Sabtu, 25 Januari 2014

Zaid bin Tsabit

aid bin Tsabit


Zaid bin Tsabit- Assalaamualaikum, selamat malam menjelang subuh, salam sejahtera untuk para sahabat semua. alhamdulillah di pagi ini admin jagad kawula dapat memposting artikel baru untuk menambah isi blog ini. Kali ini kami akan memposting sedikit tentang kisah teladan Zaid bin Tsabit, salah satu sahabat Rasulullah shallallaahu alaihi wa Sallam yang paling terkemuka. berikut kisahnya:

Zaid bin Tsabit adalah seorang sahabat yang terkenal. Ia termasuk dalam kalangan ulama dan mufti di zamannya. Keistimewaannya, ia sangat menguasai ilmu mawaris. Ia juga merupakan seorang ulama ahli fatwa, faraidh, dan qiraat di Madinah. Ketika Rasulullah shallallaahu 'Alaihi wa Sallam berhijrah ke Madinah, ia masih seorang anak kecil berusia 11 tahun. Ia sangat ingin menyertai pertempuran yang pertama, yaitu perang badar. namun karena mengingat usianya yang masih kecil, ia dilarang oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa Sallam.

Zaid bin Tsabit telah menjadi seorang anak yatim ketika dirinya masih berusia 6 tahun, tepat lima tahun sebelum hijrah. Ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam hijrah dan tiba di Madinah, orang-orang datang untuk mengambil berkah dan berkhidmat kepada beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam. Selain itu kaum ansha (sebutan warga madinah yang bersuka cita menerima kedatangan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam) juga membawa serta anak-anak mereka untuk menemui beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam. Termasuk Zaid yang masih kecil. Zaid bercerita tentang hal ini, "Ketika saya dibawa ke majelis Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam saya diperkenalkan. "Ini anak dari kabilah Bani Najar. Sebelum engkau ke madinah, ia sudah menghafal tujuh belas surat dalam al-Quran." Kemudian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam memuji saya dengan menyuruh saya membaca surah-surah al-Quran tersebut. Saya perdengarkan surah Qaaf kepada beliau, ternyata beliau sangat menyukai bacaan saya."

Jika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam akan mengirim surat kepada orang Yahudi, maka yang menjadi penulisnya adalah orang Yahudi. Suatu ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Surat-surat yang dikirim dengan tulisan orang Yahudi itu membuatku tidak tenang. Saya khawatir ia menulis apa yang tidak seharusnya ditulis. Sebaiknya kamu mempelajari bahasa Yahudi." Kata Zaid selanjutnya, "Lalu saya belajar bahasa Yahudi, yaitu bahasa Ibrani sampai saya menguasainya selama lima belas hari." Kemudian, jika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam akan mengirim surat kepada orang-orang Yahudi, sayalah yang akan menuliskannya. Jika datang surat dari Yahudi maka sayalah yang membacakannya untuk beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Disebutkan dalam hadist lain, dari Zaid bin Tsabit bahwa Rasulullah shallallaahu a'alihi wa sallam pernah bersabda, "Terkadang saya terpaksa menyuruh orang lain untuk menulis surat dalam bahasa Suryani." Lalu saya disuruh oleh beliau agar mempelajari bahasa Suryani. Saya dapat menguasai bahasa tersebut dalam waktu tujuh belaas hari." (Fathul Bari).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar