Membongkar Kepalsuan Syubhat Ustadz Firanda Dalam Buku: Ketinggian Allah Di Atas Makhluk-Nya (7)
by abusalafy
Membongkar Kepalsuan Syubhat Salafi Wahhâbi Tentang Ketinggian Fisikal Allah SWT Di Atas Makhluk-Nya
Menyoroti Pendalilan Kedelapan Ustadz Firanda
Setelah istirahat beberapa hari, saya ajak sobat abusalafy yang cerdas untuk melanjutkan kembali menyoroti pendalilan Ustadz Firanda atas akidah tajsîm tasybîh menyimpangnya bahwa Allah berada di atas langit. Seperti tujuh pendalilan sebelumnya, pendalilan berikut ini juga tidak kalah mengggelikannya. Ia mencerminkan keawaman dan pikiran penuh virus kaum Mujassimah Musyabbihah yang ditularkan kepada para mahasiswa oleh para Masyâikh Wahhâbi di Arab Saudi sana. Kendati ia menulis bukunya untuk membantah apa yang ia sebut sebagai: Akidah Abu Salafy, namun sayang, ia tidak menanggapi berbagai dalil yang saya ajukan, tetapi malah mengulang apa yang telah saya bantah! Ia hanya menanggapi edisi ke: 8 tulisan saya, sementara tujuh edisi sebelumnya dan beberapa artikel lainnya ia lompati. Tapi tak mengapalah. Yang penting kita akan melihat sejauh mana pendalilan Firanda, Ustadz kebanggaan para awam Salafi Wahhabi di tanah air itu dapat dipertahankan.
Pendalilan Kedelapan Ustad Firanda
Pendalilan kedepalan Ustad Firanda ini berkisar tentang ayat-ayat dan beberapa riwayat yang ia katakan sebagai menunjukkan bahwa Allah SWT ada di langit. Di antaranya adalah adalah ayat 16-17 surah al Mulk:
Yang ia pertegas dengan ayat: 68 surah al Isrâ’ dan ayat: 45 surah an Nahl sehingga ia menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “Yang berada di atas langit” adalah Allah SWT. (Ketinggian Allah Di Atas makhluk-Nya:17-18).
Abu Salafy:
Saya tidak akan menaggapi banyak pendalilan di atas mengingat saya sudah jelaskan dalam artikel saya: Ternyata Tuhan Tidak Di Langit (7) pada ayat kelima. Dan saya rasa keterangan saya di sana sudah cukup jelas, namun sekali saya sayangkan Ustadz Firanda tidak mau meluangkan waktu merenungkannya dan kemudian jika ia tidak setuju ia berhak mengkritisi dan membantahnya.
Tentang ayat di atas Abu Hayyan berkata: “Kalimat: مَنْ فِي السَّماءِ /Dzat yang berada di langit adalah bentuk majâz. Dan telah lewat dipaparkan bukti bahwa Allah SWT tidak berlokasi di arah/sudut tertentu. Pembenar penggunaan bentuk majazi ini adalah bahwa kemahadirajaan-Nya berada di langit. Karena kalimat: فِي السَّماءِ adalah shilah/penghubung dari kata: مَنْ, padanya terdapat kata ganti yang terkait dengan ‘âmil di dalamnya yaitu kata: استقرَّ. Jadi makna ayat tersebut adalah demikian: Dzat Yang malakût/kemaha-dirajaan-Nya berada di langit. Di sini adalah mudhâf yang sengaja tidak disebutkan. Memang kemaha-dirajaan Allah itu di mana-nama, tetapi disebutnya langit secara khusus karena ia adalah tempat tinggal para malaikat. Di sana juga Arsy dan Kursi Allah dan Lauh Mahfûdz berada. Dan dari sanalah ketetapan Allah , kitab-kitab suci-Nya, larangan dan perintah-Nya diturunkan. Atau boleh jadi penyebutan itu berdasar apa yang diyakini kaum Kafir, sebab mereka itu adalah kaum Musyabbihah (yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) sehingga maknanya demikian: Apakah kalian meresa aman dari Tuhan yang kamu anggap dan yakini berada di atas langit?! Dan Dia adalah Dzat yang Maha Tinggi dari berada di sebuah tempat…. .” (Lebih lanjut baca keterangan beliau dalam tafsir al Bahru al Muhîth,10/226.)
Imam Nidzâmuddîn an Nisâbûri berkata menjelaskan makna ayat di atas: “Apakah kalian meresa aman terhadap Dzat (yang kalian anggap berada) di langit?! Dan pendapat sekelompok Ahli Tafsir: Apakah kalian merasa aman dari Tuhan Yang Kemaha-dirajaan-Nya atau Sulthân-Nya atau Kemaha-perkasaan-Nya berada di langit. Sebab kebiasaan telah berkalu diturunkannya balâ’ dari arah langit. Dan ada pendapat lain yang mengatakan bahwa maksud kalimat: : مَنْ فِي السَّماءِ /yang berada di langit adalah malaikat Jibril.” Lebih lanjut baca keterangan beliau dalam tafsir Gharâib al Qur’ân (dicetak bersama tafsir ath Thabari,29/9).
Sebagaimana Imam al Qurthubi juga menerangkan dengan keterangan serupa. Perhatikan keterangan beliau di bawah ini:
Catatan!
Dan di antara hadis panjang yang ia sebutkan adalah dari riwayat Ibnu Mâjah,2/1423/hadis no. 4262 dari sabahat Abu Hurairah sebagai berikut:
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya,2/364 hadis no. 8551. Dan adz Dzahabi dalam kitab al ‘Uluw-nya tidak ketinggalan “menghias” kitabnya dengan hadis bermasalah di atas dengan no.23, dan setelahnya ia berkata, “Hadis riwayat Ahmad dalam Musnad-nya dan al Hakim dalam Mustadrak-nya dan ia berkata, ‘Hadis ini berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim’. Dan para imam meriwayatkannya dari Ibnu Abi Dzuaib.”
Catatan Untuk adz Dzahabi!
Apa yang dikatakan adz Dzahabi di atas telah “diriwayatkan oleh al Hakim” adalah tidak benar. Al Hakim tidak meriwayatkannya. Dan sepanjang penelusuran saya dalam kitab al Mustadrak tidak saya temukan hadis tersebut!
Abu Salafy:
Sengaja hadis panjang itu saya potong terjemahnya dan saya hanya terjemahkan bagian yang inti pendalilan Ustadz Firanda saja seperti Anda lihat di atas. Dengan hadis di atas Ustadz Firanda hendak meyakinkan kita semua habwa Allah SWT berada di atas langit dan ruh seorang mukmin yang shaleh akan berakhir di langit yang Allah berada di atasnya!!
Hadis tersebut juga telah diriwayatkan oleh Imam al Baihaqi dalam kitab al Asmâ’ wa ash Shifât tetapi tidak dengan redaksi bermasalah di atas (sampai berakhir di langit yang di atasnya Allah SWT.). Redaksi riwayat al Baihaqi adalah sebagai berikut: “Sampai berakhir di langit ke tujuh.” Demikian dengan al Âjuri dalam kitab asy Syarî’ah-nya, ia meriwayatkan tanpa menyebutkan bagian tersebut dari riwayat itu. Jadi redaksi (kalimat: sampai berakhir di langit yang di atasnya Allah SWT.). adalah benar-benar bermasalah. Ia muththarib/kacau dalam riwayat para ahli hadis… sebab redaksinya tidak sepakat! Disamping juga dha’îf!! Hadis ini dalam riwayat para ulama dengan redaksi berbeda-beda, namun kebanyakan dari redaksinya tidak memuat kalimat bermasalah tersebut! Coba Anda baca hadis sahabat Barâ’ dalam al Mustadrak,1/37, hadis Abu Hurairah dalam Sunan ash Shughrâ,4/4/1833, Ibnu Hibban,7/285, al Hakim,1/352-353. Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Siti Aisyah ra. dalam Musnad-nya,6/140. Dengan demikian, sekali lagi saya katakan bahwa redaksi andalan Ustadz Firanda ini benar-benar syâdz muththarib/ganjil lagi guncang!!
Ustadz Firanda Memang Aneh!
Tetapi anehnya Ustadz Firanda berusaha meyakinkan kita semua akan keshahihan hadis di atas dengan redaksi ganjil dan muththarib tersebut dengan penshahihan Pakar Ilmu Hadis kebanggaan para sarjana awam Salafi Wahhâbi dan kaum awam yang gila gelar kesarjanaan; Syeikh Nâshiruddîn al Albâni. Ia bekata;: “.. dan dishahihkan oleh Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albaany.” (Baca Ketinggian Allah Di Atas Makhluk-Nya:19)
Sayang Ustadz Firanda tidak menyadari bahwa yang membanggakan penshahihan Syeikh Nâshiruddîn al Albâni hanya para sarjana awam Salafi dan mereka yang mudah dibodohi olehnya… adapaun para peneliti, mereka sangat memprihatinkan hasil penelitiannya yang tidak teliti itu! Sebab seperti telah sering saya tegaskan bahwa Pakar Ahli hadis kebanggan Ustadz Firanda dan para sarjana Salafi Wahhâbi lainnya ini adalah Pakar Linglung yang sering kontradiksi dalam pernyataan-pernyataannya serta dalam hukum dan penetapan status sebuah hadis atau atsar! Dan kali ini dalam kasus hadis andalan Ustadz Firanda di atas, Sang Pendekar Ilmu Hadis Wahhâbi asal negeri Alban ini juga terjatuh dalam kelinglungan sikap ketika ia menshahihkannya… Kasihan sekali mereka yang mengandalkan hasil penelitian Sang Pendekar Linglung untuk membangung agama dan akidahnya!!
Syeikh al Albâni Terjebak Dalam Kesalahan!
Syeikh Nâshiruddîn al Albâni benar-benar telah terjatuh dalam kesalahan ketika beliau menyebutkan dan membenarkan hadis riwayat di atas dalam kitab Mukhtahsar al ‘Uluw:85, dalam Shahih al Jâmi’ ash Shaghîr dan Shahih Ibnu Mâjah. Semestinya beliau menerangkan kelemahan dan kemunkaran hadis riwayat tersebut!! Tetapi ia mendiamkannya dan menutup mata dari kedha’ifannya karena hadis itu dengan redaksi tersebut sngat membantu dan mendukung akidah tajsîm-nya. Dan beliau pun membenarkan ketika adz Dzahabi menyebut bahwa hadis itu dari riwayat al Hakim dalam al Mustadrak-nya. Padahal hadis itu tidak termuat dalam al Mustadrak!! Dan seandainya redaksi itu dishahihkan maka para ulama telah memberikan takwil yang layak dengan kemaha-sucian Allah dari berada di sebuah tempat! Seperti yang dipaparkan oleh Mulla Ali al Qâri dalam syarah Misykât al Mashâbih. Walaupun hadis itu tidak perlu ditakwil sebab ia adalah batil dan palsu!
Tanggapan atas Dua Hadis Andalan Ustadz Firanda
Selain hadis di atas, Ustadz Firanda juga menyebutkan dua hadis yang ia andalkan dalam membuktikan bahwa Allah berada di atas langit.
Hadis di atas diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya,6/376/3344, dan Muslim,2/741/1064. Sebagaimana juga diriwayatkan Imam an Nasa’i dalam as Sunan ash Shughrâ,5/87/2578, Abu Daud,4/243/4764, Imam Ahmad dalam Musnad-nya,3/67 dan 73 serta masih banyak lainnya.
Dan kenyataan ini sudah cukup meruntuhkan pendalilan Ustadz Firanda yang diadopsinya dari akidah kaum Mujassimah Musyabbihah! Ketidak-pastian redaksi seperti ini dalam sebuah hadis tidak cukup untuk membangun dalil dalam masalah hukum/furu’uddîn, lalu bagaimana dapat diandalkan dalam membangun pilar-pilar akidah, usuhuluddin!!
Tentang hadis yang menggunakan redaksi yang mengesankan Allah berada di atas langit, Imam al Hafidz Ibnu Hajar telah menerangkan sebagai berikut: “Nanti akan dibicarakan makna sabda: مَنْ فِى السَّمَاء pada Kitab at Tauhid.”
Kemudian seperti beliau janjikan, beliau menguraikan makna kata tersebut:
(http://hadith.al-islam.com/ Page. aspx? pageid=192 &TOCID=4045&BookID=33&PID=13579)
Abu Salafy:
Hadis di atas adalah dha’îf dan munkar! Ia telah diriwayatkan oleh Abu Daud,4/285 dengan no.4941 dan at Turmudzi,4/324 hadis no.1924, demikian juga dengan lainnya seperti al Hakim. Dalam sanad hadis riwayat di atas terdapat seorang perawi bernama Abu Qâbûs. Ia tidak dikenal identitasnya, majhûl! Tidak meriwayatkan hadis darinya kecuali Malik bin Dînâr seorang!! Adz Dzahabi berkata tentangnya, “Ia tidak dikenal, lâ yu’raf!”. Sementara Ibnu Hajar berkata dalam Tahdzîb at Tahdzîb,12/223 “Bukhari menyebutnya dalam daftar perawi lemah dalam kitabnya al Kabîr… “
Ketika menerangkan hadis di atas, al Mubârakfûri berkata setelah menyebutkan bahwa yang dimaksud adalah Allah SWT. Ia berkata:
Penafsiran terakhir di atas telah didukung oleh banyak hadis shahih lain dengan redaksi yang terjamin dari masalah sebagaimana di bawah ini.
Redaksi Lain Hadis Di Atas
Hadis tersebut dalam riwayat Bukhari dengan redaksi sebagai berikut: Rasulullah saw. bersabda:
(HR.Bukhari, Kitab at Tauhîd, bab kedua, Bab: Qaulullah Tabâraka wa ta’âla, “Qulid’u Allah aw ud’ûr Rahmân, 13/358 hadis no. 7376. Lihat juga Fathu al Bâri,28/130-131)
Dan dengan redaksi:
Catatan Penting!
Hadis riwayat Abu Qâbûs dari Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Âsh dalam Musnad Imam Ahmad,2/160 hadis no. 6458, dengan redaksi yang benar-benar akan meruntuhkan pendalilan kaum Mujassimah seperti Ustadz Firanda dan kaum Salafi Wahhâbi lainnya. Perhatikan riwayat di bawah ini:
Ya, benar! Riwayat Imam Ahmad dengan redaksi di atas benar-benar meruntuhkan pendalilan kaum Mujassimah dengan hadis yang dibanggakan Ustadz Firanda di atas! Sebab jelas sekali bahwa yang dimaksud dengan man fi as samâ’ adalah para malaikat!!
Ikhtisar Kalam
Setelah Anda ikuti ulasan panjang di atasn jelas kiranya kerapuhan pendalilan kedelapan Ustadz Firanda yang ia uraikan panjang lebar tapi tanpa hasil itu, sebab, disamping sebagian hadisnya tidak shahih, ia juga bermasalah dari sisi redaksi. Sehingga kenyataan demikian menggugurkannya dari kehandalan untuk dapat dijadikan hujjah, apalagi dalam masalah akidah yang serius seperti ini! Dan untuk sementara saya cukupkan sampai di sini walaupun masih banyak ruang untuk membongkar lebih jauh kepalsuan dan kebatilan pendalilan kaum Mujassimah yang disajikan Ustadz Firanda al Wahhâbi al Mujassim!! Kita akan bertemu kembali insya Allah dengan menyoroti kelemahan dan kebatilkan pendalilan Ustadz Firanda selanjutnya. Nantikan!
(Bersambung Insya Allah)
Menyoroti Pendalilan Kedelapan Ustadz Firanda
Setelah istirahat beberapa hari, saya ajak sobat abusalafy yang cerdas untuk melanjutkan kembali menyoroti pendalilan Ustadz Firanda atas akidah tajsîm tasybîh menyimpangnya bahwa Allah berada di atas langit. Seperti tujuh pendalilan sebelumnya, pendalilan berikut ini juga tidak kalah mengggelikannya. Ia mencerminkan keawaman dan pikiran penuh virus kaum Mujassimah Musyabbihah yang ditularkan kepada para mahasiswa oleh para Masyâikh Wahhâbi di Arab Saudi sana. Kendati ia menulis bukunya untuk membantah apa yang ia sebut sebagai: Akidah Abu Salafy, namun sayang, ia tidak menanggapi berbagai dalil yang saya ajukan, tetapi malah mengulang apa yang telah saya bantah! Ia hanya menanggapi edisi ke: 8 tulisan saya, sementara tujuh edisi sebelumnya dan beberapa artikel lainnya ia lompati. Tapi tak mengapalah. Yang penting kita akan melihat sejauh mana pendalilan Firanda, Ustadz kebanggaan para awam Salafi Wahhabi di tanah air itu dapat dipertahankan.
Pendalilan Kedelapan Ustad Firanda
Pendalilan kedepalan Ustad Firanda ini berkisar tentang ayat-ayat dan beberapa riwayat yang ia katakan sebagai menunjukkan bahwa Allah SWT ada di langit. Di antaranya adalah adalah ayat 16-17 surah al Mulk:
أَ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي
السَّماءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذا هِيَ تَمُورُ * أَمْ
أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّماءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حاصِباً
فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذيرِ
“Apakah kamu merasa aman terhadap (Allah) yang berada di atas langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? * atau apakah kamu merasa aman terhadap (Allah) Yang Berada di atas langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.”[1]Yang ia pertegas dengan ayat: 68 surah al Isrâ’ dan ayat: 45 surah an Nahl sehingga ia menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “Yang berada di atas langit” adalah Allah SWT. (Ketinggian Allah Di Atas makhluk-Nya:17-18).
Abu Salafy:
Saya tidak akan menaggapi banyak pendalilan di atas mengingat saya sudah jelaskan dalam artikel saya: Ternyata Tuhan Tidak Di Langit (7) pada ayat kelima. Dan saya rasa keterangan saya di sana sudah cukup jelas, namun sekali saya sayangkan Ustadz Firanda tidak mau meluangkan waktu merenungkannya dan kemudian jika ia tidak setuju ia berhak mengkritisi dan membantahnya.
Tentang ayat di atas Abu Hayyan berkata: “Kalimat: مَنْ فِي السَّماءِ /Dzat yang berada di langit adalah bentuk majâz. Dan telah lewat dipaparkan bukti bahwa Allah SWT tidak berlokasi di arah/sudut tertentu. Pembenar penggunaan bentuk majazi ini adalah bahwa kemahadirajaan-Nya berada di langit. Karena kalimat: فِي السَّماءِ adalah shilah/penghubung dari kata: مَنْ, padanya terdapat kata ganti yang terkait dengan ‘âmil di dalamnya yaitu kata: استقرَّ. Jadi makna ayat tersebut adalah demikian: Dzat Yang malakût/kemaha-dirajaan-Nya berada di langit. Di sini adalah mudhâf yang sengaja tidak disebutkan. Memang kemaha-dirajaan Allah itu di mana-nama, tetapi disebutnya langit secara khusus karena ia adalah tempat tinggal para malaikat. Di sana juga Arsy dan Kursi Allah dan Lauh Mahfûdz berada. Dan dari sanalah ketetapan Allah , kitab-kitab suci-Nya, larangan dan perintah-Nya diturunkan. Atau boleh jadi penyebutan itu berdasar apa yang diyakini kaum Kafir, sebab mereka itu adalah kaum Musyabbihah (yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) sehingga maknanya demikian: Apakah kalian meresa aman dari Tuhan yang kamu anggap dan yakini berada di atas langit?! Dan Dia adalah Dzat yang Maha Tinggi dari berada di sebuah tempat…. .” (Lebih lanjut baca keterangan beliau dalam tafsir al Bahru al Muhîth,10/226.)
Imam Nidzâmuddîn an Nisâbûri berkata menjelaskan makna ayat di atas: “Apakah kalian meresa aman terhadap Dzat (yang kalian anggap berada) di langit?! Dan pendapat sekelompok Ahli Tafsir: Apakah kalian merasa aman dari Tuhan Yang Kemaha-dirajaan-Nya atau Sulthân-Nya atau Kemaha-perkasaan-Nya berada di langit. Sebab kebiasaan telah berkalu diturunkannya balâ’ dari arah langit. Dan ada pendapat lain yang mengatakan bahwa maksud kalimat: : مَنْ فِي السَّماءِ /yang berada di langit adalah malaikat Jibril.” Lebih lanjut baca keterangan beliau dalam tafsir Gharâib al Qur’ân (dicetak bersama tafsir ath Thabari,29/9).
Sebagaimana Imam al Qurthubi juga menerangkan dengan keterangan serupa. Perhatikan keterangan beliau di bawah ini:
قَالَ اِبْن عَبَّاس :
أَأَمِنْتُمْ عَذَاب مَنْ فِي السَّمَاء إِنْ عَصَيْتُمُوهُ . وَقِيلَ :
تَقْدِيره أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاء قُدْرَته وَسُلْطَانه وَعَرْشه
وَمَمْلَكَته . وَخَصَّ السَّمَاء وَإِنْ عَمَّ مُلْكه تَنْبِيهًا عَلَى
أَنَّ الْإِلَه الَّذِي تَنْفُذ قُدْرَته فِي السَّمَاء لَا مَنْ
يُعَظِّمُونَهُ فِي الْأَرْض . وَقِيلَ : هُوَ إِشَارَة إِلَى
الْمَلَائِكَة . وَقِيلَ : إِلَى جِبْرِيل وَهُوَ الْمَلَك الْمُوَكَّل
بِالْعَذَابِ . قُلْت : وَيَحْتَمِل أَنْ يَكُون الْمَعْنَى : أَأَمِنْتُمْ
خَالِق مَنْ فِي السَّمَاء أَنْ يَخْسِف بِكُمْ الْأَرْض كَمَا خَسَفَهَا
بِقَارُونَ .
Ibnu Abbas berkata: Apakah kalian merasa aman terhadap Yuhan yang di
langit jika kalian menentang-Nya?! Ada yang mengatakan bahwa taqdîr
kalimat itu adalah demikian: Apakah kalian merasa aman dari Tuhan yang
kekuasaan, Sulthân, arsy dan kemaha-dirajaan-Nya berada di langit.
Disebutnya langit secara khusus walaupun kerajaan-Nya umum di mana-mana
sebagai peringatan bahwa Tuhan itu adalah Yang Kemaha-Kuasaan-Nya dapat
berlaku di langit bukan sesembahan yang kalian agungkan di bumi. Ada
yang mengatakan bahwa ayat itu menunjuk (bahwa yang berada di langit
adalah) para malaikat. Dan ada yang mengatakan yang dimaksud adalah
malaikat Jibril yang diserahi tugas menurunkan siksa. Saya (al Qurthubi)
berkata: Bisa jadi maknanya demikian: Apakah kalian merasa aman dari
siksa Tuhan Pencipta semua makhluk yang berada di langit bahwa Dia akan
menjungkir balikkan bumi bersama kamu sebagaimana Dia telah menjungkir
balikkan bumi sehingga menelan Karun. (http://quran.al-islam.com/Page.aspx?pageid =221& BookID=14&Page=1)Catatan!
Di sini, terkait dengan ayat di
atas, Ustadz Firanda tidak sedikit pun mau melibatkan keterangan para
Ahli Tafsir dalam memahaminya. Entah mengapa? Ia hanya terpaku
memahaminya sesuai dengan cara pandang kaum Mujassimah Musyabbihah yang
meyakini Allah berada di sebuah tempat tertentu yaitu di atas langit
sana! Kini Pemahaman Salaf Shaleh pun Ia Campakkan! Tidak hanya
keterangan para Ahli Tafsir yang ia abaikan. Kini tafsir dan pemahaman
sahabat Nabi saw yang telah mendapatkan doa agar Allah mengajarinya
pemahaman Al Qur’an yang tepat; Ibnu Abbas ra pun diabaikan bahkan tidak
digubris oleh Ustadz Firanda!! Sikap ini makin membuktikan bahwa Klaim
yang dipropagandakan Salafi Wahhabi: KEMBALI KEPADA AL QUR’AN DAN
SUNNAH BERDASARKAN PEMAHAMAN SALAF SHALEH; PARA SAHABAT DAN TABI’IN
dalam membangun akidah adalah sebuah DUSTA. Ia sekedar dekor dan tipu
muslihat belaka! Dengannya, para Misionaris Salafi Wahhabi menipu kaum
awam. Waspadai itu!
*** ***
Setelah Ustadz Firanda mencecer ayat-ayat yang dianggapnya mendukung
akidah menyimpangnya, ia berusaha meyakinkan kita dengan mengutip
beberapa riwayat yang sebagiannya telah saya bahas dalam artikel: Membongkar Syubhat Kaum Mujassimah (1).Dan di antara hadis panjang yang ia sebutkan adalah dari riwayat Ibnu Mâjah,2/1423/hadis no. 4262 dari sabahat Abu Hurairah sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَيِّتُ تَحْضُرُهُ
الْمَلَائِكَةُ فَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ صَالِحًا قَالُوا اخْرُجِي
أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ
اخْرُجِي حَمِيدَةً وَأَبْشِرِي بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ وَرَبٍّ غَيْرِ
غَضْبَانَ فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى تَخْرُجَ ثُمَّ
يُعْرَجُ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ فَيُفْتَحُ لَهَا فَيُقَالُ مَنْ هَذَا
فَيَقُولُونَ فُلَانٌ فَيُقَالُ مَرْحَبًا بِالنَّفْسِ الطَّيِّبَةِ
كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ ادْخُلِي حَمِيدَةً وَأَبْشِرِي بِرَوْحٍ
وَرَيْحَانٍ وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ
حَتَّى يُنْتَهَى بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي فِيهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
… terus menerus diucapkan yang demikian sampai berakhir di langit yang di atasnya Allah SWT.”Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya,2/364 hadis no. 8551. Dan adz Dzahabi dalam kitab al ‘Uluw-nya tidak ketinggalan “menghias” kitabnya dengan hadis bermasalah di atas dengan no.23, dan setelahnya ia berkata, “Hadis riwayat Ahmad dalam Musnad-nya dan al Hakim dalam Mustadrak-nya dan ia berkata, ‘Hadis ini berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim’. Dan para imam meriwayatkannya dari Ibnu Abi Dzuaib.”
Catatan Untuk adz Dzahabi!
Apa yang dikatakan adz Dzahabi di atas telah “diriwayatkan oleh al Hakim” adalah tidak benar. Al Hakim tidak meriwayatkannya. Dan sepanjang penelusuran saya dalam kitab al Mustadrak tidak saya temukan hadis tersebut!
Abu Salafy:
Sengaja hadis panjang itu saya potong terjemahnya dan saya hanya terjemahkan bagian yang inti pendalilan Ustadz Firanda saja seperti Anda lihat di atas. Dengan hadis di atas Ustadz Firanda hendak meyakinkan kita semua habwa Allah SWT berada di atas langit dan ruh seorang mukmin yang shaleh akan berakhir di langit yang Allah berada di atasnya!!
Hadis tersebut juga telah diriwayatkan oleh Imam al Baihaqi dalam kitab al Asmâ’ wa ash Shifât tetapi tidak dengan redaksi bermasalah di atas (sampai berakhir di langit yang di atasnya Allah SWT.). Redaksi riwayat al Baihaqi adalah sebagai berikut: “Sampai berakhir di langit ke tujuh.” Demikian dengan al Âjuri dalam kitab asy Syarî’ah-nya, ia meriwayatkan tanpa menyebutkan bagian tersebut dari riwayat itu. Jadi redaksi (kalimat: sampai berakhir di langit yang di atasnya Allah SWT.). adalah benar-benar bermasalah. Ia muththarib/kacau dalam riwayat para ahli hadis… sebab redaksinya tidak sepakat! Disamping juga dha’îf!! Hadis ini dalam riwayat para ulama dengan redaksi berbeda-beda, namun kebanyakan dari redaksinya tidak memuat kalimat bermasalah tersebut! Coba Anda baca hadis sahabat Barâ’ dalam al Mustadrak,1/37, hadis Abu Hurairah dalam Sunan ash Shughrâ,4/4/1833, Ibnu Hibban,7/285, al Hakim,1/352-353. Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Siti Aisyah ra. dalam Musnad-nya,6/140. Dengan demikian, sekali lagi saya katakan bahwa redaksi andalan Ustadz Firanda ini benar-benar syâdz muththarib/ganjil lagi guncang!!
Ustadz Firanda Memang Aneh!
Tetapi anehnya Ustadz Firanda berusaha meyakinkan kita semua akan keshahihan hadis di atas dengan redaksi ganjil dan muththarib tersebut dengan penshahihan Pakar Ilmu Hadis kebanggaan para sarjana awam Salafi Wahhâbi dan kaum awam yang gila gelar kesarjanaan; Syeikh Nâshiruddîn al Albâni. Ia bekata;: “.. dan dishahihkan oleh Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albaany.” (Baca Ketinggian Allah Di Atas Makhluk-Nya:19)
Sayang Ustadz Firanda tidak menyadari bahwa yang membanggakan penshahihan Syeikh Nâshiruddîn al Albâni hanya para sarjana awam Salafi dan mereka yang mudah dibodohi olehnya… adapaun para peneliti, mereka sangat memprihatinkan hasil penelitiannya yang tidak teliti itu! Sebab seperti telah sering saya tegaskan bahwa Pakar Ahli hadis kebanggan Ustadz Firanda dan para sarjana Salafi Wahhâbi lainnya ini adalah Pakar Linglung yang sering kontradiksi dalam pernyataan-pernyataannya serta dalam hukum dan penetapan status sebuah hadis atau atsar! Dan kali ini dalam kasus hadis andalan Ustadz Firanda di atas, Sang Pendekar Ilmu Hadis Wahhâbi asal negeri Alban ini juga terjatuh dalam kelinglungan sikap ketika ia menshahihkannya… Kasihan sekali mereka yang mengandalkan hasil penelitian Sang Pendekar Linglung untuk membangung agama dan akidahnya!!
Syeikh al Albâni Terjebak Dalam Kesalahan!
Syeikh Nâshiruddîn al Albâni benar-benar telah terjatuh dalam kesalahan ketika beliau menyebutkan dan membenarkan hadis riwayat di atas dalam kitab Mukhtahsar al ‘Uluw:85, dalam Shahih al Jâmi’ ash Shaghîr dan Shahih Ibnu Mâjah. Semestinya beliau menerangkan kelemahan dan kemunkaran hadis riwayat tersebut!! Tetapi ia mendiamkannya dan menutup mata dari kedha’ifannya karena hadis itu dengan redaksi tersebut sngat membantu dan mendukung akidah tajsîm-nya. Dan beliau pun membenarkan ketika adz Dzahabi menyebut bahwa hadis itu dari riwayat al Hakim dalam al Mustadrak-nya. Padahal hadis itu tidak termuat dalam al Mustadrak!! Dan seandainya redaksi itu dishahihkan maka para ulama telah memberikan takwil yang layak dengan kemaha-sucian Allah dari berada di sebuah tempat! Seperti yang dipaparkan oleh Mulla Ali al Qâri dalam syarah Misykât al Mashâbih. Walaupun hadis itu tidak perlu ditakwil sebab ia adalah batil dan palsu!
Tanggapan atas Dua Hadis Andalan Ustadz Firanda
Selain hadis di atas, Ustadz Firanda juga menyebutkan dua hadis yang ia andalkan dalam membuktikan bahwa Allah berada di atas langit.
- Hadis pertama adalah:
أَلاَ تَأْمَنُونِى وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِى السَّمَاءِ ، يَأْتِينِى خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً
“Tidaklah kalian mepercayai aku, padahal aku ini kepercayaan dari yang berada di atas langit (Allah). Datang kepadaku khabar langit pagi dan sore.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Abu Salafy berkata:
Inilah hadis pertama yang dibawakan Ustadz Firanda ia adaalah hadis
yang juga dibanggakan adz Dzahabi –panutan ustadz Firanda dalam
membangun akidah Ketinggian Fisikal Allah di atas langit dalam kitab al ‘Uluw-nya, hadis dengan no.17. Terkait dengan hadis ini juga sudah saya jelaskan dalam artikel: Membongkar Syubhat Kaum Mujassimah (1)
sehingga saya tidak akan banyak
mengulangi penjelasan tentangnya di sini. Hadis ini dengan redaksi
seperti di atas telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari,8/67/4351 dan
Muslim,2/742/1064 dari riwayat Umârah bin al Qa’qâ’. Riwayat Umârah
dengan redaksi di atas telah diselisihi oleh Said bin Masrûq ats Tsawri
ayah Sufyan ats Tawri juga dalam kedua kitab Shahih tersebut. Dalam
riwayat Said tersebut tidak terdapat redaksi yang menjadi andalan kaum
Mjujassimah (مَنْ فِى السَّمَاءِ ).
Jadi dengan demikian
dapat dipastikan bahwa redaksi tersebut adalah hasil olah kata dan
redaksi oleh sang perawi atau dengan kata lain ia diriwayatkan dengan ma’nan bukan dengan redaksi asli Nabi mulia Muhammad saw.!
Redaksi hadis tersebut dalam riwayat ats Tsawri sebagai berikut:
أ يأمنُنِي اللهُ على أهلِ الأرضِ وَ لاَ تَأْمَنُونِى
“Apakah Allah mempercayaiku untuk mengurus penduduk bumi sedangkan kalian tidak mempercayaiku?!” Hadis di atas diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya,6/376/3344, dan Muslim,2/741/1064. Sebagaimana juga diriwayatkan Imam an Nasa’i dalam as Sunan ash Shughrâ,5/87/2578, Abu Daud,4/243/4764, Imam Ahmad dalam Musnad-nya,3/67 dan 73 serta masih banyak lainnya.
Dan kenyataan ini sudah cukup meruntuhkan pendalilan Ustadz Firanda yang diadopsinya dari akidah kaum Mujassimah Musyabbihah! Ketidak-pastian redaksi seperti ini dalam sebuah hadis tidak cukup untuk membangun dalil dalam masalah hukum/furu’uddîn, lalu bagaimana dapat diandalkan dalam membangun pilar-pilar akidah, usuhuluddin!!
Tentang hadis yang menggunakan redaksi yang mengesankan Allah berada di atas langit, Imam al Hafidz Ibnu Hajar telah menerangkan sebagai berikut: “Nanti akan dibicarakan makna sabda: مَنْ فِى السَّمَاء pada Kitab at Tauhid.”
Kemudian seperti beliau janjikan, beliau menguraikan makna kata tersebut:
قَالَ الْكِرْمَانِيُّ قَوْلُهُ ” فِي السَّمَاءِ ”
ظَاهِرُهُ غَيْرُ مُرَادٍ ، إِذِ اللَّهُ مُنَزَّهٌ عَنِ الْحُلُولِ فِي
الْمَكَانِ ، لَكِنْ لَمَّا كَانَتْ جِهَةُ الْعُلُوِّ أَشْرَفَ مِنْ
غَيْرِهَا أَضَافَهَا إِلَيْهِ إِشَارَةً إِلَى عُلُوِّ الذَّاتِ
وَالصِّفَاتِ ، وَبِنَحْوِ هَذَا أَجَابَ غَيْرُهُ عَنِ الْأَلْفَاظِ
الْوَارِدَةِ مِنَ الْفَوْقِيَّةِ وَنَحْوِهَا
“Al Kirmâni berkata, ‘Sabda: مَنْ فِى السَّمَاءmakna dzâhirnya
jelas bukan yang dimaksudkan, sebab Allah Maha Suci dari bertempat di
sebuah tempat, akan tetapi, karena sisi atas adalah sisi termulia di
banding sisi-sisi lainnya, maka ia disandarkan kepada-Nya sebagai
isyarat akan ketinggian Dzat dan sifat-Nya.’ Dan seperti inilah para
ulama selainya menjawan/menerangkan setiap kata yang datang dalam nash
yang menyebut kata fauqiyyah/atas dan semisalnya.”[2](http://hadith.al-islam.com/ Page. aspx? pageid=192 &TOCID=4045&BookID=33&PID=13579)
- Hadis kedua yang disebutkan ustadz Firanda adalah di bawah ini:
الراحمون يرْحَمْهُم الرحمن. إرحَموا من فِي الأرضِ يَرحمكُم مَنْ فِي السماء.
“Orang-orang yang penyayang disayangi oleh ar Rahmaan. Sayangilah
yang ada di bumi, niscaya akan menyayaingimu yang ada di langit
(Allah).” (HR. At-Turmudzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albaany). (Baca: Ketinggian Allah Di Atas mahkluk-Nya:20)Abu Salafy:
Hadis di atas adalah dha’îf dan munkar! Ia telah diriwayatkan oleh Abu Daud,4/285 dengan no.4941 dan at Turmudzi,4/324 hadis no.1924, demikian juga dengan lainnya seperti al Hakim. Dalam sanad hadis riwayat di atas terdapat seorang perawi bernama Abu Qâbûs. Ia tidak dikenal identitasnya, majhûl! Tidak meriwayatkan hadis darinya kecuali Malik bin Dînâr seorang!! Adz Dzahabi berkata tentangnya, “Ia tidak dikenal, lâ yu’raf!”. Sementara Ibnu Hajar berkata dalam Tahdzîb at Tahdzîb,12/223 “Bukhari menyebutnya dalam daftar perawi lemah dalam kitabnya al Kabîr… “
Ketika menerangkan hadis di atas, al Mubârakfûri berkata setelah menyebutkan bahwa yang dimaksud adalah Allah SWT. Ia berkata:
وَقِيلَ الْمُرَادُ مَنْ سَكَنَ
فِيهَا وَهُمُ الْمَلَائِكَةُ فَإِنَّهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
لِلْمُؤْمِنِينَ ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : الَّذِينَ يَحْمِلُونَ
الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ
بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ
رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ
وَقِهمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ ،
“Ada yang berkata yang dimaksud dengannya adalah penghuni langit yaitu para malaikat. Karena mereka itu memohonkan ampunan bagi kaum Mukminin. Allah berfirman: “(Malaikat-malaikat)
yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih
memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun
bagi orang- orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya
Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah
ampunan kepada orang- orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau
dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala.” (QS. Ghâfir [40];7) (http://hadith.al-islam.com/)Penafsiran terakhir di atas telah didukung oleh banyak hadis shahih lain dengan redaksi yang terjamin dari masalah sebagaimana di bawah ini.
Redaksi Lain Hadis Di Atas
Hadis tersebut dalam riwayat Bukhari dengan redaksi sebagai berikut: Rasulullah saw. bersabda:
لَا يَرْحَمُ اللَّهُ مَنْ لَا يَرْحَمُ النَّاسَ
“Tidak akan dirahmati Allah orang yang tidak merahmati/berbelas-kasih kepada manusia.” (HR.Bukhari, Kitab at Tauhîd, bab kedua, Bab: Qaulullah Tabâraka wa ta’âla, “Qulid’u Allah aw ud’ûr Rahmân, 13/358 hadis no. 7376. Lihat juga Fathu al Bâri,28/130-131)
Dan dengan redaksi:
قَبَّلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ وَعِنْدَهُ
الْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِيُّ جَالِسًا فَقَالَ الْأَقْرَعُ
إِنَّ لِي عَشَرَةً مِنْ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا
فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثُمَّ قَالَ: مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ
“Rasulullah saw. mencium al hasan bin Ali, dan saat itu al Aqra’ bin
Hâbis duduk di samping beliau. Lalu al Aqra’ berkata, ‘Aku punya sepuluh
putra tetapi aku tidak pernah mencium satu pun dari mereka. Lalu
Rasulullah memandangnya kemudian bersabda: “Barangsiapa tidak marahmati ia tidak akan dirahmati.”
(HR. Bukhari dalam Kitabul Âdab,10/438 hadis no.60131)
Dan dalam riwayat Muslim,:
لَا يَرْحَمُ اللَّهُ مَنْ لَا يَرْحَمُ النَّاسَ
“Tidak akan dirahmati Allah orang yang tidak merahmati manusia.”Catatan Penting!
Hadis riwayat Abu Qâbûs dari Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Âsh dalam Musnad Imam Ahmad,2/160 hadis no. 6458, dengan redaksi yang benar-benar akan meruntuhkan pendalilan kaum Mujassimah seperti Ustadz Firanda dan kaum Salafi Wahhâbi lainnya. Perhatikan riwayat di bawah ini:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ
“Orang-orang yang saling merahmati (berbalas-kasih) pasti akan
dirahmati Allah. Rahmatilah penduduk bumi pasti kamu akan dirahmati
penghuni langit.”
Al Mubârakfûri –pensyarah Sunan at Turmudzi-
juga menyebut hadis dengan redakasi di atas sebagai penjelas makna
hadis-hadis yang menyebutkan redaksi: يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي
السَّمَاءِ/yang berada di langit. Beliau berkata:
وَقَدْ رُوِيَ بِلَفْظِ :
ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ ، وَالْمُرَادُ
بِأَهْلِ السَّمَاءِ الْمَلَائِكَةُ ، وَمَعْنَى رَحْمَتِهِمْ لِأَهْلِ
الْأَرْضِ دُعَاؤُهُمْ لَهُمْ بِالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ كَمَا قَالَ
تَعَالَى : وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ آمَنَ
“Dan telah diriwayatkan dengan redaksi: Rahmatilah penduduk bumi pasti kamu akan dirahmati penghuni langit.
Dan yaang dimaksud dengan: penghuni langit adalah para malaikat. Dan
makna mereka marahmati penduduk bumi adalah para malaikat itu mendoakan
penduduk bumi agar dirahmati dan diampuni Allah. Seperti dalam ayat:
“Dan mereka memintakan ampunan bagi yang beriman.”Ya, benar! Riwayat Imam Ahmad dengan redaksi di atas benar-benar meruntuhkan pendalilan kaum Mujassimah dengan hadis yang dibanggakan Ustadz Firanda di atas! Sebab jelas sekali bahwa yang dimaksud dengan man fi as samâ’ adalah para malaikat!!
Ikhtisar Kalam
Setelah Anda ikuti ulasan panjang di atasn jelas kiranya kerapuhan pendalilan kedelapan Ustadz Firanda yang ia uraikan panjang lebar tapi tanpa hasil itu, sebab, disamping sebagian hadisnya tidak shahih, ia juga bermasalah dari sisi redaksi. Sehingga kenyataan demikian menggugurkannya dari kehandalan untuk dapat dijadikan hujjah, apalagi dalam masalah akidah yang serius seperti ini! Dan untuk sementara saya cukupkan sampai di sini walaupun masih banyak ruang untuk membongkar lebih jauh kepalsuan dan kebatilan pendalilan kaum Mujassimah yang disajikan Ustadz Firanda al Wahhâbi al Mujassim!! Kita akan bertemu kembali insya Allah dengan menyoroti kelemahan dan kebatilkan pendalilan Ustadz Firanda selanjutnya. Nantikan!
(Bersambung Insya Allah)
pendalilan yg lemah rapuh , hanya diambil ds 1 sisi. seakan2 hanya Syekh albni yg berjasa dlm islam
Abusalafy:
Syukran. Jangan lupa doanya untuk kebaikan dunia akhirat kami.
Abusalafy:
Cobalah Anda mengambil hikmah dan ibrah dari kisab Nabi Musa as dan “‘Abdan min ‘ibadina” dalam surah alKahfi. Bagaimana Musa sebagai nabi dan rasul bergegas menjalankan perintah Allah untuk menimba ilmu dan hikmah dari hamba tersebut tanpasibjk mencari tau identitas hamba itu. Ssbabpriorifas Nabi Musa as adalah menemukan hikmah ilahi. Tapi sepertinya teman- teman Wahhabi Salafy tertutup dari menemukan pelajaran penting dari Al Quran ini. Mereka hanya sibuk membaca Al Quran tapi tidak meresapinya. Kasihan sekali mereka. Mirip sekali dengan ciri kaum KHAWARIJ.
http://wahabivssunni.blogspot.com/2012/05/apakah-allah-berada-di-langit.html
bener banget jawabane… pas!!
mreka memang suka tidak menggubris al-Qur’an kalo tidak cocok sama udelnya, kadang al-Qur’an dikalahkan dg hadis demi kepentingannya kalo perlu al-Qur’an di nasakh dg Hadis..
faham sontoloyo
DASAR OON
“…TAPI BUKA DULU TOOPENG MU, ……” LOL
Abusalafy:
Luar biasa. Tidak cukup berhujjah dengan Salaf, kini Wahhabi Salafi berhujjah dengan Syeikh Ariel!!! Atau jangan- jangan mereka sudah kehabisan hujjah.
Kami menyadari bahwa dibalik kegelisahan mereka untuk ingin kenal siapa abusalafy itu adalah dissbabkan wahhabi Salafi benar- benar tertampar oleh abusalafy… jadi untuk menutupi malu mereka, mereka bdrkoar- koar menjerit- jerit kesakitan: siapa abusalafy ini?
wahabiyyun : ya syeich bgaimana skap anda ini slaku pndri madzhab whabi, akhir2 ini byk diungkap penyimpangannya. kita kn malu kita py prasaan
abdllah bin wahhab : ngapain bru ty skrang lho ! dr dl kn udah mnyimpang ! babe & saudra gue aje smpe lepas tngan, lho enak ursn ddunia, gue nich, dah dialm barza apez ! udah dech urus sndri2 nafsi2, lgan gue kagak nyuru lho ikuti aliran gue ???
wahabiyun : iye2 jgn sewot tuan
orng2 dangkal aqidahny ad yg prcya sm omongany ustadz firanda,yah mdah2an allah ksh hidayah ke ustadz firanda,kan klo dya dh tobat,pngikut2ny bru pda nyeseeelll…
Abusalafy:
Bisakah saudara ssdikit menjelaskan apa makna BERSEMAYAM yang Anda imani untuk Allah itu?
Sebab kata semayam itu bukan teks suci Al Qur’an, tetapi ia adalah terjemahan Anda yang mana bisa saja ia adalah hasil pengaruh akidah yang sebelumnya telah Anda yakini. Kemudian terjemahan teks- teks suci itu Anda sesuaikan dengannya.
darimana ente tau pemahaman ente sama dengan pemahaman para sahabat nabi tentang ayat itu, ada buktinya….?
http://syekhablahni.wordpress.com/2013/05/20/siapakah-firanda-andirja-penting-harus-anda-baca/
Abusalafy:
Dapatkah saudara menjelaskan ddngan bukti apa yang Anda maksud dengan MANHAJ SALAF itu?
Syukran
Abhsalafy:
Syukran. Tapi adakah dalil syar’i yang valid yang mengharuskan umat Islam bermanhaj dengan MANHAJ SALAF? Apakah Sayyiduna Husakn ra termasuk Salaf yang kalian jadikan rujukan membangun keyakinan Agama? Apakah Yazid bin Mu’awiyah jhga tergolong SALAF RUJUKAN kalian?
Tolong jawab dengan JUJUR.
SYUKRAN.
“ Sebaik-Baik Generasi adalah Generasi ku ( Shahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam ), kemudian Generasi Setelahnya ( Pengikut Shahabat ), Kemudian Generasi Setelahnya ( Pengikut- Pegikut Shahabat )( H.R. Bukhari & Muslim )
Dan Dalam Riwayat Yang lain :
“ Umatku akan Berpecah Menjadi 73 Golongan, Semuanya di Neraka Kecuali 1 Golongan, Mereka ( Shahabat ) bertanya : Siapakah 1 Golongan Itu Wahai Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam ? “ Beliau Menjawab, “ Apa Yang Ada Padaku dan Shahabat-Shahabatku Pada hari ini “ ( H.R. Turmudzi dan Di Shahihkan Oleh Albani ).
Dan Juga Sebagaimana Perkataan Ibnu Mas’uud Radiallahu’anhu :
“ Mereka Para Shahabat itu adalah orang Yang paling Bersih Hatinya, Di antara Umat Islam, Yang Paling Dalam ilmunya, dan Paling Sedikit Memaksakan Kehendaknya.
Kemudian Ibnu Mas’uud Melanjutkan :
“ Kalian Berada di Zaman Yang Banyak Ulamanya, Sedikit Penceramahnya, dan kelak akan Datang Setelah kalian Suatu Zaman yang Sedikit Ulamanya dan Banyak Penceramahnya ( Di keluarkan oleh Attabrani dalam Al kabir dan AlBukhari dalam Al adabul Mufrad dan Di Shahihkan Oleh Ibnu Hajar )Dan Juga Sebagaimana Perkataan Ibnu rajab Rahimahullah: Seutama-utama Ilmu adalah dalam Penafsiran Alqur’an dan Makna-Makna hadits serta dalam Pembahasan Halal dan haram Yang ma’tsur dari Para Shahabat, Tabi’iin, dan Tabi’ut Tabi’iin Yang Berakhir pada Para Imam Terkenal dan Di Ikuti ( Fadlu Ilmi Salaf, Ibnu Rajab 58 )
Dan juga Sebagaimana di Katakan Oleh imam Malik Rahimahullah :
“ Tidaklah Urusan Umat Ini akan Menjadi BAIK kecuali Dengan Mengikuti Hal-Hal yang Telah Menjadikan UMAT TERDAHULU Menjadi baik “
Abusalafy:
Tarima kasih Anda telah dengan baik menghadirkan hadis riwayat Imam Bukhari dan juga atsar sahabat Ibnu Mas’ud ra dan perkataan Imam Malik. Hanya saja pertanyaan saya adalah:
1) Apakah penyematan ssbaik-baik generasi sudah cukup alasan untuk mengangkat mereka sdbagai hujjah yang wajib diikuti manhajnya?
Coba bandingkan penyematan Status itu dengan penyematan status KHAIRU UMMATIN kepada seluruh umat Islam hingga akhir zaman. Apakah penyematan itu cukup sebagai alasan mengangkat sebagai yang wajib diikuti MANHAJNYA?!
Apakah yang dimaksud dengan kedua nash itu adalah makna lain yang tidak terkait dengan kewajiban menjadikan MANHAJ SALAF sebagai MANHAJ ALTERNATIF YANG WAJIBUL ITTIBA’ atas seluruh umat!!
2) Menjadikan ucalan Ibnu Mas’ud ra dan Imam Malik sebagai dalil untuk mendukung konsep yang Anda sedang usung (wajib mengikuti MANHAJ SALAF) adalah mengandung sisi DAUR! Anda berdalil ddngan ucapan “SALAF” untuk menegakkan keharusan mengikuti MANHAJ SALAF!!
3) Apakah dengan menjadikan ucapan selain ALLAH da RASULNYA, anda telah memasukkan dan mengimani adanya SUMBER BARU DALAM ISLAM SELAIN ALQURAN DAN SUNNAH??
Apakah keduanya tidak dianggap cukup?
Syukran
Abusalafy:
Jangan khawatir, kami akan berlapang dada ketika Anda menyebut mereka dan pendapat-pendapat mereka! Yang kami kecam adalah sikap FANATIK dalam membela penyimpangan-penyimpangan mereka!
Maaf dan sikap itulah yang sering terlihat dari para Salafi Wahhabi (mungkin Saudara tidak termasuk dari mereka), sehingga kami mengecam mereka!
Karena sesungguhnya mereka tidak suka melaknat seorang muslim secara khusus (ta ‘yin), berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu:
seseorang yang dipanggil dengan Hammar sering meminum khamr.
setiap dia dihadapkankan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ia dicambuk. Maka berkatalah seseorang: “Semoga Allah melaknatnya. Betapa sering dia dihadapkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan engkau melaknatnya, sesungguhnya dia mencintai Allah dan Rasul-Nya. ” (HR. Bukhari)
Abusalafy:
Maaf, jawaban Anda kelihatannya menghindar dari pertanyaan saya!! APAKAH YAZID TERMASUK SALAF ANDA YANG JUGA KHAIRUL QURUN/SEBAIK-BAIK GENERASI yang DIBANGGAKAN NABI MUHAMMAD SAW????
Apa yang Anda imani dalam Al Quran tentang BALASA ALLAH atas orang yang MEMBUNUH SEORANG MUSLIM MUKMIN secara sengaja? Apakah ia TERKUTUK/TERLAKNAT? KEKAL DI NERAKA JAHANNAM? Apakah dalam akidah Anda, Alquran membolehkan Andaber sikap NETRAL TERHADAP ORANG ZALIM? APAKAH DALAM KEYAKINAN ANDA YAZID ITU RAJA ADIL ATAU ZALIM?
BAGAIMANA SIKAP SIBTH IBNU AL JAUZI tentang KEFASIKAN bahkan KEMUNAFIKAN YAZID??
Tentara pertama yang memerangi Konstantinopel akan diampuni. (HR.
Bukhari)
sedangkan tentara pertama yang memerangi konstantinopel adalah di bawah pimpinan YAZID bin Mu’awiyyah dan pada waktu itu Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bersamanya.
Abusalafy:
Apakah Anda punga bukti bahwa Yazid yang memimpin pasukan itu?
Apakah peparangan itu sebelum peristiwa pembantaian Sayyiduna Husain ra atau setelahnya?
Dan apakah janji itu tidak bersyarat? Seperti, misalnya orang bersangkutan tidak MURTAD! Atau tidak MEMBUNUH SEORANG MUKMIN APALAGI SAYYIDU SYABABI AHLIL JANNAHSEPERTI AL HUSAIN RA!!!
ITU SEMUA DENGAN ASUMSI HADIS ITU SHAHIH DAN TIDAK ADA MASALAH DENGAN SANAD MAUPUN MATANNYA!!!
Abusalafy:
Maaf dari kata-kata Anda telah mensejajarkan MANHAJ SALAF YANG BELUM JELAS BAIK DASAR MAUPUN MAFHUMNYA dengan ISLAM itu sendiri!
Mestinya Anda jawab dulu pertanyaan saya sebelumnya tentangnya!!
Abusalafy:
Silahkan. Afwan ustadz, saya harap diskusi kita runut, tidak lompat sebelum tuntas satu sub tema/bahasan, misalnya, mari kita tuntaskan dahulu apa itu manhaj salaf dan apadasar-dasarnya!!
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Aku akan menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun dia yang benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan kedustaan walaupun dia sedang bergurau. Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa saja yang berakhlak baik.” (HR. Abu Daud no. 4800 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1464)
Abusalafy:
Alqur’an adalah kitab suci yang harus dikedepankan dan dijadikan pondasi utama dalam membangun keyakinan agama! Setujukah Anda ddngan konsep ini?
Nah, sekarang pertanyaanya, apakah Alqur’an mengcam JIDAL atau memujinya sebagai media Da’wah?
Apakah para nabi dan rasul as juga mengecam dan meninggalkan BERJIDAL?
Lalu bandingkan dengan apa yang Anda bawakan dan yakini tantangnya?
Di sini akan kelihatan Anda PENGIKUT SEJATI AL QUR’AN atau PENYEMBAH RIWAYAT yang banyak darinya adalah bertengan denvan AL QUR’AN!!!!
Maaf Ustadz si Manhaj Salaf itu sepertinya orang yang sama dengan yang memakai anonymaus… dia hanya bercopy paste…. dan sok ramah tapi terlihat kaku!
Bicaranya tidak terarah… dia hanya bermaksud ngocak pembaca aja… tali sayang tipu muslihatnya ketauan.
Jadi jangan terlalu digubris Ustadz. Dia sudah keluar tema.
Hai Manhaj Salaf! Jangan sok ramah! Jangan kdluar tema… ayo balas dulu pertanyaan Ustadz Abu… baru lanjut nanti sesuka kau mau!!! Dasar Wahabi!!!!
@ Anonymaus
Maaf kalau saya curiga dja nama samaran di atas adalah satu orang. Walaupun itu kurang penting sih dibicarakan. Yang penting dibicarakan di sini: kenapa dia menghilang setelah terdesak dalam diskusi? Jawabnya: Ya, begitulah mental WAHABI SALAFI. Menemukan kebenaran bukan tujuan dari dialog. Jadi kita akan tunggu kejujuran dia di sini.
Abusalafy:
Bagaimana dan apa saja ATURAN DEBAT MENURUT ISLAM YANG ANDA PAHAMI
Abusalafy:
Tidak ada yang salah dengan kata- kata Anda. Mari kita berdiskusi demi mencari kebenaran. Semoga Allah membimbing kita semua. Amin.
Abusalafy:
Kalau begitu IBNU TAIMIYAH BUKAN AHLUSUNNAH SEBAB DIA SEPANJANG HIDUPNYA HANYA SIBUK BERDEBAT DDNGAN ULAMA MADZHAB-MADZHAB ISLAM!!!!
Firanda Kenapa Dendam Kepada Syaikh Mohammad Said Ramadhan Al Bouti
http://ummatipress.com/2013/03/24/firanda-kenapa-dendam-kepada-syaikhmohammad-said-ramadhan-al-bouti/
1. IKHLAS guna meninggikan kalimat Allah, bukan dengan niat untuk menjadi tenar.
2. Orang yang berdebat harus mapan keilmuannya dalam masalah yang dia perdebatkan. Jika dia orang yang jahil atau ilmunya masih setengah-setengah maka diharamkan atasnya
3. Dia yakin -atau dugaan besar- dia bisa menang. Jika dia tidak yakin bisa menang maka dia wajib meninggalkan perdebatan itu.
4. Ada kemungkinan pihak lawan jika dia kalah maka dia akan kembali kepada kebenaran. Jika pihak lawan diketahui sebagai orang yang keras kepala dan tidak akan bertaubat walaupun kalah maka tidak boleh BERDEBATdengannya.
5. Jika dia tidak berdebat maka kebenaran akan tertutupi dan kebatilan yang akan menyebar.
6. Ada maslahat darinya, baik yang kembalinya kepada pihak lawan dengan dia bertaubat maupun yang kembalinya kepada masyarakat dengan mereka menjauhi pihak lawan tersebut. Adapun jika tidak ada manfaatnya sama sekali, walaupun mereka kalah tapi masyarakat tetap tidak goyah dalam mengikuti mereka maka ini perdebatan itu adalah perbuatan sia-sia.
WALLAAHU A’LAM
Abusalafy:
ANDA TELAH BERKATA-KATA ATAS NAMA ALLAH TANDA DASAR!!! ITU HARAM DAN BISA-BISA KUFR, aal iyadzubillah.
Apa dasar FATWA anda bahwa HUKUM ASAL PEDEBATAN itu HARAM???
Walaupun mungkin sulit buat saudara membuktikannya, sebab kemungkinan besar tulisan Anda itu hanya COPAS atau Anda hanya mendengar dari ustadz wahabi lokalan!!!
إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ
“Sesungguhnya orang yang paling dimurkai Allah adalah orang yang paling keras permusuhannya dan yang menantang jika diterangkan hujjah kepadanya”. (HR. Al-Bukhari no. 2457 dan Muslim no. 2668)
tolong dikasi rincian hadis atau al-qur’annya tentang syarat2 debat yang anda kemukakan itu…
makasih
SAYA AKAN MELANJUTKAN DISKUSI KITA SETELAH KITA TUNTASKAN DISKUSI TTG TEMA: MANHAJ SALAF; DASAR, DALIL DAN CAKUPANNYA. BAGAIMANA APAKAH ANDA SETUJU?
kalo yang sok pinter “ngeyel”
kalo yang bahlol cepat menghilang jika terdesak
Sebaiknya diskusi anda runut jangan loncat2x.
Kepada pak Abu mohon jangan dilayani kalo2 loncat2x dan arahkan ke fokus satu masalah dulu.
Saya usul bahasan yg harus dituntaskan adalah:
1. Apa itu Manhaj Salaf
2. Siapa tokoh tokohnya
3. Apakah Yazid termasuk salaf yg harus diikuti?
4. Hukum berdebat
Saya berharap sebelum tuntas satu topik jangan loncat ke topik yg lain atau memperlebar bahasan yg Akan menciptakan bahasan baru lagi, krn diskusi model begini tdk menarik dan terkesan ngacau saja.
Wassalam
Abusalafy:
Terima kasih atas saran baiknya. Itu yang telah saya minta dari beliau, tapi sepertinya belum direspon positif. Kita tunggu saja keseriusan beliau.
Ribuan tulisan karya ulama2 Sunni yang telah dibukukan berkaitan dengan penyimpangan akidah Ibnu Tymiyah namun, bahkan hingga saat ini saja, pemikiran Ibnu Taymiyah tersebut masih tetap dijadikan sebagai dasar hujjah bagi salafy/Wahabi
Ketika Kang Abu telah menuliskan berseri2 tulisan tentang Ibnu Taymiyah…..
Saya jadi teringat ucapan guru saya
“Agama itu adalah PILIHAN kesadaran diri kita sendiri. Yang mana nantinya akan kita pertanggung jawabkan dihadapkan Pemiliknya”
Salam damai,
Tapi kasian dekh mereka karena abu salafy makin gencar da’wahnya menelanjangi kesesatan SALAFI WAHABI…
****
BLOG ABU SALAFY, SALAFY TOBAT, UMMATIPRESS, ARTIKEL ISLAMI DI NONAKTIFKAN WORDPRESS
http://qaulan-sadida.blogspot.com/2011/12/blog-abu-salafy-salafy-tobat.html
kalau ada blog yg membongkar salafi wahabi terus di non aktifkan maka itu pasti wahabi bersusah payah yg memintanya bahkan kalau perlu membayarnya.
jangan khawatir buat lagi blog yg lebih banyak biar tambah stress mereka.
Allah SWT dalam Alquran memberikan gambaran kondisi suatu kaum pada hari Yaumil Qiyamah nanti.
Yang menjadi pertanyaan….
Siapakah kaum yang Allah SWT sebutkan itu?
Hanya Allah SWT yang lebih mengetahuinya…….sedangkan kita semua baru akan menjadi saksi pada saat TERJADINYA hari yang dijanjikan itu!
Dalam setiap sholat kita selalu memanjatkan doa supaya kita tidak termasuk golongan kaum yang Allah SWT gambarkan itu
“…tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang2 yang Engkau beri nikmat..”
Apakah itu jalan yang lurus dan siapakah orang2 yang Allah SWT beri nikmat….
Bagi segolongan orang2 dr kelompok Salafi/Wahabi mereka menduga2 bahwa kelompok mereka itulah jalan yang lurus sedangkan orang2 seperti Pohon Terkutuk dan semua keturunannya, Ibnu Taymiyah, Syeikh al Albani dan yang lainnya termasuk orang2 yang Allah SWT beri nikmat. Karenanya Salafy/wahabi selalu menyebutkan radhiayallahu anhu atau rahimahullah bila nama2 mereka ada disebut2.
Guru saya sering mengingatkan kami semua.
‘Agama itu adalah suatu PILIHAN kesadaran diri sendiri, yang mana nantinya akan kita pertanggung jawabkan dihadapkan pemiliknya’
Salam Damai,
Rasulullah saw bersabda:ada 3 golongan yg pantas mendapat kutukan dari Allah SWT .
1. golongan yg kufur
2. golongan yg bid’ah
3. golongan yg fasik
Rasulullah saw bersabda: siapa sja yg tdk mampu mengendalikan lisanya niscaya ia bnyk dustanya, barang siapa bnyk hrtanya niscaya ia bnyk dosanya dan barang siapa yg jelek budi pekertinya maka ia menyiksa dirinya.(HR. BUKHORI MUSLIM)
Sholat itukan 5 waktu? Skalian antum tambah 1 biar jadi 6 waktu, situkan hobi membuat bid’ah.
“WAHABI KEBAKARAN JENGGOT”…aqidahny yg mlenceng ktahuan bnyk orng….
Abusalafy:
Syubhat kaum Mujassimah seperti Anda kemukakan di atas telah dijawab ulama dan jawaban mereka telah sering saya ulang di sini. Jadi coba Anda renungkan lagi.
udah gt bnyak yg nyamar lg, urusin tu aqidah lho, msa tuhan diposturisasi
Allah laisa kamislihi syaik= Allah tdk mnyerupai ssuatu apapun !! Allah tidak terbatas, sprti halnya mnusia !!
knp jg kita sujud mnghadap ke ka’bah klo nyatanya tuhan bersyemayam diatas !!!! knp gk dsperti berdoa mnengadahkn tangan ke atas ???? ape lho jg mau bilang Allah bersemayam dlm ka’bah ?????
DI LIHAT COMENT2NYA SEJAK DULU YAAA MUNG GITU2 AJA MEMBOSANKAN,G ADA YG BARU JUGA G EFEK
http://abusalafy.wordpress.com/2013/07/29/membongkar-kepalsuan-syubhat-ustadz-firanda-dalam-buku-ketinggian-allah-di-atas-makhluk-nya-7/