Sabtu, 15 Maret 2014

Khalifah Homoseksual yang Terkenal Pemabuk


Muslimedianews.com ~ Dalam sejarah Islam, Khilafah Bani Umayyah setidaknya mengalami dua periode kekuasaan. Periode pertama (Khilafah Umayyah I) dimulai sejak memperoleh kekuasaan pasca berakhirnya periode Khulafaur Rosyidin (30 tahun) sampai masa Khalifah Marwan bin Muhammad yang memerintah di Damaskus.

Khalifah Marwan bin Muhammad adalah khalifah terakhir Umayyah I yang memerintah sejak tahun 127 – 132 H atau 744 - 750 M dalam kondisi penuh gejolak menghadapi berbagai pemberontakan. Saat pertama kali memerintah, ia membongkar kuburan Yazid dan menyalibnya karena Yazid telah membunuh al-Walid.  Ia sendiri berhasil ditumpas oleh salah seorang panglima perang dari Bani Abbasiyah di wilayah Mesir saat hendak melarikan diri. Kepalanya kemudian dipersembahkan kepada Abul Abbas As-Saffah, Khalifah pertama Bani Abbasiyah yang memerintah sejak 132 – 136 H atau 750 – 754 M.

Salah seorang bani Umayyah yang berhasil lolos dan sampai di Spanyol (Andalusia) adalah Abdurrahman I atau yang dikenal dengan Abdurrahman al-Dakhil. Ia mendirikan pemerintahan Bani Umayyah. Inilah awal mula dinasti Umayyah periode kedua (Umayyah II) dimulai sejak tahun 756 M. Umayyah II pun pernah dimusnahkan oleh Dinasti Hammudid, sebuah dinasti Zaidi di selatan Spanyol modern, namun bangkit kembali.
Itulah sejarah singkat Khilafah Bani Umayyah, sebuah periode pemerintahan monarchiheridatis (kerajaan turun temurun). Wilayah kekuasaan Bani Umayyah sangat luas meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbekistan, dan Kirgis di Asia Tengah.

Dalam jajaran Khalifah bani Umayyah, Umar bin Abdul ‘Aziz bin Marwan (99-101 H) adalah khalifah yang paling bijaksana, bahkan ia termasuk salah satu imam mujtahid dan dimasukkan kedalam salah seorang Khulafaur Rasyidin. Imam Sufyan al-Tsauri rahimahullah pernah mengatakan bahwa Khulafaur Rasyidin itu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Umar bin Abdul ‘Aziz.

Ada yang shaleh, ada pula yang tidak shaleh. Misalnya, Khalifah al-Walid bin Yazid atau al-Walid II yang memerintah dalam periode yang sangat singkat (125 – 126 H atau 743 - 744 M). Penyebutan al-Walid II untuk membedakan dengan Khalifah sebelumnya yang bernama al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan (86-89 H / 750-715 M) atau al-Walid I.

Khalifah al-Walid bin Yazid sebenarnya mewarisi tahta dari ayahnya Khalifah Yazid bin Abdul Malik bin Marwan bin al-Hakim (101-105 H). Namun, karena usianya pada saat itu masih belum cukup untuk menjadi Khalifah, maka tampuk kekuasaan dipegang oleh pamannya Khalifah Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H) atau saudara dari Khalifah Yazid bin Abdul Malik.

Meskipun al-Walid bin Yazid adalah keponakan dari Khalifah Hisyam, namun diantara keduanya selalu terjadi pertentangan, apalagi prilaku Walid bin Yazid yang sangat buruk (khalifah yang fasiq). Meskipun demikian, Khalifah Hisyam tetap memenuhi janjinya kepada adiknya (Khalifah Yazid) untuk menjadikan al-Walid bin Yazid sebagai khalifah.

Salah satu kebijakan Khalifah Walid bin Yazid adalah melipat gandakan bantuan kepada orang-orang buta dan lumpuh yang tidak memiliki sanak keluarga.

Tapi, kegilaan Khalifah Walid bin Yazid melebihi kegilaan ayahnya. Ia melakukan suatu kehinaan yang tidak pernah dilakukan oleh khalifah-khalifah Islam sebelumnya. Ia dikenal sebagai khalifah fasiq yang suka mabuk-mabukan (minum-minuman keras), bahkan pernah ingin menunaikan ibadah haji untuk mabuk-mabukan diatas ka’bah.

Ia seorang yang homoseksual, menikahi istri ayahnya sendiri dan memiliki hobi membidik al-Qur'an dengan panahnya. Selain itu, ia juga seorang penyair dengan bakat alamiah, lentur dalam ungkapan, pandai memilih kata-kata (diksi) tapi terlalu vulgar.

Apa yang dilakukan seorang Khalifah tersebut sudah pasti akan membuat pembaca sejarah Islam terheran-heran, sebagian mungkin belum percaya terhadap apa yang dibaca. Tapi itulah kenyataan, sebuah fakta sejarah yang tidak bisa ditutupi.

Dalam Tarikh Khulafa’ karya al-Suyuthi, diceritakan saat sebuah pasukan mengepung al-Walid bin Yazid, mereka mengatakan :
 “Kami tidak mengepungmu untuk diri kami sendiri, tapi kami mengepungmu karena engkau telah melanggar apa-apa yang diharamkan Allah, meminum khamar, menikahi istri-istri dari ayahmu dan meremehkan perintah-perintah Allah” 
Khalifah al-Walid bin Yazid bahkan disebut-sebut telah kafir. Al-Mu'afi al-Jariri berkata : “Aku telah menghimpun kabar-kabar mengenai al-Walid dan syairnya yang dikarang dengan sikapnya yang arogan dan bodoh serta ia jelas-jelas ilhad (athies) pada al-Qur'an dan kufur pada Allah"

Imam al-Dzahabi sedikit melakukan pembelaan terhadap al-Walid bin Yazid bahwa ia tidak kafir zindiq, tapi membenarkan bahwa ia terkenal dengan minum-minuman keras dan homoseksualitasnya.
و قال الذهبي لم يصح عن الوليد كفر و لا زندقة بل اشتهر بالخمر و التلوط فخرجوا عليه لذلك
“al-Dzahabi berkata : tidak sah yang menyatakan bahwa al-Walid itu kafir dan zindiq, memang ia populer dengan minum keras (khamar) dan homoseksualitasnya, karena itulah mereka memberontak terhadapnya”.
Diantara yang membela al-Walid bin Yazid dan menyatakan ketidaksetujuan menyebut al-Walid sebagai zindiq adalah al-Mahdi. Suatu ketika ada yang mengatakan bahwa al-Walid bin Yazid adalah zindiq. Al-Mahdi pun menyangkal :
مه خلافة الله عنده أجل من أن يجعلها في زنديق
“Ah omong kosong ! Khilafah Allah di tangan al-Walid akan lebih jaya daripada di tangan seorang zindiq”
Tidak hanya itu, Khalifah al-Walid bin Yazid bahkan disebut sebagai orang yang lebih kejam dari Fir’aun. Ibnu Fadllullah didalam al-Masalik berkata : “al-Walid bin Yazid adalah penguasa yang kejam dan bengis, dia selalu menghancurkan orang yang memusuhinya, ia menempuh jalan yang menyimpang dari hidayah, dia Fir'aun pada zamannya, dia penuhi zaman dengan kehinaan, dia berjalan dihadapan kaummnya pada hari qiyamat lalu memasukkan mereka kedalam neraka, seburuk-buruknya tempat yang didatangi, tempat paling hina, dia merobek-robek-robek mushhaf al-Qur'an dengan anak panahnya. Dia fasik dan sama sekali tidak takut dosa".

Itulah sebagian kecil cuplikan fakta sejarah yang perlu dijadikan pelajaran besar bagi kita semua, umat Islam.  Sejarah para khalifah ada yang gemilang dan ada pula yang tidak, maka tidak perlu takut membaca sejarah suram para khalifah.

Khalifah pun juga manusia biasa yang diantara mereka ada yang shaleh dan ada yang fasiq, ada yang berkarakter sebagai negarawan saja tapi tidak agamawan, ada yang agamawan tapi tidak berkarakter negarawan. Sosok Umar bin Khathab adalah sosok yang nampak jelas terhimpun padanya rajul al-din al-daulah ma’an (agamawan sekaligus negarawan).

Tapi apakah penyeru khilafah saat ini itu berkarakter seperti sosok Umar bin Khaththab ? atau seperti Abu Bakar al-Shiddiq, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Abdul Aziz (bani Umayyah atau al-Muhtadi (bani Abbasiyah) atau Muhammad Al Fatih (Utsmaniyyah) ?.

Mereka bukan seperti mereka… !!

Penulis : Ibnu Manshur

Kunjungi www.facebook.com/muslimedianews Sumber MMN: http://www.muslimedianews.com/2014/03/khalifah-homoseksual-yang-terkenal.html#ixzz2w36kyCtB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar