Minggu, 25 Mei 2014

Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri (Wafat 74 H)

Mengenal Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri (Wafat 74 H)
Abu Sa’id Al-Khudri adalah orang ke tujuh yang banyak meriwayatkan hadist dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Telah meriwayatkan 1.170 hadits. Orang orang pernah memintanya agar mengizinkan mereka menulis hadits hadits yang mereka dengar darinya. Ia menjawab, “Jangan sekali kali kalian menulisnya dan jangan kalian menjadikan sebagai bacaan, tetapi hapalkan sebagaimana aku menghapalnya”.
Abi Sa’id lebih dikenal dengan nama aslinya adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan. Ayahnya Malik bin Sinan syahid dalam peperangan Uhud, Ia seorang Khudri nasabnya bersambung dengan Khudrah bin Auf al-Harits bin al-Khazraj yang terkenal dengan julukan “Abjar”.

Ketika perang Uhud pecah ayahnya (malik) membawanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan meminta agar anaknya diikutkan dalam peperangan. Pada waktu itu Jabir masih berusia 13 tahun, namun ayahnya menyanjung kekuatan tubuh anaknya :”Dia bertulang besar ya Rasulullah” tetapi, Rasulullah tetap menganggapnya masih kecil dan menyuruh membawanya pulang.

Abu Sa’id al-Khudri adalah salah seorang diantara para sahabat yang melakukan bai’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam mereka berikrar tidak akan tergoyahkan oleh cercaan orang dalam memperjuangkan agama Allah Subhanahu wa ta’ala, mereka tergabung dalam kelompok Abu Dzarr al-Ghifari, Sahl bin Sa’ad, Ubaidah bin ash Shamit dan Muhammad bin Muslimah.

Abu Sa’id al-Khudri bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dalam perang Bani Musthaliq, perang Khandaq dan perang perang sesudahnya, secara keseluruhan ia mengikuti 12 kali peperangan.
Riwayatnya dari para sahabat lain banyak sekali namun sumber yang paling terkenal adalah bapaknya sendiri Malik bin Sinan, saudaranya seibu Qatadah bin an-Nu’man, Abu Bakan, Umar, Utsman, Ali, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Salam.

Sedangkan orang orang yang meriwayatkan hadits darinya adalah anaknya sendiri Aburahman, istrinya Zainab bin Ka’ab bin Ajrad, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abu Thufail, Nafi’ dan Ikramah.
Abu sa’id membawa putranya Abdurahman ke tanah pemakaman Baqi, dan berpesan agar ia nanti dimakamkan di bagian jauh dari tempat itu. Katanya : “ Wahai anakku, apabila aku meninggal dunia kelak, kuburkanlah aku disana, Jangan engkau buat tenda untuk, jangan engkau mengiringi Jenazahku dengan membawa api, Jangan engkau tangisi aku dengan meratap-ratap, dan jangan memberitahukan seorangpun tentang diriku”.
Kemudian ia beliau wafat pada tahun 74 H.

Abu Sa'id al-Khudri (أبو سعيد الخدري) adalah Sahabat Nabi Muhammad dari golongan Ansar. Ia mengajukan diri untuk berperang dalam Pertempuran Uhud pada 625 dimana ayahnya Malik ibn Sinan tewas, ia ikut dalam berbagai pertempuran selanjutnya. Walaupun ia pernah pergi ke Suriah untuk menemui Muawiyah bin Abu Sufyan, ia tetap penduduk Madinah. Pada Pertempuran Harrah tahun 64/683, ia ikut berperang untuk mempertahankan Madinah dari serbuan tentara Bani Umayyah. Ia disebutkan meninggal pada tahun 63/682, 64/683, 65/684, atau 74/693.[1] Abu Sa'id salah satu perawi hadis yang paling banyak digunakan oleh umat Muslim. Jumlah hadis yang diriwatkan melaluinya berjumlah 1170 hadis, hal ini membuatnya termasuk dalam tujuh orang paling produktif dalam meriwayatkan hadis.[2]

Referensi
1) Ahmad bin `Ali Ibn Hajar al-`Asqalani, al-Isabah fi tamyiz al-sahabah, Ibn Shaqrun ed., 1328/1910, Vol. 2, p. 35.
2) Muhammad Zubayr Siddiqi, Hadith Literature: Its Origin, Development and Special Features, revised by Abdal Hakim Murad, Cambridge, Islamic Texts Society, 1993, p. 18.

Abu Said al Khudri adalah seorang sahabat Anshar, dari kalangan anak-anak. Ia dibawa ayahnya menemui Nabi SAW untuk memeluk Islam 
saat masih berusia sepuluh tahun. Ketika terjadi perang Uhud, Abu Said al Khudri baru berusia 13 tahun, tetapi telah ia diajak ayahnya untuk ikut bergabung dengan pasukan yang siap berangkat membela panji-panji keimanan. Sayangnya keberadaannya ini diketahui oleh Rasululllah SAW, dan beliau melarangnya mengikuti pertempuran ini. Ayahnya berdalih bahwa anaknya ini kuat, mempunyai ketrampilan bertempur dan semangat tinggi untuk berjihad, tetapi beliau tetap saja menolak karena usianya yang masih sangat muda.
Dalam Perang Uhud itu ayahnya menemui syahidnya, dan tidak meninggalkan harta yang mencukupi untuk anak-anaknya yang masih kecil. Karena itu Abu Said berniat meminta bantuan keuangan kepada Nabi SAW untuk menunjang kehidupannya. Tetapi ketika ia sampai di majelis Rasulullah SAW, ia mendengar beliau bersabda, "Barang siapa yang meminta kesabaran, maka ia akan memperoleh kesabaran. Barang siapa yang meminta kesucian, maka ia akan memperoleh kesucian. Dan barang siapa yang menginginkan kekayaan, maka Allah akan memberikan kekayaan kepadanya…"
Abu Said merenungi sabda Nabi SAW tersebut. Walaupun ia belum menyampaikan maksudnya, tetapi ia merasa sabda beliau itu ditujukan kepada dirinya, karena itu ia memutuskan untuk membatalkan keinginannya meminta bantuan keuangan. Ia kembali pulang dengan diam-diam. Sepertinya Nabi SAW, secara tidak langsung, ‘memberikan’ pilihan kepada dirinya untuk memilih duniawiah seperti keinginannya semula, atau pilihan akhirat, di mana ia harus bersabar dan menyucikan jiwanya. Dan Abu Sa’id sepertinya lebih condong untuk memilih kehidupan akhirat seperti dicontohkan Nabi SAW dan umumnya para sahabat lainnya.
Abu Said menjalani kehidupan dengan apa adanya seperti air mengalir, karena ia meyakini pada dasarnya rezeki telah dijamin Allah. Seperti kebanyakan sahabat yang hidup dalam keadaan miskin, ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan menghadiri majelis pengajaran Rasulullah SAW. Ketika ada pasukan yang akan dikirim untuk suatu pertempuran, maka ia akan ikut serta, karena ia sangat menginginkan bisa memperoleh kesyahidan seperti ayahnya. Tetapi tampaknya Allah mempunyai rencana yang lain untuk dirinya selain kesyahidan.
Dengan usianya yang muda, ia lebih mudah menyerap dan merekam pengajaran dan contoh perilaku Nabi SAW. Ia mengalami pergantian khalifah demi khalifah, dan pengenalannya akan Rasulullah SAW menjadikan dirinya salah satu sahabat yang menjadi sumber rujukan bagi mereka yang ingin mengenal beliau lebih dalam, khususnya bagi mereka yang belum pernah bertemu Nabi SAW. Itulah sebabnya di kemudian hari Abu Sa'id al Khudri menjadi salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadits Nabi SAW. Ia meninggal di masa Daulah Umayyah, yakni pada pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan.

Hadist dari Abu Sa'id

Hadits Musnad Ahmad

Musnad Abu Sa’id Al Khudri Radliyallahu ta’ala ‘anhu

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar