Sabtu, 15 Maret 2014

Beda Jama’ah vs Firqoh dan Ghuroba

Jihad




Ini adalah hadits-hadits yang meski sahih, namun sering dipakai oleh kelompok sesat/sempalan untuk mengklaim bahwa merekalah 1 kelompok yang benar itu:
Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan ra tentang perpecahan ummat, Nabi SAW bersabda :

وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ فِي رِوَايَةٍ : مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِي
“Sesunggunya agama (ummat) ini akan terpecah menjadi 73 (kelompok), 72 di (ancam masuk ke) dalam Neraka dan satu yang didalam Surga, dia adalah Al-Jama’ah”.
(HR. Ahmad dan Abu Daud dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik ra dan juga mirip dengannya dari hadits Auf bin Malik ra)
Hadits ‘Auf bin Malik Ra

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِيْ الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِيْ النَّارِ، قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ: الْجَمَاعَةُ.

Dari ‘Auf bin Malik, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Yahudi terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, satu (golongan) masuk Surga dan yang 70 (tujuh puluh) di Neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang 71 (tujuh puluh satu) golongan di Neraka dan yang satu di Surga. Dan demi Yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, ummatku benar-benar akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, yang satu di Surga, dan yang 72 (tujuh puluh dua) golongan di Neraka,’ Ditanyakan kepada beliau, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang masuk Surga itu) wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Al-Jama’ah.’
Dengan hadits-hadits di atas, banyak kelompok sempalan seperti Islam Jama’ah dsb mengklaim bahwa ummat Islam lainnya sesat. Hanya kelompok mereka sajalah yang selamat, yaitu Jama’ah. Tak heran banyak yang memakai nama “JAMA’AH” sepert Islam Jama’ah, dsb.
Padahal makna “JAMA’AH” di atas adalah kelompok terbesar (mainstream) dari ummat Islam. 70% lebih dari ummat Islam. Bukan “FIRQOH” atau sempalan yang umumnya kurang dari 10% dari jumlah seluruh Muslim.
Dalilnya adalah:
Dua orang lebih baik dari seorang dan tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat orang lebih baik dari tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah Azza wajalla tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk (hidayah) (HR. Abu Dawud)
Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Karena itu jika terjadi perselisihan maka ikutilah suara terbanyak. (HR. Anas bin Malik)
Kaum muslimin kompak bersatu menghadapi yang lain. (HR. Asysyihaab)
Kekuatan Allah beserta jama’ah (seluruh umat). Barangsiapa membelot maka dia membelot ke neraka. (HR. Tirmidzi)
Jangan bersilang sengketa. Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu bersilang sengketa (cekcok, bermusuh-musuhan) lalu mereka binasa. (HR. Ahmad)
Secara logika juga jika cuma sedikit yang lurus, misalnya 1/10 dari setiap generasi, maka dalam waktu 8 generasi (kurang dari 200 tahun) ajaran Islam akan punah. Ilustrasinya di bawah di mana tahun wafatnya Nabi (632 M) digambarkan sebagai generasi 1. Generasi berikutnya berselang 25 tahun kemudian:
Generasi Tahun Jumlah
1 632 1,000,000
2 657 100,000
3 682 10,000
4 707 1,000
5 732 100
6 757 10
7 782 1
8 807 0
Dari jumlah 1 juta Muslim di zaman Nabi, jika tiap generasi hanya ada 1/10 yang lurus, maka di generasi 8 tahun 807 masehi sudah tidak ada lagi ummat Islam yang lurus.
Lalu bagaimana dengan ayat Al Qur’an yang menyatakan “KEBANYAKAN MANUSIA SESAT”?
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan ORANG-ORANG yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” [Al An'aam 116]
“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan MANUSIA tidak mengetahui” (QS. Yusuf: 40)
“Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Qur’an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan MANUSIA tidak beriman (kepadanya).” (QS. Ar Ra’du: 1)
“Dan kebanyakan MANUSIA tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya” (QS. Yusuf: 103
Arti dari ayat di atas adalah: “KEBANYAKAN ORANG” atau “KEBANYAKAN MANUSIA”. Bukan KEBANYAKAN MUSLIM!
Ayat tsb benar. Saat ini ada 7 milyar manusia. Sementara jumlah ummat Islam hanya 1,3 milyar saja. Jadi benar kalau kebanyakan manusia (5,7 milyar) itu sesat.
Sebaliknya di dalam Islam sendiri, sebagaimana hadits-hadits di atas mayoritas justru lurus. Jika tidak, Islam akan punah dengan cepat. Ummat Islam adalah ummat yang terbaik. Mustahil disebut terbaik jika mayoritasnya sesat:
“Kamu (Ummat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” [Ali 'Imran 110]
Tambahan dalil Jama’ah, bukan Firqoh yg selamat:
“Untuk golongan kanan, yaitu segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.” [Al Waaqi'ah 38-40]
Sesatnya banyak firqoh seperti Ahmadiyyah, Islam Jama’ah, Lia Eden, Khawarij, dsb karena mereka menyelisihi mayoritas ummat Islam.
Lalu dengan Hadits Ummat Islam terpecah jadi 73 golongan dan hanya 1 yang selamat, yaitu “JAMA’AH”, siapa kelompok yang selamat itu?
Yang selamat adalah “Jama’ah” atau kelompok terbesar (mainstream) dari ummat Islam. Kalau di Indonesia kita akan bilang itu adalah NU dan Muhammadiyyah. Mereka tidak mengkafirkan satu sama lain. Kalau ada firqoh/sempalan yang bilang salah satu dari kelompok tsb sesat, merekalah yang sesat.
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman ra berkata: Manusia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya; Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliah dan keburukan, kemudian Alloh mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelatih ini ada keburukan? Beliau bersabda: ‘Ada’. Aku bertanya: Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan? Beliau bersabda: “Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun”. Aku bertanya: Apakah dakhanun itu? Beliau menjawab: “Suatu kaum yang mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah”. Aku bertanya: Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? Beliau bersabda: “Ya”, dai – dai yang mengajak ke pintu Jahanam. Barang siapa yang mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau bersabda: “Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita”. Aku bertanya: Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya? Beliau bersabda: “Berpegang teguhlah pada Jama’ah Muslimin dan imamnya”. Aku bertanya: “Bagaimana jika tidak ada jama’ah maupun imamnya?” Beliau bersabda: “Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu”. (Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan hal. 391-399)
Hadits di atas memerintahkan kita untuk tetap bergabung dalam Jama’ah. Kalau tidak ada jama’ah, yang ada hanya firqoh2 atau kelompok kecil (kurang dari 10%) yang saling menganggap sesat/kafir kelompok Islam lainnya, hindari semua firqoh tersebut agar kita terhindar fitnah. Meski itu berarti kita harus mengasingkan diri ke hutan sehingga kelaparan dan menggigit pohon karenanya.
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari yang menyatakan: “Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa Jamaah adalah Sawadul A’dzam (Sebagian Besar/Mayoritas Muslim). Kemudian diceritakan dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika ‘Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jamaah, karena Alloh tidak akan mengumpulkan umat Muhammad SAW dalam kesesatan. Dan dalam hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah mengikuti salah satu firqah. Hindarilah semua firqah itu jika kalian mampu untuk menghindari terjatuh ke dalam keburukan”.
Secara bahasa, makna Al Jama’ah adalah:

الجماعة هي الاجتماع ، وضدها الفرقة ، وإن كان لفظ الجماعة قد صار اسما لنفس القوم المجتمعين

“Al Jama’ah artinya perkumpulan, lawan dari kekelompokan. Walau terkadang Al Jama’ah juga artinya sebuah kaum dimana orang-orang berkumpul” (Majmu’ Fatawa Ibni Taimiyah, 3/157)
Dari artikel ‘Makna Al Jama’ah dan As Sawadul A’zham — Muslim.Or.Id’
Hadits-Hadits Tentang As Sawadul A’zham
Untuk memahami makna as sawaadul a’zham, mari kita simak beberapa hadits yang memuatnya:

إن أمتي لن تجتمع على ضلالة، فإذا رأيتم اختلافا فعليكم بالسواد الأعظم فإنه من شذ شذ إلى النار

“Sesungguhnya ummatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Maka jika kalian melihat perselisihan, berpeganglah pada as sawaadul a’zham. Barangsiapa yang menyelisihinya akan terasing di neraka”
Dalam riwayat lain:

إن أمتي لا تجتمع على ضلالة فإذا رأيتم الاختلاف فعليكم بالسواد الأعظم يعني الحق وأهله

“Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Maka jika kalian melihat perselisihan, berpeganglah pada as sawaadul a’zham yaitu al haq dan ahlul haq” (HR. Ibnu Majah 3950, hadits hasan dengan banyaknya jalan kecuali tambahan من شذ شذ إلى النار sebagaimana dikatakan oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 1331)
Lalu bagaimana dengan hadits ini?
Ibnu Mas’ud berkata,

الجماعة ما وافق الحق وإن كنت وحدك

Yang disebut jama’ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.” (Dikeluarkan oleh Al Lalikai dalam Syarh I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah 160 dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq 2/ 322/ 13).
Di hadits tsb JAMA’AH adalah mengikuti kebenaran walau ia seorang diri. Jika dgn sepotong hadits tsb kita mengklaim seorang diri itu yang benar, tentu bertentangan dengan hadits Nabi Muhammad yang berkata ummatku tidak akan sepakat dalam kesesatan bukan? Ini gambarannya:
JAMA'AH ISLAM
Dalam ilmu Nahu ada Mufrad (Tunggal), Mutsanna (Dual), dan Jama’ (Banyak). Jama’ beda dengan Mufrad. Menurut paham Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) pengertian hadits di atas adalah meski seseorang itu tinggal sendirian di daerah yang mayoritasnya adalah Firqoh / Kelompok yang sesat, namun dia tetap berpegang kepada kebenaran yang dipegang oleh Jama’ah Islam di tempat lain. Itu maksud hadits di atas. Sebab “Kebenaran” itu relatif. Semua orang, baik itu sendiri, firqoh, atau Jama’ah semua mengklaim paling benar. Menurut Hadits Nabi, yang benar ya Jama’ah Islam.
Tapi yang benar itu kan yang mengikuti Al Qur’an dan Hadits! Semua kelompok mengaku berpegang kepada Al Qur’an dan Hadits. Tapi ternyata pemahamannya berbeda-beda. Para Imam Mazhab saja berbeda-beda meski saling menghormati. Nah firqoh2 ini seperti Salafi Wahabi, Salafi Jihadi, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, dsb selain pemahaman Al Qur’an dan Haditsnya beda, bahkan saling menyesatkan satu sama lain. Begitu pula Ahmadiyyah yang memakai Al Qur’an dan Hadits, tapi pemahamannya beda. Jadi mana yang benar? Itulah gunanya mengikuti para Ulama dari JAMA’AH ISLAM seperti NU dan Muhammadiyyah yang meski berbeda, namun tidak mengkafirkan satu sama lain.

Hindari ulama/da’i/ustad buruk yang justru menebar fitnah dengan memvonis sesama Muslim sebagai sesat/kafir tanpa persetujuan Jumhur Ulama:
Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim)
Jika ada “Ulama” yang bergaul erat dengan penguasa, misalnya Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab yang jadi menantu Raja Ibnu Su’ud (Pendiri Kerajaan Arab Saudi) dan ternyata banyak fitnah yang ditimbulkan misalnya mencaci sesama Muslim sebagai Ahlul Bid’ah, lebih Musyrik daripada kaum penyembah berhala di Mekkah dsb, niscaya dia tak lebih dari pencuri:
Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami)
Apa salahnya bergaul dengan penguasa? Bukankah bagus sehingga ulama bisa menasehati penguasa ke jalan yang benar?
Jika seperti itu insya Allah baik. Tapi jika ulama tersebut justru mendukung Raja yang Ashobiyyah/Fanatik terhadap kelompoknya dan bersekutu dengan orang-orang kafir seperti Inggris guna memerangi/membunuh sesama Muslim seperti ummat Islam di Thaif, Mekkah, Madinah, Kekhalifahan Turki Usmani, Mesir, dsb sehingga banyak Muslim yang tewas, niscaya itu tidak benar:
Ka’ab bin ‘Iyadh Ra bertanya, “Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong fanatisme?” Nabi Saw menjawab, “Tidak, fanatisme (Ashabiyah) ialah bila seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman.” (HR. Ahmad)
Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah (HR Abu Dawud).
Dari hadits di atas, kalau menyeru pada Ashobiyyah/fanatisme golongan, apalagi sampai melakukan kezaliman terhadap Muslim lainnya, itu sudah tidak benar. Nama “Arab Saudi” itu bukanlah nama Islam. Tapi itu menggambarkan negara Arab milik keluarga Saudi (Su’ud).
Sekedar Ashobiyyah saja tidak masalah. Tapi kalau sudah menzalimi/memerangi/membunuh ummat Islam di Thaif, Mekkah, Madinah, Turki, Mesir, kemudian belakangan bersama AS memerangi ummat Islam di Iraq, itu sudah tidak benar.
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
Tafsiran saat ini, jika bersekutu dengan AS dan Israel (Yahudi dan Nasrani) maka mereka itulah orang-orang yang munafik mengingat kedua negara tersebut memusuhi ummat Islam. Israel (Yahudi) jelas menduduki Palestina dan Masjidil Aqsha serta membantai ummat Islam di sana berulangkali. AS (Nasrani) yang sebetulnya dikuasai Zionis Yahudi menyerang dan membantai ummat Islam di Afghanistan dan Iraq. AS juga melakukan makar untuk menguasai kekayaan alam (migas, emas, dsb) negara2 Islam seperti Indonesia.
AS via CIA melakukan pemboman Cikini untuk membunuh presiden Indonesia Soekarno dan diduga menggerakkan demo tahun 1966 dan 1998 yang membuat rezim baru semakin bersahabat dengan AS. Pasca 1966, perusahaan tambang AS Caltex, Freeport, dsb memperoleh konsesi menguras migas, emas, perak, tembaga, dsb yang merugikan Indonesia ribuan trilyun rupiah per tahun.  Pasca 1998, perusahaan2 AS yang sebelumnya maksimal menguasai 50% saham, bisa menguasai 100% saham di Indonesia.
Lalu bagaimana dengan negara-negara Islam seperti Palestina (Hamas), Iran, Suriah, Libya, dsb yang bersekutu dengan Rusia dan Cina yang sama-sama menindas ummat Islam? Itu sebetulnya buruk. Tapi sebagaimana surat Al Maa-idah 52 kuncinya adalah YAHUDI DAN NASRANI. AS dan Israel. Kalau Rusia justru lebih dekat kepada Palestina. Bukan Israel. Dan Rusia dan Cina saat ini jika pun ada konflik, itu karena ada kelompok Islam yang bughot/berontak di negara mereka. Ini beda dengan AS dan Israel yang benar2 menyerang negara lain.
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. ” (Qur’an 5:82)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/09/18/yahudi-dan-nasrani-adalah-musuh-islam-yang-utama/
Nasrani selain ada yang harbi sebagaimana Romawi, ada juga yang bersahabat seperti Negus dari Habsyi. Sebaliknya Yahudi itu mutlak sebagai Musuh ummat Islam. Orang-orang Musyrik di atas pun mengingatkan saya pada India (sekutu Israel) yang mayoritasnya Hindu (Musyrik) yang selain menindas orang2 Kashmir juga sering berperang dengan Pakistan.
Kembali kepada Jama’ah yang lurus. Jama’ah yang lurus tidak gemar berbantah-bantahan:
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu…” [Al Anfaal 46]
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain ayat-ayat mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” [Ali 'Imran 7]
Al Qur’an saja jika ayatnya tidak jelas kita dilarang mentakwilkannya agar tidak timbul fitnah. Apalagi hadits! Jadi kalau ada kelompok yang gemar memperdebatkan hadits-hadits sehingga beda dengan ummat Islam lainnya dan timbul perpecahan seraya menghina yang lain sebagai bid’ah, sesat, dsb, niscaya ini adalah kelompok sesat.
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Dari Hudzaifah r.a. katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk syurga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Abbas ra bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui dua buah kubur, lalu bersabda: “Sesungguhnya kedua orang yang mati ini disiksa, tetapi tidaklah mereka disiksa karena kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya besar juga -bila dilakukan secara terus menerus-. Adapun yang seorang diantara keduanya itu dahulunya -ketika di dunia- suka berjalan dengan melakukan adu domba, sedang yang lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama sekali dari kencingnya -yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan serta kesucian dari najis-.” Muttafaq ‘alaih. Ini adalah lafaz dari salah satu riwayat Imam Bukhari. Para ulama berkata bahwa maknanya: “Tidaklah mereka itu disiksa karena melakukan kesalahan yang besar,” yakni bukan kesalahan besar menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu merupakan hal besar -berat- baginya untuk meninggalkannya.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar itu? Yaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia.” (Riwayat Muslim)
http://media-islam.or.id/2012/04/24/nabi-senang-mendamaikan-bukan-mengadu-domba-dan-menghindari-peperangan/
Ada pun Firqoh yang sesat cenderung membahas masalah Furu’ dan Khilafiyyah bukan untuk mencari kebenaran. Karena meski lawan memberi dalil yang lebih kuat, mereka tidak mau tahu itu. Niat mereka memang untuk menimbulkan fitnah dan perpecahan. Ini sesuai hadits Nabi di bawah:
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur (Najd tempat lahirnya pendiri Wahabi: Muhammad bin Abdul Wahhab An Najdi): Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” [Ar Ruum 30]
Jama’ah yang lurus senantiasa menghindari Fitnah. Sementara Firqoh sesat justru cenderung menimbulkan fitnah:
Fitnah itu sedang tidur (reda) dan laknat Allah terhadap orang yang membangkitkannya. (HR. Ar-Rafii).
Rasulullah Saw melarang penjualan senjata di kala berjangkitnya fitnah. (HR. Ath-Thabrani)
Jangan mendekati fitnah jika sedang membara dan jangan menghadapinya bila sedang timbul, bersabarlah bila fitnah datang menimpa. (HR. Ath-Thabrani)
Jika kamu berbicara (menyampaikan ucapan) tentang sesuatu perkara kepada suatu kaum padahal perkara itu tidak terjangkau (tidak dipahami) oleh akal pikiran mereka, niscaya akan membawa fitnah di kalangan mereka. (HR. Muslim)
Dari Abu Said al-Khudri r.a. pula, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hampir saja bahwasanya sebaik-baik harta seorang Muslim itu ialah kambing yang diikutinya sampai ke puncak gunung serta tempat-tempat hujan -yaitu tempat-tempat yang banyak rumputnya-. Orang itu lari ke sana dengan membawa agamanya karena takut adanya beberapa macam fitnah.” (Riwayat Bukhari)
Firqoh yang sesat/Khawarij mudah mengkafirkan sesama Muslim meski Muslim tsb sudah mengucapkan 2 kalimat Syahadah dan Sholat. Padahal itu tanda tidak beriman:
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Dari Ibnu Umar ra, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Apabila ada seseorang berkata kepada saudaranya -sesama Muslimnya-: “Hai orang kafir,” maka salah seorang dari keduanya -yakni yang berkata atau dikatakan- kembali dengan membawa kekafiran itu. Jikalau yang dikatakan itu benar-benar sebagaimana yang orang itu mengucapkan, maka dalam orang itulah adanya kekafiran, tetapi jikalau tidak, maka kekafiran itu kembali kepada orang yang mengucapkannya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Zar r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang memanggil orang lain dengan sebutan kekafiran atau berkata bahwa orang itu musuh Allah, padahal yang dikatakan sedemikian itu sebenarnya tidak, melainkan kekafiran itu kembalilah pada dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Jama’ah yang lurus itu bersaudara. Mereka lemah-lembut terhadap sesama dan keras terhadap orang-orang kafir:
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mu’min itu adalah bersaudara.” (al-Hujurat: 10)
Allah Ta’ala juga berfirman: “-Kaum mu’minin itu- yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” (al-Maidah: 54)
Allah Ta’ala berfirman lagi: “Muhammad adalah Rasulullah -utusan Allah- dan orang-orang yang besertanya adalah orang-orang yang bersikap keras terhadap kaum kafirin serta saling sayang menyayangi antara sesama mereka -kaum Muslimin-.” (al-Fath: 39)
Jadi aneh jika ada “Ulama” Wahabi yang mengharamkan demo yang menentang AS dan Israel atau pun bughot (berontak) meski terhadap Fir’aun yang zalim sekalipun sehingga tidak ada Jihad melawan Israel, sementara pada saat yang sama melontarkan “Fatwa” untuk “Jihad” melawan pemerintah kafir di Suriah sembari menggelontorkan dana dan senjata. Suriah lebih buruk dari Israel?
Dari Anas r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Janganlah engkau semua saling benci membenci, saling dengki mendengki, saling belakang membelakangi dan saling putus memutuskan -ikatan persahabatan atau kekeluargaan- dan jadilah engkau semua wahai hamba-hamba Allah sebagai saudara-saudara. Tidaklah halal bagi seorang Muslim kalau ia meninggalkan -yakni tidak menyapa- saudaranya lebih dari tiga hari.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Pintu-pintu syurga itu dibuka pada Senin dan Kamis, lalu diampunkanlah bagi setiap hamba yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, melainkan seseorang yang antara dirinya dengan saudaranya itu ada rasa kebencian -dalam hati-, lalu dikatakanlah -yakni Allah berfirman kepada malaikatnya-: “Nantikanlah dulu kedua orang ini, sehingga keduanya berdamai kembali. Nantikanlah kedua orang ini, sehingga keduanya berdamai kembali.” (Riwayat Muslim)
Muslim yang benar tidak gemar mencela atau menghambur fitnah:
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” [Al Humazah 1]
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah” [Al Qalam 10-11]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/
Muslim yang benar tidak akan membunuh seorang Muslim yang sudah mengucapkan La ilaaha illallahu dengan dugaan bahwa orang itu kafir dan pura-pura:
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a.: Rasulullah SAW. pernah mengirimkan kami dalam suatu pasukan (sariyyah); lalu pada pagi hari kami sampai ke Huruqat di suku Juhainah, di sana saya menjumpai seorang laki-laki, dia berkata, “La ilaha illallah – tiada tuhan selain Allah,” tetapi saya tetap menikamnya (dengan tombak), lalu saya merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati saya. Setelah sampai di Madinah, saya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi SAW., lalu beliau bersabda, “Dia mengatakan, ‘La ilaha illallah’, kemudian kamu membunuhnya?” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh dia mengatakannya hanya kerana takut pada senjata.” Beliau bersabda, “Tidakkah kamu belah dadanya, lalu kamu keluarkan hatinya supaya kamu mengetahui, apakah hatinya itu mengucapkan kalimat itu atau tidak?” Demikianlah, beliau berulang-ulang mengucapkan hal itu kepada saya sehingga saya menginginkan seandainya saya masuk Islam pada hari itu saja. Sa’ad berkata, “Demi Allah, saya tidak membunuh seorang Muslim sehingga dibunuhnya oleh Dzul Buthain, maksudnya Usamah.” Lalu ada orang laki-laki berkata, “Bukankah Allah SWT. telah berfirman, Dan perangilah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah (QS Al-Anfal (8): 39).” Lalu Sa’ad menjawabnya, “Kami sudah memerangi mereka supaya jangan ada fitnah, sedangkan kamu bersama kawan-kawanmu menginginkan berperang supaya ada fitnah.” (1: 67 – 68 – Sahih Muslim)
Muslim yang benar akan mengikuti Nabi dan sahabat-sahabat Nabi. Ini bisa kita lakukan dengan mengikuti ulama Salaf Asli yang menulis Kitab-kitab yang kita temui hingga sekarang seperti para Imam Mazhab. Bukan manusia akhir zaman yang anti mazhab:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِيْ مَا أَتَى عَلَى بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِيْ أُمَّتِيْ مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh akan terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi pada ummat bani Israil sedikit demi sedikit, sehingga jika ada di antara mereka (Bani Israil) yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada pada ummatku yang mengerjakan itu. Dan sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi tujuh puluh dua millah, semuanya di Neraka kecuali satu millah saja dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, yang semuanya di Neraka kecuali satu millah.’ (para Shahabat) bertanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Apa yang aku dan para Shahabatku berada di atasnya.’”
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2641, dan ia berkata: “Ini merupakan hadits penjelas yang gharib, kami tidak mengetahuinya seperti ini, kecuali dari jalan ini.”)

عن العرباض بن سارية قال: صلى بنا رسول الله ذات يوم ثم أقبل علينا فوعظنا موعظة بليغة ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب، فقال قائل: يا رسول الله كأن هذه موعظة مودع، فماذا تعهد إلينا؟ فقال: أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبدا حبشيا؛ فإنه من يعش منكم بعدي فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء المهديين الراشدين، تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة

“Dari sahabat ‘Irbadh bin As Sariyyah rodhiallahu’anhu ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam shalat berjamaah bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu beliau memberi kami nasehat dengan nasehat yang sangat mengesan, sehingga air mata berlinang, dan hati tergetar. Kemudian ada seorang sahabat yang berkata: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat seorang yang hendak berpisah, maka apakah yang akan engkau wasiatkan (pesankan) kepada kami? Beliau menjawab: Aku berpesan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, dan senantiasa setia mendengar dan taat ( pada pemimpin/penguasa , walaupun ia adalah seorang budak ethiopia, karena barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’ Ar rasyidin yang telah mendapat petunjuk lagi bijak. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham kalian. Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang diada-adakan, karena setiap urusan yang diada-adakan ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat“. (Riwayat Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200, hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 2676, Ibnu Majah 1/15, hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll)
Dalam hadits Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا كِتَابُ اللهِ وَسُنَّتِيْ

“Saya tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat di belakang keduanya, (yaitu) kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Malik dan Al-Hakim)
Dengan mengikuti Imam Mazhab seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’ie, dan Imam Ahmad bin Hanbal di bidang Fiqih atau Imam Asy’ari di bidang Aqidah, insya Allah kita sudah mengikuti Jama’ah sebab itulah yang dianut/diikuti oleh Jama’ah Islam selama 1300 tahun terakhir ini. Jadi kalau 300 tahun terakhir ada yang bilang itu bid’ah, sesat, dsb, niscaya manusia akhir zaman inilah yang sesat.
Para Imam Mazhab tersebut yang merupakan kelompok Tabi’it Tabi’in (1 dari 3 generasi terbaik Islam menurut Hadits Nabi) adalah penghubung generasi kita kepada generasi sahabat. Ini penting mengingat para sahabat umumnya tidak menulis Kitab/Buku. Merekalah yang menulis Kitab/Buku. Jadi bohong kalau mengaku mengikuti sahabat Nabi tanpa mau mengikuti para Imam Mazhab.
Ciri Khawarij: Tak Mengamalkan Al Qur’an dan Membunuh Muslim
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Satu dari ciri kaum Khawarij menurut Nabi Muhammad adalah mereka membaca Al Qur’an dan Hadits, namun tidak diamalkan. Ucapannya tidak melampaui kerongkongan mereka. Hanya di mulut saja.
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)

سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام

“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/

Lalu bagaimana dengan hadits Ghuroba atau orang Asing?
Insya Allah hingga turunnya Imam Mahdi, bergabung dengan Jama’ah / Kumpulan terbesar ummat Islam adalah hal yang tepat. Jika pun tidak ada, hindari semua Firqoh/pecahan yang saling mengkafirkan dan saling serang satu sama lain. Hindari semua fitnah dengan mengasingkan diri. Itulah makna dari orang asing.
Bukan justru mendekat ke Sultan/Penguasa dan menimbulkan fitnah!
Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) – Dr. Muhammad Faiz Almath – Gema Insani Press
DDII hingga saat ini amat gigih menyebarkan dakwah Islam ke pelosok terpencil di Indonesia. Dengan adanya bantuan Arab Saudi ke DDII, kita berharap paham Wahhabi yang ekstrim mengkafirkan sesama Muslim tidak masuk ke situ.
Sebab sudah umum beredar kabar bahwa Masjid/Pesantren/Sekolah yang menerima bantuan Arab Saudi harus memakai paham Wahhabi. Selain itu juga harus mendukung kebijakan Arab Saudi yang saat ini bersekutu dgn AS dan Israel. Jadi saat AS dan Israel bermusuhan dengan satu kelompok, kita harus ikut memusuhi kelompok tsb.
Contohnya saat AS dan Israel memusuhi Iran, mau tidak mau harus membantu AS dan Israel dengan memfatwakan Syi’ah yang merupakan aliran Islam yang dianut 95% rakyat Iran sebagai kafir/di luar Islam. Padahal selama 1400 tahun ini jumhur ulama membolehkan jema’ah Syi’ah (Iran) berhaji ke Mekkah dan 60 negara2 Islam juga menerima Iran sebagai 1 negara Islam sebagaimana yang disampaikan oleh KH Ali Yafie.
Begitu pula saat Libya dan Suriah berseteru dengan AS dan Israel, lagi2 sekutu Arab Saudi harus melawan Libya (Khaddafi) dan Suriah. Ini cuma 1 contoh mengingat banyak lembaga Islam di Indonesia dapat bantuan dana dari Arab Saudi:
Di Detik.com (27 Juni 2011) Presiden SBY Berterimakasih karena Arab Saudi Bantu DDII mendanai proyek pembangunan pusat pendidikan dan pelatihan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) di Bekasi:
http://news.detik.com/read/2011/06/27/182101/1669868/10/presiden-sby-berterimakasih-arab-saudi-bantu-ddii
Mudah2an lembaga2 Islam di Indonesia yang menerima bantuan Arab Saudi tetap bisa istiqomah di jalan Allah.

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/12/23/beda-jamaah-vs-firqoh-dan-ghuroba/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar