t وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-Qasas: 77)
Kisah Qarun
Qarun (Bahasa Arab قارون ) adalah salah seorang sepupu Musa, berasal dari Bani Israel. Qarun disebut dalam Al-Quran sebanyak empat kali, dua kali di surah Al-Qasas, satu kali di surah Al-'Ankabut dan satu kali di surah Al-Mu’min.Qarun adalah orang yang sering memakerkan kekayaan.Qarun adalah sepupu Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Musa. Baik Musa maupun Qarun masih keturunan Yaqub, karena keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi, Lewi bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Qahit/ Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim.
Awal kehidupan Qarun sangatlah miskin dan memiliki banyak anak. Sehingga pada suatu kesempatan ia meminta Musa untuk mendoakannya kepada Allah, yang ia pinta adalah kekayaan harta benda dan permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah. Dikisahkan pula dalam Al-Qur'an dia juga sering mengambil harta dari Bani Israel yang lain dan dia memiliki ribuan gudang harta melimpah ruah, penuh berisikan emas dan perak.
Setelah menjadi kaya raya, Qarun menjadi orang yang sombong dan suka pamer. Orang-orang kaya biasanya menyimpan kunci harta mereka dalam tempat rahasia agar tidak diketahui orang lain. Qarun bisa saja membuat sebuah tempat besar yang tersembunyi untuk menampung kunci-kuncinya, tapi dia tidak melakukannya karena dia ingin menunjukkan kekuatan dan kekuasaannya.
Jadi kebiasaannya adalah membawa sepuluh orang kuat kemanapun dia pergi. Kesepuluh orang ini adalah pria-pria perkasa yang berotot kekar. Mereka mengikuti Qarun kemanapun dia pergi hanya untuk membawakan kunci-kuncinya. Meskipun sudah dibawa sepuluh orang pria perkasa, tetap saja mereka merasa bahwa kunci-kunci Qarun terasa berat.
Kebiasaan Qarun yang lain adalah dia selalu mengenakan pakaian yang berbeda setiap kali keluar rumah. Pakaian-pakaiannya merupakan jubah-jubah mewah yang paling mahal di zaman itu. Dia juga punya banyak kuda, punya tentara pribadi, punya bodyguard, punya banyak istana, dan harta benda. Tidak terhitung jumlah kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.
Qarun juga bisa memainkan orang-orang, dia bisa melakukan apapun karena punya kekuatan. Fir’aun adalah teman baik Qarun. Jika ada seseorang yang punya masalah dengannya, Qarun tinggal memberitahu Fir’aun maka habislah orang itu. Dia bisa membuat seseorang menjadi budak jika dia mau. Jadi tak seorang pun berani dengan Qarun. Dia adalah seorang tiran yang dijadikan Allah sebagai contoh di dalam Al-Qur’an.
Pada suatu hari, Qarun memilih pakaian terbaiknya. Kemudian dia pergi ke pekarangan istananya yang luas dan dia berjalan-jalan sambil memilih-milih kudanya. Akhirnya pandangannya tertuju ke salah satu kuda miliknya sembari tangannya menunjuk. Dia berkata kepada pelayannya “Kuda itu yang disana! Kuda yang memiliki bulu paling putih. Aku ingin menaiki kuda itu sekarang!” Mereka menghias kuda itu dengan berbagai macam pernak-pernik. Andaikan orang-orang di jalan melihat kuda putih itu, tentu mereka akan terkagum-kagum melihatnya. Jadi dia menaiki kuda putih itu dan berkata: “Tentara-tentaraku! Datanglah kemari!” Kemudian dia menunjuk tentara-tentara terbaiknya. Lalu tentara-tentara itu berbaris mengikutinya dari belakang. Kemudian dia menunjuk sepuluh orang pria kekarnya dan berkata “Bawalah SEMUA harta-hartaku! Hari ini aku ingin menunjukkan harta-hartaku pada orang-orang. Bawa semua emas, perak, perunggu, barang-barang mewahku, koleksi pribadiku, dan yang lainnya. Aku ingin kalian membawa semuanya. Bahkan kalian para tentara juga harus membawanya! Ketika kita lewat, aku ingin semua orang terkagum-kagum melihat banyaknya hartaku.”
Jadi dia membawa semua harta karunnyaa, ada begitu banyak rubi, permata, mutiara, emas, dan perhiasan dalam berbagai bentuk. Ketika dia berparade keliling kota dari istananya, orang-orang di jalan melihatnya. Dan orang-orang yang menginginkan yang hanya menginginkan dunia ini berkata “Lihatlah semua ini. Andai saja kita mempunyai apa yang Qarun miliki.” Mereka sangat menginginkan harta itu. Bayangkanlah, seluruh kota menyaksikannya. Di antara mereka juga ada ahli agama. Mereka berkata “Jangan meminta seperti itu! Celakalah kamu! Sesungguhnya apapun yang Allah berikan kepadamu sudah cukup.”
Jadi ketika Qarun keluar membawa semua hartanya dan orang-orang di jalan melihatnya dengan terkagum-kagum, Ada orang di sisi kanan dan ada di sisi kiri, sedangkan parade Qarun berada di tengah-tengahnya. Ketika dia merasakan keangkuhan yang tertinggi dan berpikir “Wow, inilah diriku!”
Tiba-tiba Allah memerintahkan bumi untuk menelannya! Jadi tiba-tiba bumi bergemuruh. Kemudian jalanan mulai retak. Kemudian retakan itu semakin membesar sehingga terciptalah sebuah lubang yang menganga. Lubang yang besar itu menelan Qarun beserta semua tentaranya, kunci-kuncinya, hartanya, bahkan Allah memerintahkan bumi untuk menelan istananya! Dan orang-orang yang sedang mengamati, beberapa dari mereka berlarian, tapi pada akhirnya mereka sadar bahwa bumi hanya menelan Qarun dan hartanya. Kemudian bumi kembali seperti semula seakan-akan tidak ada yang terjadi. Orang-orang sangat terkejut. Allah telah menunjukkan kepada orang-orang dan Qarun tentang siapa Raja yang sesungguhnya.
”Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri’. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” ”Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.” Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. berkata: “Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni`mat Allah).” Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Qashash: 76-83)
KISAH NABI MUSA A.S. DAN QARUN
Qarun
adalah seorang dari umat Nabi Musa AS dan mempunyai pertalian
kekeluargaan dengan baginda. Ia dikurniakan oleh Allah SWT kelapangan
rezeki dan kekayaan harta benda yang tidak ternilai banyaknya. Dia hidup
mewah, selalu beruntung dalam usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga
hartabendanya bertimbun-timbun sehinggakan para pembawa kunci hartanya
tidak berdaya membawa atau memikul kunci-kunci peti khazanahnya kerana
terlalu banyak dan berat.
Qarun
hidup mewah dan menonjol di dalam masyarakatnya. Segala-gala tentangnya
adalah luar biasa dan lain dari yang lain. Mahligai-mahligai tempat
tinggalnya, pakaiannya sehari-hari, pelayan-pelayannya serta hamba-hamba
sahayanya melebihi keperluannya. Namun begitu, dia masih merasa belum
puas dengan kekayaan yang dimilikinya dan sentiasa berusaha untuk
menambahkan hartanya, sifat manusia yang haloba yang tidak pernah puas
dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang emas ia
ingin memperolehi segantang yang kedua dan demikianlah seterusnya.
Sebagaimana
halnya dengan kebanyakan orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh
harta bendanya, Qarun tidak sedikit pun merasa bahawa dia mempunyai
kewajiban terhadap fakir miskin dengan harta kekayaannya itu. Dalam
hidupnya, ia hanya memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya,
memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan lagi kekayaannya yang sudah
melimpah ruah itu.
Qarun telah
dinasihatkan oleh pemimpin-pemimpin kaumnya agar menyumbangkan
sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong fakir miskin dan
orang-orang yang tidak berpakaian dan kelaparan. Beliau telah
diperingatkan bahawa kekayaan yang diperolehi itu adalah kurniaan dari
Tuhan semata-mata yang wajib disyukuri dengan melakukan amal kebajikan
terhadap sesama manusia dan meringankan penderitaan fakir miskin dan
orang-orang yang ditimpa musibah. Diperingatkan kepadanya bahawa Allah
SWT yang telah memberinya rezeki yang banyak itu, dapat pula menarik
semula nikmat kesenangan apabila kewajipannya terhadap masyarakat
diabaikan.
Nasihat yang baik dan
peringatan yang jujur oleh pemimpin-pemimpin kaumnya itu tidak
diendahkan oleh Qarun, malah tidak mendapat tempat di dalam hatinya.
Bahkan ia merasa bahawa kekayaannya menjadikannya pemberi nasihat dan
bukan penerima nasihat. Orangramai harus tunduk kepadanya, mematuhi
perintahnya, mengiakan kata-katanya serta membenarkan segala tindak
tanduknya.
Qarun menyombongkan
diri dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat bahawa
kekayaan yang beliau miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya dan
hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurniaan
atau pemberian dari sesiapapun. Oleh itu, ia bebas menggunakan harta
kekayaannya sekehendaknya dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial
untuk membantu golongan yang memerlukan. Sebagai tentangan bagi para
orang yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya
dan sengaja menunjuk-nunjuk kekayaannya dengan berlebih-lebihan.
Apabila
ia keluar, ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan,
membawa pembantu yang ramai dari kebiasaannya dan menunggang kuda-kuda
yang dihiasi dengan indah. Kemewahan yang ditonjolkan itu, menjadikan
ramai orang iri hati terhadapnya terutama mereka yang masih lemah
imannya. Mereka berbisik-bisik di antara sesama mereka, mengeluh dengan
berkata: “Mengapa
kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan
kepada Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia
dalam hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang
besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap
orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan
miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun makanan.
Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?”
Qarun yang tidak mempedulikan nasihat agar bersedekah akhirnya
didatangi oleh Nabi Musa AS yang menyampaikan kepadanya bahawa Allah SWT
telah mewahyukan perintah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan
berada.
Diterangkan oleh Nabi
Musa AS kepadanya bahawa di dalam harta kekayaan, ada bahagian yang
telah ditentukan oleh Tuhan sebagai hak fakir miskin yang wajib
diserahkan kepada mereka. Qarun merasa jengkel untuk menerima perintah
wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan dan kesangsian terhadap Nabi
Musa AS. Ia berkata: “Hai
Musa, kami telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama
barumu. Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala
kata-katamu. Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah
memberanikan engkau bartindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan
mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga
menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan
fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau
telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahawa engkau hanya
seorang pendusta dan ahli sihir belaka.”
Tuduhan
Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari kewajipan berzakat itu ditolak
oleh Nabi Musa AS yang menegaskan bahawa kewajipan berzakat itu mesti
dilaksanakan kerana ia adalah perintah Allah yang wajib ditaati. Qarun
tidak dapat mengelakkan diri dari kewajiban zakat itu setelah berbantah
dan berdebat dengan Musa, maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar
zakat yang harus dikeluarkan dari harta kekayaannya.
Setelah
tiba di kediamannya, ia menghitung-hitung bahagian yang harus
dizakatkan dari harta miliknya. Qarun merasa jumlah yang harus
dizakatkan terlalu besar dan merasa sayang untuk mengeluarkan dari
khazanahnya sejumlah wang tanpa memperolehi sesuatu keuntungan dan laba
sebagai pulangan. Akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak
mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi akibat tindakannya
itu. Untuk menguatkan pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan
zakat, Qarun menyebarkan fitnah terhadap Nabi Musa AS dengan mengajak
orang ramai agar menentang perintah mengeluarkan zakat sebagaimana
diperintahkan oleh Nabi Musa AS.
Ia
menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa AS dengan dakwahnya dan
penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri dan bahawa
perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang halus
terhadap milik-milik para pengikutnya. Lebih jahat lagi untuk
menjatuhkan Nabi Musa AS dan kewibawaannya, Qarun berpakat dengan
seorang wanita agar mengaku di depan umum bahawa ia telah melakukan
perbuatan zina dengan Nabi Musa AS. Akan tetapi Allah SWT tidak rela
RasulNya difitnah oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu. Maka
digerakkanlah hati wanita tersebut untuk menyatakan keadaan yang
sebenar dan bahawa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa AS adalah
fitnah Qarun semata-mata dan bahawasanya Nabi Musa AS adalah bersih dari
perbuatan yang dituduh itu.
Nyatalah
bagi Nabi Musa AS bahawa Qarun berniat tidak baik dan tidak dapat
diharapkan untuk menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah
Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat merosakkan akhlak
dan iman para pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang
berlebih-lebihan. Tambahan pula, Qarun sentiasa berusaha untuk
merosakkan kewibawaan Nabi Musa AS dengan melontarkan fitnah serta
berbagai hasutan. Akhirnya, Nabi Musa berdoa kepada Allah SWT agar
menurunkan azab ke atas diri Qarun yang sombong dan bongkak itu, agar
menjadi pengajaran bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya melihat
kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada
Qarun. Maka dengan izin Allah SWT, maka terjadilah tanah runtuh yang
dahsyat di atas mana terletak bangunan yang mewah tempat tinggal Qarun
dan gedung-gedung harta kekayaannya. Terbenamlah ketika itu juga Qarun
hidup-hidup beserta semua harta kekayaan yang menjadi kebanggaannya.
Peristiwa
yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi contoh bagi
pengikut-pengikut Nabi Musa AS serta ubat rohani bagi mereka yang iri
hati dan menginginkan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang
telah dimiliki oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah:
“Sekiranya
Allah telah melimpahkan rahmat dan kurniaNya, niscaya kami dibenamkan
pula seperti Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya.
Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan
menginginkan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-benar
tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah.”
Cerita di atas terdapat dalam surah “Qashash” ayat 76 sehingga 82 dan surah “Al-Ahzab” ayat 69.قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka (Al Qur'an surat Al-Qasas ayat 78)
Wallahua'lam.
Link :
http://tigosotigo.blogspot.com/2009/12/kisah-nabi-musa-as-dan-qarun.html
Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar