Sabtu, 08 Februari 2014

Arti Sombong, Isbal dan celana cingkrang

Tiga Pendapat tentang Isbal dalam Madzhab Hanbali

Sekarang ini kadang kita temukan orang-orang berpakaian cingkrang yang mengaku mengamalkan sunnah Nabi Saw seraya menganggap pihak lain yang tidak cingkrang seperti mereka sebagai pihak yang melakukan perbuatan haram.

Cingkrang yang dimaksud adalah isbal. Isbal bermakna menurunkan ujung kain ke bawah mata kaki entah itu berupa celana, sarung jubah ataupun pakaian yang lain.

Didalam madzhab Hanbali, berkaitan dengan hukum Isbal tersebut terdapat beberapa riwayat, dimana Imam Ahmad bin Hanbal (pengasas madzhab Hanbali, ulama Salaf) sendiri tidak sampai mengharamkan.

Disebutkan didalam kitab Adab al-Syar'iyah bahwa didalam madzhab Hanbali terdapat 3 riwayat mengenai Isbal :

Pertama, Isbal dihukumi makruh berdasarkan penegasan Imam Ahmad bin Hanbali sendiri.

Kedua, Isbal dihukumi boleh dengan catatan tidak disertai kesombongan

Ketiga, Isbal dihukum haram secara literal.

Sedangkan Syaikh Ibnu Taimiyyah memilih tidak mengharamkan isbal.




Shahih Sunan Abu Daud :


--" 28. Mengulurkan Sarung hingga Menyentuh Tanah "--

عَنْ أَبِي جُرَيٍّ جَابِرِ بْنِ سُلَيْمٍ قَالَ رَأَيْتُ رَجُلًا يَصْدُرُ النَّاسُ عَنْ رَأْيِهِ لَا يَقُولُ شَيْئًا إِلَّا صَدَرُوا عَنْهُ قُلْتُ مَنْ هَذَا قَالُوا هَذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ عَلَيْكَ السَّلَامُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَرَّتَيْنِ قَالَ لَا تَقُلْ عَلَيْكَ السَّلَامُ فَإِنَّ عَلَيْكَ السَّلَامُ تَحِيَّةُ الْمَيِّتِ قُلْ السَّلَامُ عَلَيْكَ قَالَ قُلْتُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَنَا رَسُولُ اللَّهِ الَّذِي إِذَا أَصَابَكَ ضُرٌّ فَدَعَوْتَهُ كَشَفَهُ عَنْكَ وَإِنْ أَصَابَكَ عَامُ سَنَةٍ فَدَعَوْتَهُ أَنْبَتَهَا لَكَ وَإِذَا كُنْتَ بِأَرْضٍ قَفْرَاءَ أَوْ فَلَاةٍ فَضَلَّتْ رَاحِلَتُكَ فَدَعَوْتَهُ رَدَّهَا عَلَيْكَ قَالَ قُلْتُ اعْهَدْ إِلَيَّ قَالَ لَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا قَالَ فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ حُرًّا وَلَا عَبْدًا وَلَا بَعِيرًا وَلَا شَاةً قَالَ وَلَا تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنْ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنْ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنْ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلَا تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ


4084. Dari Abu Jurai Jabir bin Sulaim, dia berkata: Aku melihat seseorang banyak dimintai pendapat oleh kawan-kawannya; perkataannya tentang sebuah permasalahan pasti dijadikan rujukan (fatwa). Aku pun bertanya, "Siapakah dia?" Mereka menjawab, "Rasulullah SAW." Aku berkata, "Keselamatan atasmu wahai Rasulullah!" sebanyak dua kali, kemudian beliau berkata, "Jangan kamu ucapkan 'alaika as-salam' (keselamatan atasmu) karena alaika as-salam adalah penghormatan dan salam untuk jenazah. Tapi katakanlah, 'As-salaamu 'alaika'.''''

Aku lalu bertanya, "Apakah Anda utusan Allah?" Beliau menjawab, "Ya, aku adalah utusan Allah Dzat yang bisa menyembuhkan penyakit dan menyingkirkan malapetaka (bahaya) yang menimpamu jika kamu memintanya. Jika tanaman tidak bisa tumbuh (kemarau) dalam setahun lalu kamu meminta kepada-Nya untuk melenyapkannya, maka tanaman itu akan tumbuh untukmu. Jika kamu berada di suatu daerah yang luas dan kendaraanmu (unta atau keledai) hilang atau tersesat, lalu kamu meminta kepada-Nya untuk mengembalikannya, maka Dia akan mengembalikannya. "

Berjanjilah (untuk memberi nasihat) kepadaku." Beliau berkata, "Janganlah kamu mencaci seorang pun." Sejak saat itu, aku tidak pernah mencaci siapa pun, baik orang yang merdeka maupun hamba sahaya. Tidak pula aku berani mencaci dan menghina kambing atau unta.

Beliau bersabda, "Janganlah kalian menghina sesuatu yang baik; berbicaralah dengan sesama saudara dan teman kalian dengan wajah yang menyenangkan dan berseri-seri, karena hal itu bagian dari kebaikan; tinggikanlah sarungmu sampai setengah betis kaki, atau sampai dua mata kaki, dan jangan mengulurkannya hingga menyentuh tanah, karena itu adalah bagian dari kesombongan dan Allah tidak mencintai orang-orang yang sombong dan congkak; jika ada seseorang yang memakimu dan mencelamu karena dia mengetahui cacat dan cela yang ada pada dirimu, maka jangan melakukan hal yang sama sekalipun kamu mengetahui cacat dan cela orang tersebut, karena hal itu akan memberatkannya (pada Hari Kiamat). {Shahih)

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرْ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ إِنَّ أَحَدَ جَانِبَيْ إِزَارِي يَسْتَرْخِي إِنِّي لَأَتَعَاهَدُ ذَلِكَ مِنْهُ قَالَ لَسْتَ مِمَّنْ يَفْعَلُهُ خُيَلَاءَ


4085. Dari Abdullah bin Umar, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menjulurkan pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada Hari Kiamat." Abu Bakar berkata, "Salah satu ujung pakaianku ada yang menyentuh tanah; sesungguhnya aku telah berjanji untuk tidak melakukan itu?" Beliau bersabda, "Kamu tidak termasuk orang yang melakukannya karena sombong." (Shahih: Bukhari)

عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قُلْتُ مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ خَابُوا وَخَسِرُوا فَأَعَادَهَا ثَلَاثًا قُلْتُ مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ خَابُوا وَخَسِرُوا فَقَالَ الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ أَوْ الْفَاجِرِ


4087. Dari Abu Dzar, dia berkata: Dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara dan tidak akan dilihat oleh Allah, tidak pula menyucikan dirinya sedangkan bagi mereka adalah adzab dan siksa yang pedih." Aku lalu bertanya, "Wahai Rasulullah SAW, siapakah mereka. Tentunya orang yang kehilangan harapan dan sungguh merugi." Aku mengulang pertanyaan tersebut hingga ketiga kalinya, "Wahai Rasulullah SAW, siapakah mereka? Tentunya orang yang kehilangan harapan dan sungguh merugi." Beliau pun menjawab, "Mereka adalah Al Musbil (orang yang menjulurkan pakaian hingga menyentuh tanah), Al Mannan (orang yang banyak menyebut kebaikannya), dan orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah palsu." {Shahih: Muslim)

عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا وَالْأَوَّلُ أَتَمُّ قَالَ الْمَنَّانُ الَّذِي لَا يُعْطِي شَيْئًا إِلَّا مَنَّهُ


4088. Dari Abu Dzar, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda... sama dengan hadits tadi.

Abu Dzar berkata: Al Mannan adalah orang yang memberikan sesuatu lalu sering menyebut-nyebutnya didepan orang banyak. (Shahih: Muslim), 1/71

--" 29. Kesombongan "--

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ هَنَّادٌ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ


4090. Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT berfirman (Qudsi), 'Kesombongan adalah selendang-Ku, Keagungan adalah sarung-Ku. Siapa yang mencabut salah satunya dari-Ku maka dia akan Aku lemparkan ke neraka." (Shahih)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ وَلَا يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ


4091. Dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan, walaupun sebesar biji sawi, dan tidak akan masuk neraka orang yang dalam hatinya ada iman, walaupun sebesar biji sawi." {Shahih: Muslim)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ رَجُلًا جَمِيلًا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي رَجُلٌ حُبِّبَ إِلَيَّ الْجَمَالُ وَأُعْطِيتُ مِنْهُ مَا تَرَى حَتَّى مَا أُحِبُّ أَنْ يَفُوقَنِي أَحَدٌ إِمَّا قَالَ بِشِرَاكِ نَعْلِي وَإِمَّا قَالَ بِشِسْعِ نَعْلِي أَفَمِنْ الْكِبْرِ ذَلِكَ قَالَ لَا وَلَكِنَّ الْكِبْرَ مَنْ بَطِرَ الْحَقَّ وَغَمَطَ النَّاسَ


4092. Dari Abu Hurairah, dia berkata: Seorang lelaki —tampan— menghadap Rasulullah dan bertanya, "Wahai Rasulullah SAW, aku menyukai keindahan dan aku diberikan rupa seperti yang Anda lihat, sampai-sampai aku tidak ingin ada orang yang melebihi aku —mungkin dia berkata: sandal atau tali sandal— apakah itu bagian dari kesombongan?" Beliau menjawab, "Tidak". Kesombongan adalah orang yang menentang kebenaran dan memandang rendah orang lain." {Shahih sanadnya: Muslim) dari Ibnu Mas'ud)


ISBAL


Salah satu maksiat badan adalah memanjangkan pakaian (sarung ataupun yang lainnya) yakni menurunkannya hingga ke bawah mata kaki dengan tujuan berbangga dan menyombongkan diri (al Fakhr).

Hukum dari perbuatan ini adalah dosa besar kalau memang tujuannya adalah untuk menyombongkan diri, jika tidak dengan tujuan tersebut maka hukumnya adalah makruh. Jadi cara yang dianjurkan oleh syara' adalah memendekkan sarung atau semacamnya sampai di bagian tengah betis.
Keterangan tersebut bisa dilihat dalam kitab Al-Adzkar An-Nawawi. Yang dimaksud Sombong adalah orang-orang kaya yg suka menyeretkan pakaiannya,, karena pada waktu itu orang kaya dan miskin di bedakan, juga bisa kesombongan itu agar dianggap orang besar atau orang alim. Sebab para pembesar yahudi dulu ketika memakai jubah kelombrohan, bahkan sampai menyentuh tanah, dan ini sebagai ciri bahwa yang memakai jubah kelombroh itulah para pembesar yahudi dengan kesombongannya (takabbur).
Hukum yang telah dijelaskan ini adalah hasil dari pemaduan (Taufiq) dan penyatuan (Jam') dari beberapa hadits tentang masalah ini. Pemaduan ini diambil dari hadits riwayat al Bukhari dan Muslim bahwa ketika Nabi r mengatakan :

"من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة " رواه البخاري ومسلم

Maknanya : "Barang siapa menarik bajunya (ke bawah mata kaki) karena sombong, Allah tidak akan merahmatinya kelak di hari kiamat" (H.R. al Bukhari dan Muslim)

Abu Bakr yang mendengar ini lalu bertanya kepada Nabi : "Wahai Rasulullah, sarungku selalu turun kecuali kalau aku mengangkatnya dari waktu ke waktu ?" lalu Rasulullah SAW bersabda :

"إنك لست ممن يفعله خيلاء " رواه البخاري ومسلم

Maknanya : "Sesungguhnya engkau bukan orang yang melakukan itu karena sombong" (H.R. al Bukhari dan Muslim)

Jadi oleh karena Abu Bakr melakukan hal itu bukan karena sombong maka Nabi tidak mengingkarinya dan tidak menganggap perbuatannya sebagai perbuatan munkar; yang diharamkan.

Celana cinkrang 


Imam Ahmad mencatat sebuah riwayat dalam Musnad-nya (4 / 390) :

( حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مَيْسَرَةَ ، عَنْ عَمْرِو ابْنِ الشَّرِيدِ ، عَنْ أَبِيهِ أَوْ : عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ عَاصِمٍ ، أَنَّهُ سَمِعَ الشَّرِيدَ يَقُولُ : أَبْصَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَجُرُّ إِزَارَهُ ، فَأَسْرَعَ إِلَيْهِ أَوْ : هَرْوَلَ ، فَقَالَ : ” ارْفَعْ إِزَارَكَ ، وَاتَّقِ اللَّهَ ” ، قَالَ : إِنِّي أَحْنَفُ ، تَصْطَكُّ رُكْبَتَايَ ، فَقَالَ : ” ارْفَعْ إِزَارَكَ ، فَإِنَّ كُلَّ خَلْقِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ حَسَنٌ ” ، فَمَا رُئِيَ ذَلِكَ الرَّجُلُ بَعْدُ إِلَّا إِزَارُهُ يُصِيبُ أَنْصَافَ سَاقَيْهِ ، أَوْ : إِلَى أَنْصَافِ سَاقَيْهِ

Sufyan bin ‘Uyainah menuturkan kepadaku, dari Ibrahim bin Maisarah, dari ‘Amr bin Asy Syarid, dari ayahnya, atau dari Ya’qub bin ‘Ashim, bahwa ia mendengar Asy Syarid berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melihat seorang laki-laki yang pakaiannya terseret sampai ke tanah, kemudian Rasulullah bersegera (atau berlari) mengejarnya. Kemudian beliau bersabda:
“angkat pakaianmu, dan bertaqwalah kepada Allah“. Lelaki itu berkata: “kaki saya bengkok, lutut saya tidak stabil ketika berjalan”. Nabi bersabda: ”angkat pakaianmu, sesungguhnya semua ciptaan Allah Azza Wa Jalla itu baik”.
Sejak itu tidaklah lelaki tersebut terlihat kecuali pasti kainnya di atas pertengahan betis, atau di pertengahan betis.

Derajat Hadits
Hadits ini shahih, semua perawinya tsiqah. Ya’qub bin ‘Ashim dikatakan oleh Ibnu Hajar: “ia maqbul” . Namun Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Dan demikian juga Adz Dzahabi yang berkata: “ia tsiqah”. Maka inilah yang tepat insya Allah. Al Albani berkata: “sanad ini sesuai syarat Bukhari-Muslim jika (Ibrahim meriwayatkan) dari ‘Amr dan sesuai syarat Muslim jika dari Ya’qub. Dan yang lebih kuat adalah yang pertama (dari ‘Amr)” (Silsilah Ash Shahihah, 3/427).

Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:

ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار

“Kain yang panjangnya di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka” (HR. Bukhari 5787).

Dan ini sering beliau lakukan kepada para sahabat, diantaranya juga kepada Ibnu ‘Umar:

مَرَرْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي إِزَارِي اسْتِرْخَاءٌ فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللَّهِ ارْفَعْ إِزَارَكَ! فَرَفَعْتُهُ. ثُمَّ قَالَ: زِدْ! فَزِدْتُ. فَمَا زِلْتُ أَتَحَرَّاهَا بَعْدُ. فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ: إِلَى أَيْنَ؟ فَقَالَ: أَنْصَافِ السَّاقَيْنِ

“Aku (Ibnu Umar) pernah melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sementara kain sarungku terjurai (sampai ke tanah). Beliau pun bersabda, “Hai Abdullah, naikkan sarungmu!”. Aku pun langsung menaikkan kain sarungku. Setelah itu Rasulullah bersabda, “Naikkan lagi!” Aku naikkan lagi. Sejak itu aku selalu menjaga agar kainku setinggi itu.” Ada beberapa orang yang bertanya, “Sampai di mana batasnya?” Ibnu Umar menjawab, “Sampai pertengahan kedua betis.” (HR. Muslim no. 2086)

juga kepada Sufyan bin Abi Sahl: dari Mughirah bin Syu’bah Radhiallahu’anhu beliau berkata:

رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم أخذ بحجزة سفيان بن أبي سهل فقال يا سفيان لا تسبل إزارك فإن الله لا يحب المسبلين

“Aku melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendatangu kamar Sufyan bin Abi Sahl, lalu beliau berkata: ‘Wahai Sufyan, janganlah engkau isbal. Karena Allah tidak mencintai orang-orang yang musbil’” (HR. Ibnu Maajah no.2892, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Maajah)
dan para sahabat yang lain.

Wasallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar