Al-Musthafa merupakan istilah spesialis yang bisa diartikan sebagai orang pilihan. Secara bahasa al-musthafa dapat diartikan sebagai manusia pilihan. Manusia yang posisinya mengatasi segala kelompok manusia lainnya.
Jika diibaratkan dalam sebuah perlombaan maka dimulailah dengan babak penyisihan. Mereka yang lolos dari penyisihan akan melaju ke babak perempat final, mereka yang lolos dari perempat final itulah namanya al-mujtaba, dan mereka yang memenangi pertandingan ialah al-musthafa.
Demikian perumpamaan ini untuk mempermudah memahami betapa tingginya tingkatan al-musthafa. Namun boleh saja Allah swt memilih Nabi Muhammad saw sebagai al-Musthafa tanpa melalui proses tersebut. Karena apapun dan bagaimanapun Allah swt adalah Yang Maha Paling Kuasa.
Begitulah Nabi Muhammad saw sebagai al-Musthafa memiliki kelebihan dan keistimewaan. Diantara kelebihan dan keistimewaan itu adalah perjalanan Rasulullah saw yang dikenal dengan isra’ dan mi’raj. Sebagai sebuah momentum, isra’-mi’raj dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sesuai dengan kacamata masing-masing. Para ilmuan memandng isra’-mi’raj dari sisi ilmiah. Para filusuf membahas isra’-mi’raji dari teori filsafat, begitu juga para ahli kalam berdebat tiada putusnya mengenai isra’-mi’raj Rasulullah saw.
Demikianlah keabsahan memandang isra’-mi’raj dari berbaga I perspektif, tetapi sebaik-baik perspektif adalah yang mampu menambah keimanan. Demikianlah serial isra’ mi;raj ini akan menghadirkan berbagai kejadian perjalanan Rasulullah saw yang dimulai dengan Buraq sebagai wahana transportasinya.
Adapun mengenai bentuk buraq Rasulullah saw menyinggungnya dalam sebuah hadits yang berbunyi;
Demikianlah, setelah Allah swt mensucikan Rasulullah saw secara lahir dan bathin yang dilakukan dengan membasuh jasmaninya menggunakan air zamzam, Allahpun mengisi jiwa Rasulullah saw dengan ilmu, hikmah, iman dan keyakinan. Karena merupakan syarat mutlaq menghadap kehadirat-Nya.
Di malam yang ditentukan itu, segalanya sudah diataur dengan rapi. Telah disiapkan untuk perjalanan rasulullh saw sebuah buraq yang siap mengantar dengan cepat kebeberapa titik pemberhentian sesuai dengan jadwal. Buraq adalah kendaraan yang didatangkan dari surga sebagai alat transportasi super cepat yang membawa Rasululah saw dari Makkah ke Baitul Maqdis seperti kilat. Dalam sebuah hadits diterangkan:
Namun, pada mulanya buraq menunjukkan keliarannya, ia terkesan enggan ditunggangi Rasulullah saw. Tetapi Jibril dengan sigap mengendalikannya seraya berkata “Wahai buraq! tidak malukah engkau? Demi Allah, orang yang akan menunggangi engkau adalah orang yang paling mulia”. Barulah buraq memahami posisinya sebagai kendaraan pilihan yang bertugas mengantar pilihan-Nya yaitu Muhammad al-Mustahafa. Maka berubahlah sikapnya menjadi jinak penuh ta’dhim kepada Rasulullah saw. Kemudain mereka (Rasulullah saw, Jibril dan Buraq) bertiga berangkat bersama menuju Baitul Maqdis. Sebagaimana diterangkan dalam hadits
Di tengah perjanalan, diperlihatkan kepada Rasulullah saw berbagai fenomena yang sarat makna. Walupun itu hanya sekelebat saja, karena cepatnya laju buroq, tetapi mengandung pelajaran yang mendalam. Sempat Rasulullah saw dalam perjalanan itu melihat orang tua renta sebagai isyarat umur dunia ini yang sebanding dengan sisa umur orang tua itu. Rasulullah juga diperlihatkan seseorang yang memecahkan kepalanya sendiri, sebagai tanda mereka yang berat melaksanakan shalat, juga para pezinah, pembangkang zakat, penghianat dan tukang fitnah.
Semua ditunjukkan kepada rasulullah saw sebagai isyarat model kehidupan yang harus siap-siap dihadapi dalam dunia kenyataan selama bertugas sebagai utusan Allah swt. (red. Ulil H)
Jika diibaratkan dalam sebuah perlombaan maka dimulailah dengan babak penyisihan. Mereka yang lolos dari penyisihan akan melaju ke babak perempat final, mereka yang lolos dari perempat final itulah namanya al-mujtaba, dan mereka yang memenangi pertandingan ialah al-musthafa.
Demikian perumpamaan ini untuk mempermudah memahami betapa tingginya tingkatan al-musthafa. Namun boleh saja Allah swt memilih Nabi Muhammad saw sebagai al-Musthafa tanpa melalui proses tersebut. Karena apapun dan bagaimanapun Allah swt adalah Yang Maha Paling Kuasa.
Begitulah Nabi Muhammad saw sebagai al-Musthafa memiliki kelebihan dan keistimewaan. Diantara kelebihan dan keistimewaan itu adalah perjalanan Rasulullah saw yang dikenal dengan isra’ dan mi’raj. Sebagai sebuah momentum, isra’-mi’raj dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sesuai dengan kacamata masing-masing. Para ilmuan memandng isra’-mi’raj dari sisi ilmiah. Para filusuf membahas isra’-mi’raji dari teori filsafat, begitu juga para ahli kalam berdebat tiada putusnya mengenai isra’-mi’raj Rasulullah saw.
Demikianlah keabsahan memandang isra’-mi’raj dari berbaga I perspektif, tetapi sebaik-baik perspektif adalah yang mampu menambah keimanan. Demikianlah serial isra’ mi;raj ini akan menghadirkan berbagai kejadian perjalanan Rasulullah saw yang dimulai dengan Buraq sebagai wahana transportasinya.
Adapun mengenai bentuk buraq Rasulullah saw menyinggungnya dalam sebuah hadits yang berbunyi;
عن أنس ابن مالك رضي
الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: أتيت بالبراق – وهو دابة
أبيض طويل فوق الحمار ودون البغل يضع حافره عند منتهى طرفه ...الحديث
Dari Anas bin Malik bahwasannya Rasulullah saw berkata: Aku
diberi buraq dia hewan tunggangan yang berwarna putih lebih besar dari
keledai tapi lebih kecil dari bighal yang satu tanduknya terdapat
dipucuk kepalanya …Demikianlah, setelah Allah swt mensucikan Rasulullah saw secara lahir dan bathin yang dilakukan dengan membasuh jasmaninya menggunakan air zamzam, Allahpun mengisi jiwa Rasulullah saw dengan ilmu, hikmah, iman dan keyakinan. Karena merupakan syarat mutlaq menghadap kehadirat-Nya.
Di malam yang ditentukan itu, segalanya sudah diataur dengan rapi. Telah disiapkan untuk perjalanan rasulullh saw sebuah buraq yang siap mengantar dengan cepat kebeberapa titik pemberhentian sesuai dengan jadwal. Buraq adalah kendaraan yang didatangkan dari surga sebagai alat transportasi super cepat yang membawa Rasululah saw dari Makkah ke Baitul Maqdis seperti kilat. Dalam sebuah hadits diterangkan:
Namun, pada mulanya buraq menunjukkan keliarannya, ia terkesan enggan ditunggangi Rasulullah saw. Tetapi Jibril dengan sigap mengendalikannya seraya berkata “Wahai buraq! tidak malukah engkau? Demi Allah, orang yang akan menunggangi engkau adalah orang yang paling mulia”. Barulah buraq memahami posisinya sebagai kendaraan pilihan yang bertugas mengantar pilihan-Nya yaitu Muhammad al-Mustahafa. Maka berubahlah sikapnya menjadi jinak penuh ta’dhim kepada Rasulullah saw. Kemudain mereka (Rasulullah saw, Jibril dan Buraq) bertiga berangkat bersama menuju Baitul Maqdis. Sebagaimana diterangkan dalam hadits
عن عبد الله ابن
مسعود رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: أتيت بالبراق
فركبت خلف جبريل عليه السلام فسار بنا, اذا ارتفع ارتفعت رجلاه, واذا هبط
ارتفعت يداه ... الحديث
Dari Abdullah bin Mas’ud bahwasannya Rasulullah saw berkata: Aku
telah disediakan buraq, akupun duduk di belakang jibril dan brangkatlah
bersama. Ketika hendak naik kedua kakinya diangkat keatas, dan ketika
turun kedua tangannya yang diangkat.Di tengah perjanalan, diperlihatkan kepada Rasulullah saw berbagai fenomena yang sarat makna. Walupun itu hanya sekelebat saja, karena cepatnya laju buroq, tetapi mengandung pelajaran yang mendalam. Sempat Rasulullah saw dalam perjalanan itu melihat orang tua renta sebagai isyarat umur dunia ini yang sebanding dengan sisa umur orang tua itu. Rasulullah juga diperlihatkan seseorang yang memecahkan kepalanya sendiri, sebagai tanda mereka yang berat melaksanakan shalat, juga para pezinah, pembangkang zakat, penghianat dan tukang fitnah.
Semua ditunjukkan kepada rasulullah saw sebagai isyarat model kehidupan yang harus siap-siap dihadapi dalam dunia kenyataan selama bertugas sebagai utusan Allah swt. (red. Ulil H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar