Ini adalah hadits-hadits yang meski
sahih, namun sering dipakai oleh kelompok sesat/sempalan untuk mengklaim
bahwa merekalah 1 kelompok yang benar itu:
Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan ra tentang perpecahan ummat, Nabi SAW bersabda :
وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ
سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي
النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ فِي رِوَايَةٍ :
مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِي
“Sesunggunya agama (ummat) ini akan
terpecah menjadi 73 (kelompok), 72 di (ancam masuk ke) dalam Neraka dan
satu yang didalam Surga, dia adalah Al-Jama’ah”.
(HR. Ahmad dan Abu Daud dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik ra dan juga mirip dengannya dari hadits Auf bin Malik ra)
Hadits ‘Auf bin Malik Ra(HR. Ahmad dan Abu Daud dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik ra dan juga mirip dengannya dari hadits Auf bin Malik ra)
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِيْ الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِيْ النَّارِ، قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ: الْجَمَاعَةُ.
Dari ‘Auf bin Malik, ia berkata:
“Rasulullah SAW bersabda, ‘Yahudi terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu)
golongan, satu (golongan) masuk Surga dan yang 70 (tujuh puluh) di
Neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang
71 (tujuh puluh satu) golongan di Neraka dan yang satu di Surga. Dan
demi Yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, ummatku benar-benar akan
terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, yang satu di Surga, dan
yang 72 (tujuh puluh dua) golongan di Neraka,’ Ditanyakan kepada
beliau, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang masuk Surga itu) wahai
Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Al-Jama’ah.’
Dengan hadits-hadits di atas, banyak
kelompok sempalan seperti Islam Jama’ah dsb mengklaim bahwa ummat Islam
lainnya sesat. Hanya kelompok mereka sajalah yang selamat, yaitu
Jama’ah. Tak heran banyak yang memakai nama “JAMA’AH” sepert Islam
Jama’ah, dsb.
Padahal makna “JAMA’AH” di atas adalah
kelompok terbesar (mainstream) dari ummat Islam. 70% lebih dari ummat
Islam. Bukan “FIRQOH” atau sempalan yang umumnya kurang dari 10% dari
jumlah seluruh Muslim.
Dalilnya adalah:
Dua orang lebih baik dari
seorang dan tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat orang lebih
baik dari tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah
Azza wajalla tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk
(hidayah) (HR. Abu Dawud)
Sesungguhnya umatku tidak akan
bersatu dalam kesesatan. Karena itu jika terjadi perselisihan maka
ikutilah suara terbanyak. (HR. Anas bin Malik)
Kaum muslimin kompak bersatu menghadapi yang lain. (HR. Asysyihaab)
Kekuatan Allah beserta jama’ah (seluruh umat). Barangsiapa membelot maka dia membelot ke neraka. (HR. Tirmidzi)
Jangan bersilang sengketa. Sesungguhnya
orang-orang sebelum kamu bersilang sengketa (cekcok, bermusuh-musuhan)
lalu mereka binasa. (HR. Ahmad)
Secara logika juga jika cuma sedikit
yang lurus, misalnya 1/10 dari setiap generasi, maka dalam waktu 8
generasi (kurang dari 200 tahun) ajaran Islam akan punah. Ilustrasinya
di bawah di mana tahun wafatnya Nabi (632 M) digambarkan sebagai
generasi 1. Generasi berikutnya berselang 25 tahun kemudian:
Generasi | Tahun | Jumlah |
1 | 632 | 1,000,000 |
2 | 657 | 100,000 |
3 | 682 | 10,000 |
4 | 707 | 1,000 |
5 | 732 | 100 |
6 | 757 | 10 |
7 | 782 | 1 |
8 | 807 | 0 |
Dari jumlah 1 juta Muslim di zaman Nabi,
jika tiap generasi hanya ada 1/10 yang lurus, maka di generasi 8 tahun
807 masehi sudah tidak ada lagi ummat Islam yang lurus.
Lalu bagaimana dengan ayat Al Qur’an yang menyatakan “KEBANYAKAN MANUSIA SESAT”?
“Dan jika kamu menuruti
kebanyakan ORANG-ORANG yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap
Allah)” [Al An'aam 116]
“Kamu tidak menyembah yang
selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek
moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun
tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan MANUSIA tidak mengetahui” (QS. Yusuf: 40)
“Alif laam miim raa. Ini adalah
ayat-ayat Al Kitab (Al Qur’an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu
daripada Tuhanmu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan MANUSIA tidak
beriman (kepadanya).” (QS. Ar Ra’du: 1)
“Dan kebanyakan MANUSIA tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya” (QS. Yusuf: 103
Arti dari ayat di atas adalah: “KEBANYAKAN ORANG” atau “KEBANYAKAN MANUSIA”. Bukan KEBANYAKAN MUSLIM!
Ayat tsb benar. Saat ini ada 7 milyar
manusia. Sementara jumlah ummat Islam hanya 1,3 milyar saja. Jadi benar
kalau kebanyakan manusia (5,7 milyar) itu sesat.
Sebaliknya di dalam Islam sendiri,
sebagaimana hadits-hadits di atas mayoritas justru lurus. Jika tidak,
Islam akan punah dengan cepat. Ummat Islam adalah ummat yang terbaik.
Mustahil disebut terbaik jika mayoritasnya sesat:
“Kamu (Ummat Islam) adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”
[Ali 'Imran 110]
Tambahan dalil Jama’ah, bukan Firqoh yg selamat:
“Untuk golongan kanan, yaitu
segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. dan segolongan besar
pula dari orang-orang yang kemudian.” [Al Waaqi'ah 38-40]
Sesatnya banyak firqoh seperti
Ahmadiyyah, Islam Jama’ah, Lia Eden, Khawarij, dsb karena mereka
menyelisihi mayoritas ummat Islam.
Lalu dengan Hadits Ummat Islam terpecah
jadi 73 golongan dan hanya 1 yang selamat, yaitu “JAMA’AH”, siapa
kelompok yang selamat itu?
Yang selamat adalah “Jama’ah” atau
kelompok terbesar (mainstream) dari ummat Islam. Kalau di Indonesia kita
akan bilang itu adalah NU dan Muhammadiyyah. Mereka tidak mengkafirkan
satu sama lain. Kalau ada firqoh/sempalan yang bilang salah satu dari
kelompok tsb sesat, merekalah yang sesat.
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman ra
berkata: Manusia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kebaikan,
sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir
jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya; Wahai Rasulullah, sebelumnya
kita berada di zaman Jahiliah dan keburukan, kemudian Alloh
mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelatih ini ada keburukan? Beliau
bersabda: ‘Ada’. Aku bertanya: Apakah setelah keburukan itu akan datang
kebaikan? Beliau bersabda: “Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun”.
Aku bertanya: Apakah dakhanun itu? Beliau menjawab: “Suatu kaum yang
mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain
petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah”. Aku bertanya:
Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? Beliau bersabda: “Ya”, dai –
dai yang mengajak ke pintu Jahanam. Barang siapa yang mengijabahinya,
maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku bertanya: Wahai Rasulullah,
berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau bersabda: “Mereka mempunyai
kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita”. Aku bertanya: Apa
yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya? Beliau bersabda:
“Berpegang teguhlah pada Jama’ah Muslimin dan imamnya”. Aku bertanya:
“Bagaimana jika tidak ada jama’ah maupun imamnya?” Beliau bersabda:
“Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon
hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu”.
(Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam
Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud
no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan
hal. 391-399)
Hadits di atas memerintahkan kita untuk
tetap bergabung dalam Jama’ah. Kalau tidak ada jama’ah, yang ada hanya
firqoh2 atau kelompok kecil (kurang dari 10%) yang saling menganggap
sesat/kafir kelompok Islam lainnya, hindari semua firqoh tersebut agar
kita terhindar fitnah. Meski itu berarti kita harus mengasingkan diri ke
hutan sehingga kelaparan dan menggigit pohon karenanya.
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari XII/37
menukil perkataan Imam Thabari yang menyatakan: “Berkata kaum (yakni
para ulama), bahwa Jamaah adalah Sawadul A’dzam (Sebagian
Besar/Mayoritas Muslim). Kemudian diceritakan dari Ibnu Sirin dari Abi
Mas’ud, bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya
ketika ‘Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jamaah, karena Alloh
tidak akan mengumpulkan umat Muhammad SAW dalam kesesatan. Dan dalam
hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia
berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah mengikuti salah
satu firqah. Hindarilah semua firqah itu jika kalian mampu untuk
menghindari terjatuh ke dalam keburukan”.
Secara bahasa, makna Al Jama’ah adalah:الجماعة هي الاجتماع ، وضدها الفرقة ، وإن كان لفظ الجماعة قد صار اسما لنفس القوم المجتمعين
“Al Jama’ah artinya perkumpulan, lawan dari kekelompokan. Walau terkadang Al Jama’ah juga artinya sebuah kaum dimana orang-orang berkumpul” (Majmu’ Fatawa Ibni Taimiyah, 3/157)Dari artikel ‘Makna Al Jama’ah dan As Sawadul A’zham — Muslim.Or.Id’
Hadits-Hadits Tentang As Sawadul A’zham
Untuk memahami makna as sawaadul a’zham, mari kita simak beberapa hadits yang memuatnya:
إن أمتي لن تجتمع على ضلالة، فإذا رأيتم اختلافا فعليكم بالسواد الأعظم فإنه من شذ شذ إلى النار
“Sesungguhnya ummatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Maka jika kalian melihat perselisihan, berpeganglah pada as sawaadul a’zham. Barangsiapa yang menyelisihinya akan terasing di neraka”Dalam riwayat lain:
إن أمتي لا تجتمع على ضلالة فإذا رأيتم الاختلاف فعليكم بالسواد الأعظم يعني الحق وأهله
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Maka jika kalian melihat perselisihan, berpeganglah pada as sawaadul a’zham yaitu al haq dan ahlul haq” (HR. Ibnu Majah 3950, hadits hasan dengan banyaknya jalan kecuali tambahan من شذ شذ إلى النار sebagaimana dikatakan oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 1331)Lalu bagaimana dengan hadits ini?
Ibnu Mas’ud berkata,
الجماعة ما وافق الحق وإن كنت وحدك
“Yang disebut jama’ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.” (Dikeluarkan oleh Al Lalikai dalam Syarh I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah 160 dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq 2/ 322/ 13).
Dari artikel ‘Walau Engkau Seorang Diri dalam Kebenaran — Muslim.Or.Id‘
Di hadits tsb JAMA’AH adalah mengikuti
kebenaran walau ia seorang diri. Jika dgn sepotong hadits tsb kita
mengklaim seorang diri itu yang benar, tentu bertentangan dengan hadits
Nabi Muhammad yang berkata ummatku tidak akan sepakat dalam kesesatan
bukan? Ini gambarannya:
Dalam ilmu Nahu ada Mufrad (Tunggal),
Mutsanna (Dual), dan Jama’ (Banyak). Jama’ beda dengan Mufrad. Menurut
paham Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) pengertian hadits di atas adalah
meski seseorang itu tinggal sendirian di daerah yang mayoritasnya
adalah Firqoh / Kelompok yang sesat, namun dia tetap berpegang kepada
kebenaran yang dipegang oleh Jama’ah Islam di tempat lain. Itu maksud
hadits di atas. Sebab “Kebenaran” itu relatif. Semua orang, baik itu
sendiri, firqoh, atau Jama’ah semua mengklaim paling benar. Menurut
Hadits Nabi, yang benar ya Jama’ah Islam.
Tapi yang benar itu kan yang mengikuti
Al Qur’an dan Hadits! Semua kelompok mengaku berpegang kepada Al Qur’an
dan Hadits. Tapi ternyata pemahamannya berbeda-beda. Para Imam Mazhab
saja berbeda-beda meski saling menghormati. Nah firqoh2 ini seperti
Salafi Wahabi, Salafi Jihadi, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, dsb
selain pemahaman Al Qur’an dan Haditsnya beda, bahkan saling menyesatkan
satu sama lain. Begitu pula Ahmadiyyah yang memakai Al Qur’an dan
Hadits, tapi pemahamannya beda. Jadi mana yang benar? Itulah gunanya
mengikuti para Ulama dari JAMA’AH ISLAM seperti NU dan Muhammadiyyah
yang meski berbeda, namun tidak mengkafirkan satu sama lain.
Hindari ulama/da’i/ustad buruk yang
justru menebar fitnah dengan memvonis sesama Muslim sebagai sesat/kafir
tanpa persetujuan Jumhur Ulama:
Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim)
Jika ada “Ulama” yang bergaul erat
dengan penguasa, misalnya Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab yang jadi
menantu Raja Ibnu Su’ud (Pendiri Kerajaan Arab Saudi) dan ternyata
banyak fitnah yang ditimbulkan misalnya mencaci sesama Muslim sebagai
Ahlul Bid’ah, lebih Musyrik daripada kaum penyembah berhala di Mekkah
dsb, niscaya dia tak lebih dari pencuri:
Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami)
Apa salahnya bergaul dengan penguasa? Bukankah bagus sehingga ulama bisa menasehati penguasa ke jalan yang benar?
Jika seperti itu insya Allah baik. Tapi
jika ulama tersebut justru mendukung Raja yang Ashobiyyah/Fanatik
terhadap kelompoknya dan bersekutu dengan orang-orang kafir seperti
Inggris guna memerangi/membunuh sesama Muslim seperti ummat Islam di
Thaif, Mekkah, Madinah, Kekhalifahan Turki Usmani, Mesir, dsb sehingga
banyak Muslim yang tewas, niscaya itu tidak benar:
Ka’ab bin ‘Iyadh Ra bertanya,
“Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong
fanatisme?” Nabi Saw menjawab, “Tidak, fanatisme (Ashabiyah) ialah bila
seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman.” (HR. Ahmad)
Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah (HR Abu Dawud).
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2011/03/13/ummat-islam-itu-satu-dan-jangan-berpecah-belah/
Dari hadits di atas, kalau menyeru pada
Ashobiyyah/fanatisme golongan, apalagi sampai melakukan kezaliman
terhadap Muslim lainnya, itu sudah tidak benar. Nama “Arab Saudi” itu
bukanlah nama Islam. Tapi itu menggambarkan negara Arab milik keluarga
Saudi (Su’ud).
Sekedar Ashobiyyah saja tidak masalah.
Tapi kalau sudah menzalimi/memerangi/membunuh ummat Islam di Thaif,
Mekkah, Madinah, Turki, Mesir, kemudian belakangan bersama AS memerangi
ummat Islam di Iraq, itu sudah tidak benar.
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik)
bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami
takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan
kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.
Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka
rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2011/11/30/haram-berteman-dengan-kafir-harbi-dan-membunuh-sesama-muslim/
Tafsiran saat ini, jika bersekutu dengan
AS dan Israel (Yahudi dan Nasrani) maka mereka itulah orang-orang yang
munafik mengingat kedua negara tersebut memusuhi ummat Islam. Israel
(Yahudi) jelas menduduki Palestina dan Masjidil Aqsha serta membantai
ummat Islam di sana berulangkali. AS (Nasrani) yang sebetulnya dikuasai
Zionis Yahudi menyerang dan membantai ummat Islam di Afghanistan dan
Iraq. AS juga melakukan makar untuk menguasai kekayaan alam (migas,
emas, dsb) negara2 Islam seperti Indonesia.
AS via CIA melakukan pemboman Cikini
untuk membunuh presiden Indonesia Soekarno dan diduga menggerakkan demo
tahun 1966 dan 1998 yang membuat rezim baru semakin bersahabat dengan
AS. Pasca 1966, perusahaan tambang AS Caltex, Freeport, dsb memperoleh
konsesi menguras migas, emas, perak, tembaga, dsb yang merugikan
Indonesia ribuan trilyun rupiah per tahun. Pasca 1998, perusahaan2 AS
yang sebelumnya maksimal menguasai 50% saham, bisa menguasai 100% saham
di Indonesia.
Lalu bagaimana dengan negara-negara
Islam seperti Palestina (Hamas), Iran, Suriah, Libya, dsb yang bersekutu
dengan Rusia dan Cina yang sama-sama menindas ummat Islam? Itu
sebetulnya buruk. Tapi sebagaimana surat Al Maa-idah 52 kuncinya adalah
YAHUDI DAN NASRANI. AS dan Israel. Kalau Rusia justru lebih dekat kepada
Palestina. Bukan Israel. Dan Rusia dan Cina saat ini jika pun ada
konflik, itu karena ada kelompok Islam yang bughot/berontak di negara
mereka. Ini beda dengan AS dan Israel yang benar2 menyerang negara lain.
“Sesungguhnya kamu dapati
orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang
beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan
sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan
orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya
kami ini orang Nasrani.” Yang demikian itu disebabkan karena di antara
mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan
diri. ” (Qur’an 5:82)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/09/18/yahudi-dan-nasrani-adalah-musuh-islam-yang-utama/
Nasrani selain ada yang harbi
sebagaimana Romawi, ada juga yang bersahabat seperti Negus dari Habsyi.
Sebaliknya Yahudi itu mutlak sebagai Musuh ummat Islam. Orang-orang
Musyrik di atas pun mengingatkan saya pada India (sekutu Israel) yang
mayoritasnya Hindu (Musyrik) yang selain menindas orang2 Kashmir juga
sering berperang dengan Pakistan.
Kembali kepada Jama’ah yang lurus. Jama’ah yang lurus tidak gemar berbantah-bantahan:
“Dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu
menjadi gentar dan hilang kekuatanmu…” [Al Anfaal 46]
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al
Quran) kepada kamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamaat,
itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain ayat-ayat mutasyaabihaat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka
mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya
untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada
yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
[Ali 'Imran 7]
Al Qur’an saja jika ayatnya tidak jelas
kita dilarang mentakwilkannya agar tidak timbul fitnah. Apalagi hadits!
Jadi kalau ada kelompok yang gemar memperdebatkan hadits-hadits sehingga
beda dengan ummat Islam lainnya dan timbul perpecahan seraya menghina
yang lain sebagai bid’ah, sesat, dsb, niscaya ini adalah kelompok sesat.
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Dari Hudzaifah r.a. katanya:
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk syurga seorang yang
gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Abbas ra bahwasanya Rasulullah
s.a.w. berjalan melalui dua buah kubur, lalu bersabda: “Sesungguhnya
kedua orang yang mati ini disiksa, tetapi tidaklah mereka disiksa karena
kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya besar juga -bila dilakukan
secara terus menerus-. Adapun yang seorang diantara keduanya itu
dahulunya -ketika di dunia- suka berjalan dengan melakukan adu domba,
sedang yang lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama sekali dari
kencingnya -yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan serta
kesucian dari najis-.” Muttafaq ‘alaih. Ini adalah lafaz dari salah
satu riwayat Imam Bukhari. Para ulama berkata bahwa maknanya: “Tidaklah
mereka itu disiksa karena melakukan kesalahan yang besar,” yakni bukan
kesalahan besar menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang
mengatakan bahwa itu merupakan hal besar -berat- baginya untuk
meninggalkannya.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwasanya Nabi
s.a.w. bersabda: “Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar itu?
Yaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia.”
(Riwayat Muslim)
http://media-islam.or.id/2012/04/24/nabi-senang-mendamaikan-bukan-mengadu-domba-dan-menghindari-peperangan/
Ada pun Firqoh yang sesat cenderung
membahas masalah Furu’ dan Khilafiyyah bukan untuk mencari kebenaran.
Karena meski lawan memberi dalil yang lebih kuat, mereka tidak mau tahu
itu. Niat mereka memang untuk menimbulkan fitnah dan perpecahan. Ini
sesuai hadits Nabi di bawah:
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur (Najd tempat lahirnya pendiri Wahabi: Muhammad bin Abdul Wahhab An Najdi): Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur (Najd tempat lahirnya pendiri Wahabi: Muhammad bin Abdul Wahhab An Najdi): Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
[Ar Ruum 30]
Jama’ah yang lurus senantiasa menghindari Fitnah. Sementara Firqoh sesat justru cenderung menimbulkan fitnah:
Fitnah itu sedang tidur (reda) dan laknat Allah terhadap orang yang membangkitkannya. (HR. Ar-Rafii).
Rasulullah Saw melarang penjualan senjata di kala berjangkitnya fitnah. (HR. Ath-Thabrani)
Jangan mendekati fitnah jika
sedang membara dan jangan menghadapinya bila sedang timbul, bersabarlah
bila fitnah datang menimpa. (HR. Ath-Thabrani)
Jika kamu berbicara
(menyampaikan ucapan) tentang sesuatu perkara kepada suatu kaum padahal
perkara itu tidak terjangkau (tidak dipahami) oleh akal pikiran mereka,
niscaya akan membawa fitnah di kalangan mereka. (HR. Muslim)
Dari Abu Said al-Khudri r.a.
pula, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hampir saja bahwasanya
sebaik-baik harta seorang Muslim itu ialah kambing yang diikutinya
sampai ke puncak gunung serta tempat-tempat hujan -yaitu tempat-tempat
yang banyak rumputnya-. Orang itu lari ke sana dengan membawa agamanya
karena takut adanya beberapa macam fitnah.” (Riwayat Bukhari)
Firqoh yang sesat/Khawarij mudah
mengkafirkan sesama Muslim meski Muslim tsb sudah mengucapkan 2 kalimat
Syahadah dan Sholat. Padahal itu tanda tidak beriman:
Tiga perkara berasal dari iman:
(1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah”
karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam
karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung
semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini
memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau
keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu
Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang
shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka
melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah
bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Dari Ibnu Umar ra, katanya: “Rasulullah
s.a.w. bersabda: “Apabila ada seseorang berkata kepada saudaranya
-sesama Muslimnya-: “Hai orang kafir,” maka salah seorang dari keduanya
-yakni yang berkata atau dikatakan- kembali dengan membawa kekafiran
itu. Jikalau yang dikatakan itu benar-benar sebagaimana yang orang itu
mengucapkan, maka dalam orang itulah adanya kekafiran, tetapi jikalau
tidak, maka kekafiran itu kembali kepada orang yang mengucapkannya
sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Zar r.a. bahwasanya ia
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang memanggil orang
lain dengan sebutan kekafiran atau berkata bahwa orang itu musuh Allah,
padahal yang dikatakan sedemikian itu sebenarnya tidak, melainkan
kekafiran itu kembalilah pada dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Jama’ah yang lurus itu bersaudara. Mereka lemah-lembut terhadap sesama dan keras terhadap orang-orang kafir:
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mu’min itu adalah bersaudara.” (al-Hujurat: 10)
Allah Ta’ala juga berfirman:
“-Kaum mu’minin itu- yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang
mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” (al-Maidah: 54)
Allah Ta’ala berfirman lagi:
“Muhammad adalah Rasulullah -utusan Allah- dan orang-orang yang
besertanya adalah orang-orang yang bersikap keras terhadap kaum kafirin
serta saling sayang menyayangi antara sesama mereka -kaum Muslimin-.”
(al-Fath: 39)
Jadi aneh jika ada “Ulama” Wahabi yang
mengharamkan demo yang menentang AS dan Israel atau pun bughot
(berontak) meski terhadap Fir’aun yang zalim sekalipun sehingga tidak
ada Jihad melawan Israel, sementara pada saat yang sama melontarkan
“Fatwa” untuk “Jihad” melawan pemerintah kafir di Suriah sembari
menggelontorkan dana dan senjata. Suriah lebih buruk dari Israel?
Dari Anas r.a., bahwasanya Nabi s.a.w.
bersabda: “Janganlah engkau semua saling benci membenci, saling dengki
mendengki, saling belakang membelakangi dan saling putus memutuskan
-ikatan persahabatan atau kekeluargaan- dan jadilah engkau semua wahai
hamba-hamba Allah sebagai saudara-saudara. Tidaklah halal bagi seorang
Muslim kalau ia meninggalkan -yakni tidak menyapa- saudaranya lebih dari
tiga hari.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Pintu-pintu syurga itu dibuka pada Senin
dan Kamis, lalu diampunkanlah bagi setiap hamba yang tidak menyekutukan
sesuatu dengan Allah, melainkan seseorang yang antara dirinya dengan
saudaranya itu ada rasa kebencian -dalam hati-, lalu dikatakanlah -yakni
Allah berfirman kepada malaikatnya-: “Nantikanlah dulu kedua orang ini,
sehingga keduanya berdamai kembali. Nantikanlah kedua orang ini,
sehingga keduanya berdamai kembali.” (Riwayat Muslim)
Muslim yang benar tidak gemar mencela atau menghambur fitnah:
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” [Al Humazah 1]“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah” [Al Qalam 10-11]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/
Muslim yang benar tidak akan membunuh
seorang Muslim yang sudah mengucapkan La ilaaha illallahu dengan dugaan
bahwa orang itu kafir dan pura-pura:
Diriwayatkan dari Usamah bin
Zaid r.a.: Rasulullah SAW. pernah mengirimkan kami dalam suatu pasukan
(sariyyah); lalu pada pagi hari kami sampai ke Huruqat di suku Juhainah,
di sana saya menjumpai seorang laki-laki, dia berkata, “La ilaha
illallah – tiada tuhan selain Allah,” tetapi saya tetap menikamnya
(dengan tombak), lalu saya merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati
saya. Setelah sampai di Madinah, saya memberitahukan hal tersebut
kepada Nabi SAW., lalu beliau bersabda, “Dia mengatakan, ‘La ilaha
illallah’, kemudian kamu membunuhnya?” Saya berkata, “Wahai Rasulullah,
sungguh dia mengatakannya hanya kerana takut pada senjata.” Beliau
bersabda, “Tidakkah kamu belah dadanya, lalu kamu keluarkan hatinya
supaya kamu mengetahui, apakah hatinya itu mengucapkan kalimat itu atau
tidak?” Demikianlah, beliau berulang-ulang mengucapkan hal itu kepada
saya sehingga saya menginginkan seandainya saya masuk Islam pada hari
itu saja. Sa’ad berkata, “Demi Allah, saya tidak membunuh seorang Muslim
sehingga dibunuhnya oleh Dzul Buthain, maksudnya Usamah.” Lalu ada
orang laki-laki berkata, “Bukankah Allah SWT. telah berfirman, Dan
perangilah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu
semata-mata untuk Allah (QS Al-Anfal (8): 39).” Lalu Sa’ad menjawabnya,
“Kami sudah memerangi mereka supaya jangan ada fitnah, sedangkan kamu
bersama kawan-kawanmu menginginkan berperang supaya ada fitnah.” (1: 67 –
68 – Sahih Muslim)
Muslim yang benar akan mengikuti Nabi
dan sahabat-sahabat Nabi. Ini bisa kita lakukan dengan mengikuti ulama
Salaf Asli yang menulis Kitab-kitab yang kita temui hingga sekarang
seperti para Imam Mazhab. Bukan manusia akhir zaman yang anti mazhab:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِيْ مَا أَتَى عَلَى بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِيْ أُمَّتِيْ مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh akan
terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi pada ummat bani Israil
sedikit demi sedikit, sehingga jika ada di antara mereka (Bani Israil)
yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada
pada ummatku yang mengerjakan itu. Dan sesungguhnya bani Israil berpecah
menjadi tujuh puluh dua millah, semuanya di Neraka kecuali satu millah
saja dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, yang
semuanya di Neraka kecuali satu millah.’ (para Shahabat) bertanya,
‘Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, ‘Apa yang aku dan para Shahabatku berada di atasnya.’”
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2641, dan ia berkata: “Ini merupakan hadits penjelas yang gharib, kami tidak mengetahuinya seperti ini, kecuali dari jalan ini.”)
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2641, dan ia berkata: “Ini merupakan hadits penjelas yang gharib, kami tidak mengetahuinya seperti ini, kecuali dari jalan ini.”)
عن العرباض بن سارية قال: صلى بنا رسول الله ذات يوم ثم أقبل علينا فوعظنا موعظة بليغة ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب، فقال قائل: يا رسول الله كأن هذه موعظة مودع، فماذا تعهد إلينا؟ فقال: أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبدا حبشيا؛ فإنه من يعش منكم بعدي فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء المهديين الراشدين، تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
“Dari sahabat ‘Irbadh bin As Sariyyah rodhiallahu’anhu ia berkata: Pada
suatu hari Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam shalat berjamaah
bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu beliau memberi
kami nasehat dengan nasehat yang sangat mengesan, sehingga air mata
berlinang, dan hati tergetar. Kemudian ada seorang sahabat yang berkata:
Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat seorang yang hendak
berpisah, maka apakah yang akan engkau wasiatkan (pesankan) kepada kami?
Beliau menjawab: Aku berpesan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa
kepada Allah, dan senantiasa setia mendengar dan taat ( pada
pemimpin/penguasa , walaupun ia adalah seorang budak ethiopia, karena
barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan
menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh
dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’ Ar rasyidin yang telah mendapat
petunjuk lagi bijak. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah
dengan geraham kalian. Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang
diada-adakan, karena setiap urusan yang diada-adakan ialah bid’ah, dan
setiap bid’ah ialah sesat“. (Riwayat Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200,
hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 2676, Ibnu Majah 1/15,
hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll)
Dalam hadits Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا كِتَابُ اللهِ وَسُنَّتِيْ
“Saya tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat
di belakang keduanya, (yaitu) kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Malik dan
Al-Hakim)
Dengan mengikuti Imam Mazhab seperti
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’ie, dan Imam Ahmad bin Hanbal
di bidang Fiqih atau Imam Asy’ari di bidang Aqidah, insya Allah kita
sudah mengikuti Jama’ah sebab itulah yang dianut/diikuti oleh Jama’ah
Islam selama 1300 tahun terakhir ini. Jadi kalau 300 tahun terakhir ada
yang bilang itu bid’ah, sesat, dsb, niscaya manusia akhir zaman inilah
yang sesat.
Para Imam Mazhab tersebut yang merupakan
kelompok Tabi’it Tabi’in (1 dari 3 generasi terbaik Islam menurut
Hadits Nabi) adalah penghubung generasi kita kepada generasi sahabat.
Ini penting mengingat para sahabat umumnya tidak menulis Kitab/Buku.
Merekalah yang menulis Kitab/Buku. Jadi bohong kalau mengaku mengikuti
sahabat Nabi tanpa mau mengikuti para Imam Mazhab.
Ciri Khawarij: Tak Mengamalkan Al Qur’an dan Membunuh Muslim
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang
yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka
membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka
keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh,
jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti
terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Satu dari ciri kaum Khawarij menurut
Nabi Muhammad adalah mereka membaca Al Qur’an dan Hadits, namun tidak
diamalkan. Ucapannya tidak melampaui kerongkongan mereka. Hanya di mulut
saja.
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام
“Akan keluar di akhir zaman
suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan
sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali
pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam)
sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lalu bagaimana dengan hadits Ghuroba atau orang Asing?
Insya Allah hingga turunnya Imam Mahdi,
bergabung dengan Jama’ah / Kumpulan terbesar ummat Islam adalah hal yang
tepat. Jika pun tidak ada, hindari semua Firqoh/pecahan yang saling
mengkafirkan dan saling serang satu sama lain. Hindari semua fitnah
dengan mengasingkan diri. Itulah makna dari orang asing.
Bukan justru mendekat ke Sultan/Penguasa dan menimbulkan fitnah!
Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) – Dr. Muhammad Faiz Almath – Gema Insani Press
DDII hingga saat ini amat gigih
menyebarkan dakwah Islam ke pelosok terpencil di Indonesia. Dengan
adanya bantuan Arab Saudi ke DDII, kita berharap paham Wahhabi yang
ekstrim mengkafirkan sesama Muslim tidak masuk ke situ.
Sebab sudah umum beredar kabar bahwa
Masjid/Pesantren/Sekolah yang menerima bantuan Arab Saudi harus memakai
paham Wahhabi. Selain itu juga harus mendukung kebijakan Arab Saudi yang
saat ini bersekutu dgn AS dan Israel. Jadi saat AS dan Israel
bermusuhan dengan satu kelompok, kita harus ikut memusuhi kelompok tsb.
Contohnya saat AS dan Israel memusuhi
Iran, mau tidak mau harus membantu AS dan Israel dengan memfatwakan
Syi’ah yang merupakan aliran Islam yang dianut 95% rakyat Iran sebagai
kafir/di luar Islam. Padahal selama 1400 tahun ini jumhur ulama
membolehkan jema’ah Syi’ah (Iran) berhaji ke Mekkah dan 60 negara2 Islam
juga menerima Iran sebagai 1 negara Islam sebagaimana yang disampaikan
oleh KH Ali Yafie.
Begitu pula saat Libya dan Suriah
berseteru dengan AS dan Israel, lagi2 sekutu Arab Saudi harus melawan
Libya (Khaddafi) dan Suriah. Ini cuma 1 contoh mengingat banyak lembaga
Islam di Indonesia dapat bantuan dana dari Arab Saudi:
Di Detik.com (27 Juni 2011) Presiden SBY Berterimakasih karena Arab
Saudi Bantu DDII mendanai proyek pembangunan pusat pendidikan dan
pelatihan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) di Bekasi:http://news.detik.com/read/2011/06/27/182101/1669868/10/presiden-sby-berterimakasih-arab-saudi-bantu-ddii
Mudah2an lembaga2 Islam di Indonesia yang menerima bantuan Arab Saudi tetap bisa istiqomah di jalan Allah.
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/12/23/beda-jamaah-vs-firqoh-dan-ghuroba/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar