Sabtu, 25 Januari 2014

Dalil Al-Quran tentang Maulid Nabi

Dalil Al-Quran tentang Maulid Nabi

 Dalil-Dalil Al-Quran tentang Maulid Nabi - Pada postingan terdahulu telah dijelaskan pendapat para ulama besar yang menjadi rujukan umat islam mengenai boleh dan baiknya peringatan maulid nabi. Sedangkan pada kesempatan kali ini akan kami postingkan perihal beberapa dalil yang memerintahkan untuk memuliakan nabi.

Peringatan maulid nabi merupakan bagian dari luapkan kegembiraan dan rasa syukur trimakasih umat islam kepada Rasulullah Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam yang telah menuntun umat islam keluar dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang yaitu jalan dan cahaya islam. Selain itu peringatan ini juga sebagai cara untuk memuliakan Rasulullah yang keutamaan-keutamaannya telah dimengerti dan dipahami sebagai keutamaan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.

Berdasarkan atas niatuntuk memuliakan Rasulullah inilah, peringatan maulid nabi menjadi begitu penting untuk dilakukan. Sebab esensi dari peringatan maulid bukan pada sekedar mengingat sejarah masa lalu semata, namun lebih dari itu merupakan bentuk pemuliaan dan luapan rasa cinta yang tentunya secara tegas benar-benar telah diperintahkan oleh Allah melalui firman suci-Nya yaitu Al-Quran.

Tertera dalam surah Al-A'raf ayat 157 yang artinya:

فَالَّذينَ ءامَنوا بِهِ وَعَزَّروهُ وَنَصَروهُ وَاتَّبَعُوا النّورَ الَّذى أُنزِلَ مَعَهُ ۙ أُولٰئِكَ هُمُ المُفلِحونَ


"Maka orang yang beriman kepadanya (Muhammad), memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran). Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Al-A'raf: 157).

الَّذينَ يَتَّبِعونَ الرَّسولَ النَّبِىَّ الأُمِّىَّ الَّذى يَجِدونَهُ مَكتوبًا عِندَهُم فِى التَّورىٰةِ وَالإِنجيلِ يَأمُرُهُم بِالمَعروفِ وَيَنهىٰهُم عَنِ المُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيهِمُ الخَبٰئِثَ وَيَضَعُ عَنهُم إِصرَهُم وَالأَغلٰلَ الَّتى كانَت عَلَيهِم ۚ فَالَّذينَ ءامَنوا بِهِ وَعَزَّروهُ وَنَصَروهُ وَاتَّبَعُوا النّورَ الَّذى أُنزِلَ مَعَهُ ۙ أُولٰئِكَ هُمُ المُفلِحونَ

  (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.(Q.S. Al-A'raf: 157).

Dalam firman suci di atas secara jelas menegaskan bahwa termasuk orang yang beruntung adalah yang bersedia memuliakan rasulullah. Dalam konteks inilah peringatan maulid nabi menjadi begitu penting untuk dilakukan karena di dalamnya terdapat berbagai amaliyah yang diniatkan untuk memuliakan beliau dengan cara memperbanyak shalawat, membaca sejarah perjalanan hidup beliau, dan menyanjung beliau melalui shalawat dan pidato-pidato.

Dalam surah lain juga disebutkan:

وَقالَ اللَّهُ إِنّى مَعَكُم ۖ لَئِن أَقَمتُمُ الصَّلوٰةَ وَءاتَيتُمُ الزَّكوٰةَ وَءامَنتُم بِرُسُلى وَعَزَّرتُموهُم وَأَقرَضتُمُ اللَّهَ قَرضًا حَسَنًا لَأُكَفِّرَنَّ عَنكُم سَيِّـٔاتِكُم وَلَأُدخِلَنَّكُم جَنّٰتٍ تَجرى مِن تَحتِهَا الأَنهٰرُ ۚ


"Dan berkata Allah, "Sesungguhnya Aku beserta kamu, kalau kamu mengerjakan sembahyang dan menunaikan zakat, serta beriman kepada Rasul-Rasul-Ku, dan kamu memuliakan mereka, dan kamu memberi pinjaman kepada Tuhan, dengan apa saja yang baik, niscaya akan Aku ampuni dosa-dosamu, dan akan Aku masukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di dalamnya beberapa sungai." (Q.S. Al-Maidah: 12).

 وَلَقَد أَخَذَ اللَّهُ ميثٰقَ بَنى إِسرٰءيلَ وَبَعَثنا مِنهُمُ اثنَى عَشَرَ نَقيبًا ۖ وَقالَ اللَّهُ إِنّى مَعَكُم ۖ لَئِن أَقَمتُمُ الصَّلوٰةَ وَءاتَيتُمُ الزَّكوٰةَ وَءامَنتُم بِرُسُلى وَعَزَّرتُموهُم وَأَقرَضتُمُ اللَّهَ قَرضًا حَسَنًا لَأُكَفِّرَنَّ عَنكُم سَيِّـٔاتِكُم وَلَأُدخِلَنَّكُم جَنّٰتٍ تَجرى مِن تَحتِهَا الأَنهٰرُ ۚ فَمَن كَفَرَ بَعدَ ذٰلِكَ مِنكُم فَقَد ضَلَّ سَواءَ السَّبيلِ


Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman: ""Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus (Q.S. Al-Maidah: 12)

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa orang yang memuliakan nabi akan dimasukkan ke dalam surga. Sedangkan merayakan maulid merupakan rankaian cara untuk memuliakan nabi, maka apabila peringatan maulid memang dilakukan dengan niat tersebut, insa Allah orang-orang yang memperingatinya akan dimasukkan Allah ke dalam surga.

Demikianlah peringatan maulid nabi menjadi begitu penting tidak hanya dalam pelaksanaannya, namun dasar dan niat dalam pelaksanaan itu juga harus diperhatikan secara baik-baik. Karena, sebagaimana dijelaskan oleh Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab beliau, risalatul muawanah, yang pada intinya mengajarkan kepada umat islam agar senantiasa memberikan keselarasan antara lahir dan batin, antara amal dan niat. karena niat merupakan asasul 'amal sedangkan amal baik itu sendiri merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi ketika seorang hamba telah berniat untuk melakukan kebaikan.

فَبِما نَقضِهِم ميثٰقَهُم لَعَنّٰهُم وَجَعَلنا قُلوبَهُم قٰسِيَةً ۖ يُحَرِّفونَ الكَلِمَ عَن مَواضِعِهِ ۙ وَنَسوا حَظًّا مِمّا ذُكِّروا بِهِ ۚ وَلا تَزالُ تَطَّلِعُ عَلىٰ خائِنَةٍ مِنهُم إِلّا قَليلًا مِنهُم ۖ فَاعفُ عَنهُم وَاصفَح ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ المُحسِنينَ


(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami laknat(kutuk) mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (Q.S. Al-Maidah: 13)

 Ketika melakukan kebaikan tentu ada yang tidak suka dan berbuat jahat

يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنُوا اذكُروا نِعمَتَ اللَّهِ عَلَيكُم إِذ هَمَّ قَومٌ أَن يَبسُطوا إِلَيكُم أَيدِيَهُم فَكَفَّ أَيدِيَهُم عَنكُم ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَليَتَوَكَّلِ المُؤمِنونَ  


Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal.(Q.S. Al-Maidah: 12)

Umat yang paling mencintai Nabi SAW

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

من أشد أمتي لي حبا ناس يكونون بعدي يود أحدهم لو رآني بأهله وماله 

"Di antara umatku yang paling MENCINTAIKU adalah sekumpulan manusia yang HIDUP SELEPASKU, salah seorang daripada mereka ingin MELIHATKU walaupun dengan (bayaran) menyerahkan KELUARGA dan HARTANYA" 
[Shahih Muslim (2832)]

Qashidah Maulid Nabi Wulidal Musyarraf 

( ولد المشرف فى ربيع الأول )

Qashidah Maulid Nabi Wulidal Musyarraf ( ولد المشرف فى ربيع الأول ) - Salah satu qashidah yang bertemakan hari kelahiran nabi muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa sallam adalah qashidah Wulidal Musyarraf. Oleh beberapa group hadrah nusantara, qasidah ini dibawakan dan dilantunkan dengan sangat baik sekali dan menyentuh hati. Sungguh, bergetar hati yang mendengarkan lantunan qasidah ini. Saya punya mp3 nya tapi belum sempat mengupload. Kali ini hanya akan membagi lirik syairnya saja. Berikut syairnya:

وُلِدَ المُشَرَّف
وُلِدَ المُشَرَّف فِي رَبِيْعِ الأَوَّلِ
وَ القَلْبُ يَخْفَق وَ الكَوَاكِب تَنْجَلِي
ياَ نَفْسُ نِلْتِ المُنَي فَاسْتَبْشِرِى وَ تَلَى 
هَذَا الحَبِيْبُ وَ هَذَا خَاتَمُ الرُّسُلِ
وَتَقُوْلُ اَمِنَةُ رَاَيْتُ جَمَالَهُ
كَالبَدْرِ فِى لَيْلَةٍ يَلُوْحُ وَ يَنْجَلِي
هَذَا الَّذِى جَاءَ لِلْأَبْحَاِر مَالِحَةً
فَمَجَّ فِيْهِ فَصَارَ المَاءُ كَالعَسَلِ
صَلَّى عَلَيْهِ اللهُ رَبُّنَا دَائِمًا
مَالَا حَتِ الأَطْيَارُ فِى صَوْتٍ عَالِ
Wulidal Musyarraf Fii rabii'il awwali
wal qalbu yakhfaq wal kawaakib tanjalii
yaa nafsu niltil munaa fastabsyirii wa talaa
haadzal habiibu wa haadaa khaatamur rusuli
wa taquulu aaminatu raaitu jamaalahu
kal badri fii lailatin yaluuhu wa yanjalii
haadzalladzii jaa'a lil abhaari maalihatan
famajja fiihi fashaaral maa'a kal 'asali
shallaa 'alaihillaahu rabbunaa daaiman
maa laahatil athyaaru fii shautin 'aali


Keagungan Maulid Nabi

Keagungan Maulid Nabi - Kelahiran nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah kelahiran yang penuh rahmat dan penuh keberkahan. Pada postingan telah lalu hal tersebut telah disinggug sedikit banyak pada postingan

Hukum Memperingati Maulid Nabi
Dalil-Dalil Al-Quran tentang Kemuliaan Maulid Nabi
Maulid Nabi itu Wajib 

Adapun pada postingan spesial maulid nabi kali ini akanmenjelaskan tentang keagungan hari kelahiran nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam:

Diriwayatkan dari Ibnu Sa'd, bahwa ibu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berkata, "Setelah bayiku lahir, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana-istana di Syam."

Bahkan dalam riwayat lain dijelaskan bahwa ketika rasulullah lahir, sepuluh balkon istana Kisra runtuh dan api yang senantiasa disembah oleh orang-orang majusi padam, serta runtuh pula beberapa gereja di sekitar Buhairah.

Setelah siti Aminah melahirkan, beliau mengirim utusan kepada Abdul Muthalib untuk menyampaikan kabar gembira perihal kelahiran cucunya itu. Setelah mendengar berita tersebut, Abdul Muthalib merasa sangat gembira dan ia pun kemudian membawa cucunya itu ke dalam ka'bah seraya berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Abdul Muthalib kemudian memberi nama untuk cucunya itu dengan nama MUHAMMAD. Nama ini belum pernah dikenal di kalangan Arab dan beliau tumbuh menjadi pribadi yang memukau masyarakat arab waktu itu.
 

Sungguh sangat indah apabila kelahiran beliau dikisahkan lebih lanjut. Namun keseluruhan dari pengisahan ini adalah bermuara pada satu semangat, yaitu semangat untuk mencintai dan meneladani beliau. Karena itu, marilah kita bergembira dan bersyukur atas kelahiran beliau.

Al-Imam al-Hafizh Abu Syamah al-Maqdisi, guru al-Imam al-Nawawi, berkata dalam kitabnya al-‘Baits fi Inkar al-Bida’ wa al-Hawadits sebagai berikut:

أَفْضَلُ ذِكْرَى فِيْ أَيَّامِنَا هِيَ ذِكْرَى الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ. فَفِيْ هَذَا الْيَوْمِ يُكْثِرُ النَّاسُ مِنَ الصَّدَقَاتِ وَيَزِيْدُوْنِ فِي الْعِبَادَاتِ وَيُبْدُوْنَ كَثِيْراً مِنَ الْمَحَبَّةِ لِلنَّبِيِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَحْمَدُوْنَ اللهَ تَعَالىَ كَثِيْراً بِأَنْ أَرْسَلَ إِلَيْهِمْ رَسُوْلَهُ لِيَحْفَظَهُمْ عَلىَ سُنَّةِ وَشَرِيْعَةِ اْلإِسْلاَمِ.


“Peringatan paling utama pada masa sekarang adalah peringatan Maulid Nabi saw. Pada hari tersebut, manusia memperbanyak mengeluarkan sedekah, meningkatkan aktifitas ibadah, mengekspresikan kecintaan kepada Nabi saw secara maksimal, memuji Allah Subhanahu wata’ala dengan lebih meriah karena telah mengutus Rasul-Nya kepada mereka untuk menjaga mereka di atas Sunnah dan Syariat Islam.”


  Bagaimana Hukum Memperingati Maulud/Maulid ? -
Alhamdulillah, maulud nabi sebentar lagi datang. Umat Islam kembali diingatkan dengan kelahiran Rasulullah yang mulia. Walau memang mengingat kemuliaan Rasul tidak boleh hanya ketika setiap hari kelahiran saja namun bagi setiap orang yang beriman pastilah akan ada "krentek" dalam hati mereka setiap hari kelahiran beliau datang. Lalu bagaimana pandangan para ulama tentang hukum memperingati maulud nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam ini ? Berikut admin jagad kawula akan mempersembahkannya kepada para pembaca budiman:
Namun sebelumnya, ada baiknya membaca tautan berikut terlebih dahulu:

Masih Tegakah Menghukumi Maulid/Maulud Nabi itu Bid'ah yang Sesat ?
Dalil-Dalil Al-Quran tentang Maulid Nabi

1. Imam Jalaluddin Sayuthi :
"Bahwasanya beliau ditanya orang tentang amal maulud nabi pada bulan rabiul awal, apakah hukumnya menurut syara', apakah pekerjaan itu dipuji atau dicela, apakah si pelaku diberi pahala atau tidak ?
Jawab saya, kata imam Suyuthi: Pokok dari amal maulud itu adalah bahwa manusia berkumpul lalu mereka membaca sekedarnya ayat-ayat al-Quran suci, kemudian membaca kisah-kisah sejarah nabi dan kisah-kisah bagaimana situasinya pada nabi dilahirkan, kemudian mereka makan bersama dan bubar, tidak lebih dari itu. Ibadah macam itu adalah bid'ah hasanah yang diberi pahala mengerjakannya karena dalam amal ibadah itu terdapat suasana membesarkan nabi, Melahirkan kesukaan dan kegembiraan atas lahirnya nabi Muhammad yang mulia (Ianatut thalibin III halaman 363)
2. Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Mufti Madzhab Syafi'i di Makkah al-Mukaramah:
"Telah berlaku kebiasaan, bahwa orang apabila mendengar kisah nabi dilahirkan, maka ketika nabi lahir itu mereka berdiri bersama-sama untuk menghormat dan membesarkan nabi. Berdiri ini adalah suatu hal yang mustahsan atau baik, karena dasarnya ialah membesarkan nabi Muhammad dan sesungguhnya telah mengerjakan hal serupa itu banyak dari ulama-ulama ikutan umat." (Ianatut thalibin, juz III, halaman 363)
3. Imam Al-Halabi:
"Telah dikabarkan, bahwa di hadapan imam Subki pada suatu kali berkumpul banyak ulama pada zaman itu. Kemudian salah seorang daripada mereka membaca perkataan Sharshari dalam memuji nabi. Pada ketika itu Imam Subki dan sekalian ulama yang hadir berdiri serempak menghormati nabi." (Ianatut Thalibin juz III, halaman 364).
4. Imam Abu Syamah:
"Suatu hal yang baik ialah apa yang dibuat tiap-tiap tahun bersetuju dengan hari maulud nabi muhammad. Memberi sedekah, membuat kebajikan, melahirkan kegembiraan dan kesenangan, maka hal itu selain berbuat baik bagi fakir miskin, juga mengingatkan kita untuk mengasihi junjungan kita nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam, membesarkan beliau, dan bersyukur kepada Tuhan atas karunia-Nya, yang telah mengirim seorang rasul, yang dirasulkan untuk kebahagiaan seluruh makhluk." (Ianatut Thalibin, Juz III, halaman 364)

Intinya memperingati Maulud Nabi Itu Boleh, dan bahkan mendapatkan pahala apabila menghadirkan rasa cinta, memuliakan Rasulullah dan akibat-akibat lain yang baik. 

Kelahiran beliau adalah sebuah rahmat untuk seluruh Alam. Karena merupakan sebuah rahmat yang amat besar, umat islam harus bersyukur. dan peringatan maulid nabi merupakan salah satu cara untuk bersyukur yang paling unik, karena di dalamnya banyak dibacakan shalawat, puji-pujian kepada nabi dan sejarah hidup nabi. 
Pada postingan sebelumnya telah dijelaskan bagaimana umat islam dianjurkan untuk memuliakan nabi dengan sepenuh kemuliaan.Juga telah dijelaskan bagaimana para ulama dan imam besar telah sepakat tentang agungnya hari kelahiran nabi
Sungguh indah kelahiran kanjeng nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam. sungguh membawa berkah bagi semesata alam kelahiran beliau. Hari senin yang sebelumnya tidak mulia, menjadi mulia lantaran kelahiran beliau sehingga umat islam diperintahkan/disunnatkan untuk berpuasa pada hari senin. Kota madinah menjadi mulia karena kelahiran dan hijrahnya beliau. Andai beliau tidak pernah hijrah ke Madinah, bagaimana mungkin Madinah akan menjadi kota mulia sebab dahulu ia dikenal sebagai kota yang penuh bala' dan orang-orang enggan datang kepadanya. Begitu pula umat islam menjadi umat mulia karena berkah kelahiran beliau. Andai bukan beliau yang memimpin umat ini tentu umat ini tidak akan menjadi "Khaira ummatin ukhrijat linnaas." (Sebaik-baik umat yang dikeluarkan kepada manusia). Namun pada kenyataannya umat islam menjadi umat paling mulia, sebaik-baik umat, dengan nabinya yang juga sebaik-baik nabi dan sebaik-baik makhluk yang pernah diturunkan di muka bumi ini. Karenannya sungguh adalah kewajiban seorang muslim untuk memuliakan dan mengagungkan beliau dengan sepenuh hati dan sepenuh iman. 

Karena itu Peringatan maulid sebagai suatu cara untuk membuktikan rasa cinta seyogyanya jangan diangkat sebagai hal yang kontroversial. Bahkan dengan mengatakannya sebagai bid'ah dhalalah dan orang yang memperingatinya dicap sebagai orang yang sesat dan akan masuk neraka. Sungguh, vonis seperti tersebut bukanlah vonis yang penuh kebijakan. Seorang muslim yang baik tentunya harus bijak dan memiliki sudut pandang yang jauh tentang suatu hal. Termasuk peringatan maulid juga harus dipandang melalui sudut pandang yang banyak dan jauh. Apabila memang memiliki pendapat yang berbeda, biarkanlah perbedaan itu menjadi sesuatu yang indah di pandang mata dan di dengar telinga. Jangan kemudian perbedaan pendapat tersebut dijadikan ajang untuk saling mencaci dan mencela. 

Peringatan maulid nabi adalah peringatan yang berusaha menghadirkan nuansa cinta kepada kanjeng nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam. Dan menghadirkan cinta kepada beliau adalah hak dan bahkan kewajiban bagi setiap muslim. Sebab cinta kita kepada kanjeng nabi dapat menjadi ibadah yang bernilai pahala karena cinta kita kepada beliau dapat meningkatkan kualitas spiritual kita di hadapan Allah. 

Ketika rasa cinta kepada kanjeng nabi itu bersemayam dalam diri seorang muslim, rasa cinta itu akan membawanya menuju semangat berspiritual. Semangat itulah yang kemudian menjadi dasar terciptanya kehidupan yang baik dalam arti baik secara sosial dan spiritual. Semakin tinggi dan dalam rasa cinta kepada kanjeng nabi, maka semakin tinggi pula tingkat keshalihan sosial dan derajat spiritual di sisi Allah. Karena itu tiada kata lain selain "Wajib" bagi umat islam untuk menghadirkkan, meningkatkan, dan memperkuat rasa cinta kepada kanjeng nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa sallam

Peringatan maulid nabi adalah salah satu dari sekian ribu cara umat muslim untuk mencintai dan membuktikan rasa cinta. Cara mencintai beliau dapat dilakukan dengan seribu satu cara dan dengan seribu satu bahasa. Seperti ketika kita mencintai keluarga kita dan anak-anak kita dengan memberikan sesuatu yang kiranya bisa menyenangkan hati mereka, seperti memberikan makanan, pakaian, mainan, dan lain sebagainya. Begitu pula ketika kita mengatakan dan ingin membuktikan rasa cinta kita kepada Rasulullah, maka kita juga harus memberikan sesuatu yang dapat menyenangkan hati rasulullah. Apa saja itu ? Banyak sekali. misalnya dengan menjalankan ajaran dalam al-Quran, hadist, mengamalkan sunnah-sunnah rasul, memperbanyak diri untuk bershalawat kepada rasul, dan amalan-amalan shalih lainnya. 

Pada konteks inilah peringatan maulid nabi menjadi wadah. Ia menjadi wadah yang penuh keagungan. Ibarat wadah, maka sudah semestinya ia menampung banyak hal. Ketika peringatan maulid menjadi wadah, maka di dalamnya penuh dengan isi amaliyah yang menghadirkan rasa cinta. bershalawat, memuji rasul, membaca sejarah hidup rasul, berbuat baik, dan lain sebagainya, menjadi "ISI" dari "Wadah peringatan maulid nabi tersebut." Dan inilah salah satu cara kita untuk menghadirkan rasa cinta kepada beliau. Karena itu, "MASIH TEGAKAH KITA UNTUK MENGATAKANNYA SEBAGAI BID'AH YANG SESAT DAN AKAN MASUK NERAKA BAGI YANG MEMPERINGATINYA DENGAN PENUH RASA CINTA?" APAKAH RASULULLAH RIDHA DAN IKHLAS UMAT YANG BERUSAHA UNTUK MENCINTAINYA ITU DICAP SEBAGAI SESAT ? BAHKAN RASULULLAH SENDIRI TIDAK RIDHA DAN IKHLAS APABILA SALAH SATU UMATNYA YANG PALING BANYAK DOSANYA DAN TIDAK PERNAH BERUSAHA UNTUK MENCINTAINYA ITU MASUK NERAKA. BELIAU BERI SYAFAAT UNTUK ORANG YANG BERGELIMANG DOSA ITU SEHINGGA ALLAH DENGAN SEGALA KEMURAHANNYA MEMASUKKAN ORANG ITU KE DALAM SURGA. LALU MASIH TEGAKAH KITA MENGATAKAN SESAT KEPADA ORANG YANG BERUSAHA MENCINTAI BELIAU ?

Allah ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ


“Dialah [Allah] Yang telah mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benaruntuk menampakkannya/memenangkannya di atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik tidak suka.” (QS. At-Taubah: 33)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan :

Yang dimaksud dengan al-huda/petunjuk adalah segala yang dibawa oleh Rasul yaitu berupa berita-berita yang jujur, keimanan yang sahih, dan ilmu yang bermanfaat. Adapun agama yang benar maksudnya adalah amal-amal salih lagi benar, amal-amal yang bermanfaat di dunia dan di akhirat.

[lihat Tafsir al-Qur'an al-'Azhim, 4/136]

Di dalam surat al-Fatihah yang setiap hari kita baca, kita memohon kepada Allah agar mendapatkan hidayah jalan lurus; yaitu jalannya orang-orang yang mendapatkan kenikmatan dari Allah. Orang-orang yang diberi kenikmatan oleh Allah itu maksudnya adalah ‘orang-orang yang memadukan antara ilmu yang bermanfaat dengan amal salih’.

Adapun orang-orang yang dimurkai [al-maghdhubi 'alaihim] adalah orang yang mengambil ilmu namun meninggalkan amal. Kemudian, apabila orang itu mengambil amal namun meninggalkan ilmu,

Kebutuhan hati terhadap ilmu dan iman jauh lebih besar daripada kebutuhan badan kepada makanan dan nafas. Ilmu bagi hati laksana air bagi ikan. Apabila ikan kehilangan air maka dia pasti mati. Oleh sebab itu pula Allah menamai ilmu sebagai obat. Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ


“Wahai umat manusia, sungguh telah datang kepada kalian nasihat dari Rabb kalian dan obat bagi apa yang ada di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman.” (QS. Yunus: 57)

Oleh sebab itu Imam Bukhari rahimahullah membuat sebuah bab di dalam Sahihnya dengan judul Bab Ilmu sebelum ucapan dan amalan. Oleh sebab itu pula Allah menjadikan tugas para rasul adalah memberikan pelajaran dan ilmu kepada umat manusia. Allah ta’ala berfirman,

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ


“Sungguh Allah telah memberikan karunia kepada orang-orang beriman, ketika Allah mengutus di tengah-tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, dia membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan Hikmah [as-Sunnah]. Sementara sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang amat nyata.” (QS. Ali ‘Imran: 164)

Luqman al-Hakim berkata kepada putranya, “Wahai putraku, duduklah bersama para ulama dan dekatilah mereka dengan kedua lututmu. Karena sesungguhnya Allah akan menghidupkan hati dengan hikmah sebagaimana menghidupkan tanah yang mati dengan curahan hujan deras dari langit.” [lihat al-Fitnah, hal. 220]

Hakikat Amal Salih

Allah ta’ala berfirman,

فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا


“Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabb-nya dengan sesuatu apapun.” (QS. Al-Kahfi: 110).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa amal salih ialah amalan yang sesuai dengan syari’at Allah, sedangkan tidak mempersekutukan Allah maksudnya adalah amalan yang diniatkan untuk mencari wajah Allah (ikhlas), inilah dua rukun amal yang akan diterima di sisi-Nya [lihat Tafsir al-Qur'an al-'Azhim [5/154] cet. al-Maktabah at-Taufiqiyah]


===Semoga Bermanfaat===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar