KEMULIAAN LAILATUL QODAR & SEKELUMIT RUMUS CARA MENGHITUNGNYA
Bismillahirrohmanirrohim.
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang agung, satu bulan yang penuh hikmah dan keberkahan di mana Allah SWT meluaskan Rahmat-Nya agar menaungi seluruh hamba-hamba-Nya yang tekun beribadah dan taat kepada-Nya dengan memberi ganjaran pahala yang berlipat-lipat ganda. Pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang lebih mulia daripada malam seribu bulan, yaitu Lailatul Qodar. Di malam itulah di turunkannya al-Qur’an yang di jadikan panduan bagi seluruh umat islam.
Keagungan bulan Ramadhan sudah banyak di jelaskan oleh al-Qur’an dan al-Hadits, salah satunya di hadits yang di riwayatkan oleh Imam Nasa’i dan Imam Baihaqi. Rasulullah Saw bersabda :
“Telah datang kpd kalian bulan Ramadhan, bulan yg penuh berkah dimana Allah SWT telah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya. Di bulan itu pintu-pintu surga di buka, pintu-pintu neraka di tutup dan para syetan di belenggu. Dan di bulan itu terdapat pula suatu malam yang lebih baik daripada malam seribu bulan” (HR. An-Nasa’i & Al-Baihaqi). Lalu kapan kepastian Lailatul Qodar itu terjadi ? Hanya Allah yang Maha Mengetahui. Akan tetapi Rasulullah Saw pernah mengisyaratkan dalam sabdanya bahwa terjadinya Lailatul Qodar itu ada di malam ganjil sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah Saw bersabda :
“Carilah Lailatul Qodar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan” (HR. Bukhori No. 2017).
Sebagian para Ulama’ mengatakan bahwa daripada hikmah Allah kenapa menyembunyikan kapan kepastian terjadinya Lailatul Qodar adalah agar manusia bersemangat untuk mencarinya, hal ini tentunya akan berbeda jika Lailatul Qodar sudah di tentukan kepastiannya, justru nanti malah manusia akan bermalas-malasan dalam beribadah. Adapun tanda-tanda kejadian Lailatul Qodar banyak kita temui di kitab Hadits, salah satu di antaranya : Pertama, udara dan angin sekitar terasa tenang, sebagaimana Riwayat dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw bersabda :
“Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan”
(HR. Ath-Thoyalisi. Haytsami mengatakan beliau adalah rowi tsiqoh/terpercaya).
Terkait dengan bahasan di atas, Lailatul Qodar dapat di ketahui dengan rumusan, yaitu dengan cara mengetahui hari permulaan bulan puasa, seperti Qoidah di Kitab I’anah Ath-Tholibin Juz 2 bab “Shoum” hal 291 yg mengutip Qoul Sahab al-Qolyubi di Kitab Hasyiah Mahalli Syarah Al-Minhaj :
Terjemahan bebas : “Wahai orang yang bertanya kepada ku tentang Lailatul Qodar yg ** terdapat di sepuluh terakhir bulan Ramadhan, maka itu sesungguhnya dpt di pecahkan dengan sepuluh rumus ** apabila permulaan puasa pada hari ahad dan rabu maka Lailatul Qodar jatuh di malam 9 terakhir bulan ramadhan ** dan kalau puasa di mulai hari jum’at dan selasa maka jatuh di malam 7 terakhir dan apabila permulaan puasa hari kamis maka jatuh di malam 5 terakhir ** apabila permulaan puasa hari sabtu maka jatuh di malam 3 terakhir dan kalau permulaan puasa hari senin maka jatuh di malam 1 terakhir bulan Ramadhan” Ada riwayat lain dari Kitab Tanwirul Ma’ali Manaqibi As-Syaikh Abul Hasan As-Syadzily :
Terjemahan bebas : “Adapun dari Karomah Syaikh Abul Hasan dari akil baligh sampai wafatnya beliau tidak pernah melewatkan dari melihat Lailatul Qodar sehingga beliau berkata apabila awal puasa hari ahad maka Lailatul Qodar jatuh pada malam 29, kalau hari senin maka jatuh di malam 21, kalau hari rabu maka jatuh di malam 19, kalau hari kamis maka jatuh di malam 25, kalau hari jum’at maka jatuh di malam 17, kalau hari sabtu maka jatuh di malam 23” Ya Allah, mudahkanlah kami meraih keistimewaan Lailatul Qodar dengan mengisi hari-hari terakhir kami di bulan Ramadhan dengan amalan sholih, Aamin yaa Robbal ‘Aalamiin. Demikian sekelumit kutipan ini dibuat, semoga bermanfaat.
Bismillahirrohmanirrohim.
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang agung, satu bulan yang penuh hikmah dan keberkahan di mana Allah SWT meluaskan Rahmat-Nya agar menaungi seluruh hamba-hamba-Nya yang tekun beribadah dan taat kepada-Nya dengan memberi ganjaran pahala yang berlipat-lipat ganda. Pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang lebih mulia daripada malam seribu bulan, yaitu Lailatul Qodar. Di malam itulah di turunkannya al-Qur’an yang di jadikan panduan bagi seluruh umat islam.
Keagungan bulan Ramadhan sudah banyak di jelaskan oleh al-Qur’an dan al-Hadits, salah satunya di hadits yang di riwayatkan oleh Imam Nasa’i dan Imam Baihaqi. Rasulullah Saw bersabda :
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانَ شَهْرٌ مَبَارَكٌ اِفْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهَ أَبْوَابُ الجَنَّةِ وَ تُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الجَحِيْمِ وَ تُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرُ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Telah datang kpd kalian bulan Ramadhan, bulan yg penuh berkah dimana Allah SWT telah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya. Di bulan itu pintu-pintu surga di buka, pintu-pintu neraka di tutup dan para syetan di belenggu. Dan di bulan itu terdapat pula suatu malam yang lebih baik daripada malam seribu bulan” (HR. An-Nasa’i & Al-Baihaqi). Lalu kapan kepastian Lailatul Qodar itu terjadi ? Hanya Allah yang Maha Mengetahui. Akan tetapi Rasulullah Saw pernah mengisyaratkan dalam sabdanya bahwa terjadinya Lailatul Qodar itu ada di malam ganjil sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah Saw bersabda :
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qodar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan” (HR. Bukhori No. 2017).
Sebagian para Ulama’ mengatakan bahwa daripada hikmah Allah kenapa menyembunyikan kapan kepastian terjadinya Lailatul Qodar adalah agar manusia bersemangat untuk mencarinya, hal ini tentunya akan berbeda jika Lailatul Qodar sudah di tentukan kepastiannya, justru nanti malah manusia akan bermalas-malasan dalam beribadah. Adapun tanda-tanda kejadian Lailatul Qodar banyak kita temui di kitab Hadits, salah satu di antaranya : Pertama, udara dan angin sekitar terasa tenang, sebagaimana Riwayat dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw bersabda :
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan”
(HR. Ath-Thoyalisi. Haytsami mengatakan beliau adalah rowi tsiqoh/terpercaya).
Terkait dengan bahasan di atas, Lailatul Qodar dapat di ketahui dengan rumusan, yaitu dengan cara mengetahui hari permulaan bulan puasa, seperti Qoidah di Kitab I’anah Ath-Tholibin Juz 2 bab “Shoum” hal 291 yg mengutip Qoul Sahab al-Qolyubi di Kitab Hasyiah Mahalli Syarah Al-Minhaj :
يا سائلي عن ليلة القدر التي * * في عشر رمضان الأخير حلت فإنها في مفردات العشر * * تعرف من يوم ابتداء الشهر فبالأحد والأربعاء: التاسعة، * * وجمعة مع الثلاثا: السابعه وإن بدا الخميس: فالخامسة، * * وإن بدا بالسبت: فالثالثة وإن بدا الاثنين فهي الحادي * *
Terjemahan bebas : “Wahai orang yang bertanya kepada ku tentang Lailatul Qodar yg ** terdapat di sepuluh terakhir bulan Ramadhan, maka itu sesungguhnya dpt di pecahkan dengan sepuluh rumus ** apabila permulaan puasa pada hari ahad dan rabu maka Lailatul Qodar jatuh di malam 9 terakhir bulan ramadhan ** dan kalau puasa di mulai hari jum’at dan selasa maka jatuh di malam 7 terakhir dan apabila permulaan puasa hari kamis maka jatuh di malam 5 terakhir ** apabila permulaan puasa hari sabtu maka jatuh di malam 3 terakhir dan kalau permulaan puasa hari senin maka jatuh di malam 1 terakhir bulan Ramadhan” Ada riwayat lain dari Kitab Tanwirul Ma’ali Manaqibi As-Syaikh Abul Hasan As-Syadzily :
ومنها عدم فوت رؤية ليلة القدر من البلوغ الى وفاته حتى قال ان كان اول الصوم الأحد فليلة القدر تسع وعشرون, او الأنثين فأحد وعشرون, او الاربعاء فتسعة عشر, او الخميس فخمش وعشرون, او الجمعة فسبعة عشر, او السبت فثلاث وعشرون
Terjemahan bebas : “Adapun dari Karomah Syaikh Abul Hasan dari akil baligh sampai wafatnya beliau tidak pernah melewatkan dari melihat Lailatul Qodar sehingga beliau berkata apabila awal puasa hari ahad maka Lailatul Qodar jatuh pada malam 29, kalau hari senin maka jatuh di malam 21, kalau hari rabu maka jatuh di malam 19, kalau hari kamis maka jatuh di malam 25, kalau hari jum’at maka jatuh di malam 17, kalau hari sabtu maka jatuh di malam 23” Ya Allah, mudahkanlah kami meraih keistimewaan Lailatul Qodar dengan mengisi hari-hari terakhir kami di bulan Ramadhan dengan amalan sholih, Aamin yaa Robbal ‘Aalamiin. Demikian sekelumit kutipan ini dibuat, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar