Rabu, 22 Januari 2014

Menunaikan Nadzar Orang yang Sudah Meninggal

Menunaikan Nadzar Orang yang Sudah Meninggal

Dalil memenuhi nadzar seperti yang Allah tegaskan dalam surah al-Hajj ayat 29,

وَليوفوا نُذورَهُم


 “Hendaklah mereka memenuhi nadzar-nadzar mereka.”

 ثُمَّ ليَقضوا تَفَثَهُم وَليوفوا نُذورَهُم وَليَطَّوَّفوا بِالبَيتِ العَتيقِ


Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).( al-Hajj ayat 29)

Tidak ada aplikasi nadzar yang bertentangan dengan syariat sebagaimana dinyatakan Rasul saw,

“Siapa yang bernadzar untuk berbuat taat kepada Allah, maka hendaknlah ia melakukan taat kepada-Nya, dan siapa yang bernadzar untuk maksiat kepada-Nya, maka hendaknya tidak bermaksiat kepada-Nya.” (HR. Bukhari dan Abu Daud)

Nadzar yang sesuai syari’at, maka wajib ditunaikan. Sementara jika yang bernadzar telah meninggal dunia, maka walinya, dalam hal ini yang terdekat hubungan kerabat dengannya, seperti putra dan putrinya.

Kesimpulan hukum ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, ketika Sa’ad bin Abdullah meminta fatwa kepada beliau tentang nadzar, “Wahai Rasulullah, ibuku telah meninggal sedangkan dia mempunyai kewajiban nadzar yang belum ia tunaikan.” Rasul menjawab, “Tunaikanlah engkau untuknya.”
(HR. Abu Daud dan an-Nasa’i).

Demikian pendapat jumhur ulama. Adapun jika nadzar itu berupa hal yang tidak mungkin ditunaikan oleh wali orang yang telah meninggal, maka walinya hendaknya menunaikan kafarat nadzar. Kafarat nadzar sama dengan kafarat dalam sumpah, yaitu memberi makan atau pakaian kepada sepuluh orang fakir miskin; jika tidak mampu maka dengan memerdekakan budak; dan jika tidak kuasa, maka dengan berpuasa selama tiga hari. Ketentuan kafarat tersebut sebagaimana yang disebutkan Allah swt dalam surah al-Maidah ayat 89.

Allah SWT berfirman :

لا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الأيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (٨٩)


Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi Makan sepuluh orang miskin, Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). [Qs. Al-Maidah (5) : 89-90].

Wallahu’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar