, Muadz bin Amr sedang berfikir.

"Apa yang sedang kau pikirkan Muadz?": Tegur sahabatnya

"Tidaklah engkau tahu, wahai sahabatku?" Jawab Muadz bin Amr. Bahwa tidak sedikit penduduk Madinah yang masih menyembah berhala. Bahkan orang tuaku saja masih tegar mempertahankan berhala-berhala tersebut sebagai sesembahan."

"Lalu apa yang harus kit perbuat, wahai Muadz?" tanya Muadz bin Jabal sahabatnya.

"Aku sedang memikirkan sesuatu untuk mengatasi masalah ini." Jawabnya spontan

Mereka pun mendapatkan sebuah cara yang dianggap paling jitu. Saat malam tiba, mereka menyelinap ke dalam rumah, kemudian mengambil berhala tersebut dan dibuang ke dalam lubang yang biasa digunakan untuk buang hajat.

Pagi harinya, Amr bin Jamuh terkejut saat mengetahui Manaf tidak berada di tempatnya. Lalu dicarinya berhala kesayangannya itu. Bukan main marahnya Amr saat mendapati berhalanya tersungkur di jamban.

"Keparat! Siapa yang berani melakukan perbuatan durhaka terhadap tuhan-tuhan kita tadi malam ?" Umpatnya.

Sehari kemudian, Amr kembali tidak mendapati berhala itu di tempat biasa. Kali ini, setelah diketemukan, Manaf tidak sendirian di tempat pembuangan hajat. berhala Manaf diikat bersama bangkai seekor anjing dengan tali yang kuat. Maka kali ini pula bukan main marahnya, seakan-akan darahnya mengalir deras di seluruh tubuhnya.

Di saat Amr dalam kekecewaan, keheranan dan marah itu, tiba-tiba datanglah beberapa bangsawan Islam Madinah ke tempatnya. Sambil menunjuk berhala yang tidak berdaya dan diikat pada bangkai anjing, terjadilah dialog dnegan Amr. Mereka mengajak akal budi dan nurani Amr bin Jamuh. Mereka membeberkan tentang adanya Tuhan yang sebenarnya, yaitu Allah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi, tidak satupun yang menyamai-Nya. Begitu pun tentang Muhammad, orang yang jujur dan terpercaya yang muncul dalam kehidupan ini untuk memberi petunjuk dan bukan menyesatkan. Begitu juga dijelaskan mengenai agama islam yang datang membebaskan manusia dari segala belenggu kemusyrikan.

Alhamdulillah, ternyata hati Amr mendapatkan hidayah dari Allah. Segera saja ia membersihkan diri dan pakainnya lalu dia menyatakan masuk Islam dengan membaca dua kalimah syahadat.

Amr bin Jamuh kini telah menyerahkan hati dan hidupnya kepada Allah. Kedermawanan yang semula telah menjadi sifatnya, kini dilipatkan, sehingga seluruh harta kekayaannya ditasarufkan untuk perjuangan islam dan mendolong para fakir miskin yang membutuhkan.
Pernah Rasulullah menyatakan kepada segolongan bain Salamah, yakni suku Amr bin Jamuh,.
"Siapakah yang menjadi pemimpin kalian, wahai bani Salamah ?" Tanya Rasulullah
"Al-Jaddu bin Qies. Hanya sayang ia kikir!" Ujar mereka.
"Apalagi penyakit yang lebih parah dari kikir?" Jawab Rasulullah. "Kalau begitu sekarang pemimpin kalian adalah Amr bin Jamuh si Dermawan."
Saat datang perang Uhud, Amr bin Jamuh pergi menemui Rasulullah agar ia diizinkan untuk ikut perang. Pada awalnya rasulullah keberatan dan menasihati Amr agar tidak ikut perang karena pertimbangan kondisi kaki Amr bin Jamuh yang pincang. Namun karena permintaan yang amat sangat, Rasulullah akhirnya memberi izin untuk turut serta. Dengan diliputi perasaan puas dan gembira ia berjalan berjingkat-jingkat dan dengan beriba-iba ia memohon kepada Allah.
"Ya Allah, berilah kesempatan kepadaku untuk menemui syahid, dan janganlah aku dikembalikan kepada keluargaku."
Harapan yang dirindukan untuk dapat merebut surga di medan tempur ternyata menjadi kenyataan. Di pertempuran Uhud itu Amr kembali menghadap Allah. Ia mati syahid.
===Semoga Bermanfaat===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar