Muslimedianews.com ~ Sejarah memiliki banyak tragedi-tragedi yang
bisa membuat pembaca sejarah terkagum-kagum sekaligus tercengang,
demikian juga dengan sejarah Kekhilafahan Islam. Mulai dari kisah
keshalehan yang tiada tara hingga kisah-kisah kebiadaban luar biasa,
diluar batas kemanusiaan dan nalar manusia beragama.
Pasca berlalunya masa Khilafah Rasyidah, atau Khilafah yang berjalan diatas metode/manhaj kenabian yakni masa Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dengan masa yang sangat singkat (30 tahun), banyak muncul gejolak didalam tubuh umat Islam melebihi gejolak yang ada masa masa Khulafaur Rasyidin .
Secara singkat Bani Umayyah memegang tampuk kekuasaan ala kerajaan (muluk) setelah Hasan bin Ali menyerahkan kekuasaan kepada Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Sejarah Khilafah Bani Umayyah pun dimulai.
Dalam sejarah tercatat, Khilafah dalam Islam tidak hanya satu melainkan banyak seperti Abbasiyah, Umayyah II (Umayyah tidak hanya satu), Buyids, Fathimiyah, Seljuk, Ayyubiyah, Mamalik, Utsmaniyah (Ottoman), Safavid, Mughal dan lain sebagainya. Kegemilangan Khilafah yang mampu menaklukkan berbagai wilayah sudah banyak didengar, baik karena dorongan ajaran Islam maupun karena dorongan nafsu kekuasaan.
Tapi, sejenak kita akan membaca cuplikan sejarah saat berdirinya Khilafah Bani Abbasiyah yang didirikan oleh Abul Abbas As-Saffah. Ia sekaligus khalifah pertama Bani Abbasiyah. Kata al-Saffah, artinya Sang Penjagal. Dia dibai'at jadi Khalifah pada 3 Rabiul Awwal 132 H di Masjid Kufah. Dalam pemerintahannya mulai muncul istilah Al-Wazir (menteri) yang sebelumnya hanya ada Al-Katib (sekretaris).
Bagi yang belum pernah membaca sejarah Khilafah secara utuh besar kemungkinan akan tercengang dengan kisah ini meskipun kisah-kisah semacam ini tidak hanya ada pada Bani Abbasiyah.
Di atas sebuah mimbar, al-Saffah pernah berikrar: “Allah telah mengembalikan hak kami (untuk memimpin), dan Ia akan menutup kepemimpinan ini dengan kami sebagaimana ia bermula. Waspadalah, karena saya adalah penjagal yang siap menghalalkan darah siapa saja (al-saffah al-mubih) dan pembalas dendam yang siap membinasakan siapa pun juga (al-tsair al-mubir)!”
Kepemimpinannya bermula dari keputusan-keputusan penting yang tidak ada taranya dalam sejarah Islam. Salah satunya, dektrit pertama Al-Saffah yaitu titahnya untuk mencari kuburan dan memburu apa yang tersisa dari jenazah para pemimpin Bani Umayyah, melecut, menyalib, membakar, dan menabur abunya ke udara.
Ibnu Atsir dalam al-Kamil fit Tarikh mengungkapkan:
Pasca berlalunya masa Khilafah Rasyidah, atau Khilafah yang berjalan diatas metode/manhaj kenabian yakni masa Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dengan masa yang sangat singkat (30 tahun), banyak muncul gejolak didalam tubuh umat Islam melebihi gejolak yang ada masa masa Khulafaur Rasyidin .
Secara singkat Bani Umayyah memegang tampuk kekuasaan ala kerajaan (muluk) setelah Hasan bin Ali menyerahkan kekuasaan kepada Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Sejarah Khilafah Bani Umayyah pun dimulai.
Dalam sejarah tercatat, Khilafah dalam Islam tidak hanya satu melainkan banyak seperti Abbasiyah, Umayyah II (Umayyah tidak hanya satu), Buyids, Fathimiyah, Seljuk, Ayyubiyah, Mamalik, Utsmaniyah (Ottoman), Safavid, Mughal dan lain sebagainya. Kegemilangan Khilafah yang mampu menaklukkan berbagai wilayah sudah banyak didengar, baik karena dorongan ajaran Islam maupun karena dorongan nafsu kekuasaan.
Tapi, sejenak kita akan membaca cuplikan sejarah saat berdirinya Khilafah Bani Abbasiyah yang didirikan oleh Abul Abbas As-Saffah. Ia sekaligus khalifah pertama Bani Abbasiyah. Kata al-Saffah, artinya Sang Penjagal. Dia dibai'at jadi Khalifah pada 3 Rabiul Awwal 132 H di Masjid Kufah. Dalam pemerintahannya mulai muncul istilah Al-Wazir (menteri) yang sebelumnya hanya ada Al-Katib (sekretaris).
Bagi yang belum pernah membaca sejarah Khilafah secara utuh besar kemungkinan akan tercengang dengan kisah ini meskipun kisah-kisah semacam ini tidak hanya ada pada Bani Abbasiyah.
Di atas sebuah mimbar, al-Saffah pernah berikrar: “Allah telah mengembalikan hak kami (untuk memimpin), dan Ia akan menutup kepemimpinan ini dengan kami sebagaimana ia bermula. Waspadalah, karena saya adalah penjagal yang siap menghalalkan darah siapa saja (al-saffah al-mubih) dan pembalas dendam yang siap membinasakan siapa pun juga (al-tsair al-mubir)!”
Kepemimpinannya bermula dari keputusan-keputusan penting yang tidak ada taranya dalam sejarah Islam. Salah satunya, dektrit pertama Al-Saffah yaitu titahnya untuk mencari kuburan dan memburu apa yang tersisa dari jenazah para pemimpin Bani Umayyah, melecut, menyalib, membakar, dan menabur abunya ke udara.
Ibnu Atsir dalam al-Kamil fit Tarikh mengungkapkan:
“Kuburan Muawiyah bin Abi Sufyan dibongkar, tetapi usaha mereka sia-sia karena tidak ditemukan apa-apa. Lalu kuburan Yazid bin Muawiyah bin Abi Sufyan dibongkar juga. Mereka menemukan sepotong tulang yang sudah berubah menjadi mirip arang. Lalu dibongkarlah kuburan Abdul Malik bin Marwan dan mereka hanya menemukan tengkoraknya. Dari satu kuburan ke kuburan lain, mereka tidak menemukan banyak hal kecuali potongan-potongan tubuh. Terkecuali jenazah Hisyam bin Abdul Malik; mayatnya ditemukan hampir utuh, kecuali ujung hidungnya yang somplak. Mayat itu lalu didera, disalib, dibakar, lalu hilang ditelan angin. Al-Saffah juga melakukan pengejaran terhadap seluruh sanak keluarga dan pendukung Bani Umayyah. Ia menghabisi mereka semua, kecuali anak-anak yang masih menyusu dan mereka yang telah melarikan diri ke Andalusia.”Sejarawan Islam lainnya, seperti Al Mas'udi didalam kitabnya Al Muruuj al-Dzahab juga menceritakan dengan sangat rinci sebuah kebiadaban yang akan membuat kita tercengang.
"Haitsam bin Uday at-Tha'i meriwayatkan kisah dari Amru bin Hani', ia berkata : Kami pergi mencari kuburan pemuka Umayyah pada masa Abu Abbas al-Saffah. Hanya mayat Hisyam yang kami temukan masih utuh, kecuali bagian hidungnya. Abdullah bin Ali mengeluarkannya, melecutnya 80 kali, lalu membakarnya. Jenazah Sulaiman kami keluarkan dari perkuburan Dabiq. Yang tersisa memang hanya tulang belakang, tulang rusuk, dan tengkoraknya. Tapi kami membakarnya. Kami masih melakukan hal serupa terhadap setiap keluarga Umayyah, terutama di komplek pekuburan Qinasrin. Petualangan kami berakhir di Damaskus. Di sana kami menemukan kuburan al-Walid bin Abdul Malik. Tapi kami tak menemukan apa-apa secuil pun. Kami juga menggali kuburan Abdul Malik, tapi tidak menemukan hal lain, kecuali sebagian tengkorak kepalanya. Lalu kami lanjutkan dengan penggalian kuburan Yazid bin Muawiyah, tapi kami hanya menemukan sepotong tulang. Dan di sepanjang liang lahatnya kami menemukan garis hitam seperti ditorehkan arang. Kami masih memburu jenazah-jenazah keluarga Umayyah di seantero negeri dan membakar apa yang terjumpa dari jenazah mereka.”
Setelah membaca cuplikan diatas, maka mulai memahami bahwa al-Saffah bukan karena kehebatannya menjagal musuh-musuh Islam tapi karena kehebatannya menjagal kaum Muslimin itu sendiri.
Kelompok yang menginginkan berdirinya Khilafah dimasa sekarang tidak hanya satu, masing-masing memiliki massa dan cara-cara sendiri. Kelompok satu belum tentu menerima khilafah yang satunya dan begitu seterusnya.
Potensi pertentangan dahsyat sudah ada. Belum lagi prilaku-prilaku mereka yang radikal bahkan sebagian tidak mengenal akhlak. Sejarah akan terulang kembali sebab mereka pun bukan orang-orang shaleh seperti 4 Khalifah generasi awal dan bukan pula seperti Umar bin Abdul 'Aziz.
Penulis : Ibnu Manshur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar