Kamis, 25 Juni 2015

Surat al fatihah dan cara membacanya


    Kitab Syarh al-yaqut an-nafis

KESALAHAN SEBAGIAN ORANG AWAM DALAM MEMBACA AL-FATIHAH

PENGENALAN
Mengandungi 141 Huruf Termasuk Basmalah
Mengandungi 29 Kalimah termasuk basmalah
Mengandungi 9 Izhar termasuk 4 Izhar al-Qamari
Mengandungi 12 Mad Tobi’I ( 2 harakat )
Mengandungi 1 Mad Lazim Kalimi Muthaqqal ( 6 harakat ) Mengandungi 14 Tasydid termasuk 9 Tasydid al-Syamsiyah Mengandungi 4 Waqaf Tam : الرحيم ( بسمله ) – الدين – نستعين – الضالين Mengandungi 6 Waqaf Jaiz : الحمد لله – رب العلمين – الرحيم – إياك نعبد – المستقيم – أنعمت عليهم Mengandungi 13 Waqaf Qabih : (2) - الحمد – رب – الرحيم – ملك – يوم – إياك – وإياك – اهدنا – الصراط – صراط – الذين – غير – المغضوب -عليهم

Terjemahan Surah al-Fatihah
1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1].
2. segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. yang menguasai[4] di hari Pembalasan[5].
5. hanya Engkaulah yang Kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan[7].
6. Tunjukilah[8] Kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9]

  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

    الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

    الرَّحْمـنِ الرَّحِيمِ

    مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

    إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

    اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ

    صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ 


Assalamu'alaikum
Syarh al-yaqut an-nafis hal. 135 darul minhaj mu'allif : muhammad bin ahmad bin umar asy-syathiriy
termasuk rukunnya sholat adalah membaca al-fatihah

٤ ـ قرأة { الفاتحة } وكلنا يحفظها ، لكن أحب أن أنبه إلى أن كثيرا من الناس ــ مع احترامي لهم ــ سمعتهم يخلون في { الفاتحة } فبعضهم يقرأ { بسم الا إلرحمن الرحيم } يخفي الهاء من لفظ الجلالة ، ويظهر الكسرة في همزة الرحمن ، وهذا خطاء ، والصحيح إظهار الهاء من لفظ الجلالة ووصله بالراء من كلمة { الرحمن } { بسم الله الرحم الرحيم } إنها هاء ، وليست همزة ، فليتنبه كل واحد منا

Rukun yang keempat dari rukunnya shalat adalah membaca al-fatihah. dan kita semua bisa menghafalnya.
Akan tetapi saya senang untuk mengingatkan mengenai hal yang terjadi di masyarakat -- dengan penghormatanku kepada mereka -- bahwa sesungguhnya mayoritas masyarakat, saya mendengarkan mereka mencacatkan/membuat kesalahan di dalam membaca al-fatihah. sebagian dari masyarakat membaca { بسم الا إلرحمن الرحيم } -- BISMILLAA IR-ROCHMAANIR-ROCHIIM -- dengan mentakhfif (meringankan) huruf ha' { هـ } dari lafadz al-jalalah { الله } , dan membaca kasroh dengan jelas pada hamzah { إ } nya kata ar-rochmaan { الرحمن } , dan ini adalah kesalahan/kekeliruan.
Yang benar menampakkan/membaca dengan jelas huruf ha' { هـ } dari lafadz al-jalalah { الله } dan me-washol-kan/menyambung dengan huruf ro' { ر } dari kata ar-rochmaan { الرحمن } . kalimat bismillaahir-rochmaanir-rochiim { بسم الله الرحمن الرحيم } itu menggunakan ha' { هـ } bukan hamzah { ء } . maka masing-masing dari kita sebaiknya memperingatkan hal itu.

وبعضهم يقول : { ولا ضالين } من غير تشديد الضاد ، وبعضهم لا يفرق بين الظاء والضاد يقول : { ولا الظالين } يخرج الطرف لسانه بين أسنانه ، والصحيح عدم ظهورها ، وحتى بعض الأئمة يقرأ { إياكنعبد وإياكنستعين } يلحق الكاف بالنون مباشرة ، والصحيح إظهار الكاف من { إياك } بحيث يفصل بينها وبين النون بوقفة يسيرة { إياك } كلمة لنفسها

Dan sebagian masyarakat mengucapkan : { ولا ضالين } -- wa laa dlolliin -- tanpa mentasydid huruf dlod { ض } . dan sebagian lagi tidak membedakan antara dho' { ظ } dengan dlod { ض } . mereka mengucapkan : { ولا الظالين } -- wa ladhdhoolliin -- dengan mengeluarkan huruf dari ujung lidah diantara gigi-gigi. dan yang benar tidak menampakkannya.

Bahkan Sebagian imam -- sholat jamaah -- membaca
{ إياكنعبد وإياكنستعين } -- IYYAKANA'BUDU WAIYYAKANASTA'IIN -- dengan mempertemukan huruf kaf { ك } dengan nun { ن } mubasyiroh. dan yang benar menampakkan (memperjelas) bacaan huruf kaf { ك } dari lafadz { إياك } -- IYYAKA -- sekiranya antara huruf kaf { ك } dan nun { ن } terpisah dengan waqof yang sedikit. karena { إياك } itu kata tersendiri.

ويأتون لنا بحكاية ونحن أطفال -- والله أعلم هل لها أصل -- يقولون : إن الشيطان سمى أحد أبنائه « كنع » وآخر « كنس » ليقول المصلي : إياكنع وإياكنس

dan datang kepada kami sebuah hikayah sedangkan kami masih anak-anak -- walloohu a'lam, Allah lebih mengetahui apakah hal ini ada dasarnya -- orang-orang berkata : "sesungguhnya syaithon (setan) memberi nama salah satu keturunannya dengan nama kana' { كنع } dan yang lain dengan nama kanas { كنس } , agar orang yang shalat mengucapkan : إياكنع وإياكنس -- iyyakana' waiyyakanas --

wallohu a'lam bish-showaab.
Download Kitab Syarah Al-Yaqutun Nafis

Judul kitab : Syarah Al-Yaqutun Nafis
Penulis : Muhammad bin Ahmad bin Umar Asy-Syathiri
VERSI PERTAMA
Penerbit : Darul Minhaj, Beirut - Jeddah
Cetakan : Kedua
Tahun terbit : 2007
Link download (PDF) : Klik disini

VERSI KEDUA
Penerbit : Darul Hawi
Cetakan : Pertama
Tahun terbit : 1997
Link download (PDF) : Cover  Juz 1  Juz 2  Juz 3

Semoga bermanfaat.

Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in


إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ


"Hanya Engkaulah yang kami ibadahi dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS Al-Fatihah:5)

Para ahli qira'at sab'ah dan jumhurul ulama membacanya dengan memberikan tasydid pada huruf ya' pada kata iyyaka dibaca dengan memfathahkan huruf nun yang pertama, menurut bacaan seluruh ahli qira'at.

Menurut bahasa, kata ibadah berarti tunduk patuh. Sedangkan menurut syariat, ibadah berarti ungkapan dari kesempurnaan cinta, ketundukan, dan ketakutan.

Didahulukannya maf'ul (objek), yaitu kata iyyaka, dan (setelah itu) diulangi lagi, adalah dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian dan juga sebagai pembatasan. Artinya, "Kami tidak beribadah kecuali kepada-Mu, dan kami tidak bertawakal kecuali hanya kepada-Mu." Dan inilah puncak kesempurnaan ketaatan. Dan dien (agama) itu secara keseluruhan kembali kepada kedua makna di atas.

Yang demikian itu seperti kata sebagian ulama salaf, bahwa surat Al-Fatihah adalah rahasia Alquran, dan rahasia Al-Fatihah terletak pada ayat Iyyakana'budu wa iyyakanasta'in (Hanya Engkaulah yang kami ibadahi dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan).

Penggalan pertama, yakni "Hanya kepada-Mu kami beribadah" merupakan pernyataan lepas dari kemusyrikan. Sedangkan pada penggalan kedua, yaitu, "Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan" merupakan sikap berlepas diri dari upaya dan kekuatan serta berserah diri kepada Allah SWT.

Makna seperti ini tidak hanya terdapat dalam satu ayat Alquran saja, seperti firman-Nya, "Maka beribadahlah kepada Allah dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabbmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan." (Huud:123).

Dalam ayat tersebut (Al-Fatihah: 5) terjadi perubahan bentuk dari ghaib (orang ketiga) kepada mukhathab (orang kedua, lawan bicara) yang ditandai dengan huruf kaf pada kata iyyaka. Yang demikian itu memang selaras karena ketika seorang hamba memuji kepada Allah, maka seolah-olah ia merasa dekat dan hadir di hadapan-Nya. Oleh karena itu, Dia berfirman, "Iyyakana'budu wa iyyakanasta'in."

Ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa pada awal-awal surat Al-Fatihah merupakan pemberitahuan dari Allah SWT yang memberikan pujian kepada diri-Nya sendiri dengan berbagai sifat-Nya yang Agung, serta petunjuk kepada hamba-hamba-Nya agar memuji-Nya dengan pujian tersebut.

Dalam shahih Muslim, diriwayatkan dari al-'Ala' ibn Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, "Aku telah membagi salat dua bagian antara diri-Ku dan hamba-Ku. Bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan, 'Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam', maka Allah berfirman, 'Hambaku telah memuji-Ku'. Dan jika ia mengucapkan, 'Yang menguasai hari pembalasan', maka Allah berfirman, 'Hamba-Ku telah memulikan-Ku'. Jika ia mengucapkan, 'Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan', maka Allah berfirman, 'Inilah bagian antara hamba-Ku dan diri-Ku. Untuk hamba-Ku apa yang ia minta'. Dan jika ia mengucapkan,'"Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau enugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi), dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nashrani)', maka Allah berfirman, "Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku pula apa yang ia minta'."

Iyyakana'budu didahulukan dari wa iyyakanasta'in, karena ibadah kepada-Nya merupakan tujuan, sedangkan permohonan pertolongan merupakan sarana untuk beribadah. Yang terpenting lebih didahulukan dari sekedar penting, wallahu a'lam.

Jika ditanyakan, lalu apa makna huruf nun pada firman Allah SWT, "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in," jika nun itu dimaksudkan sebagai bentuk jama', padahal orang yang mengucpkan hanya satu orng, dan jika untuk pengagungan, maka yang demikian itu tidak sesuai dengan kondisi?

Pertanyaan di atas dapat dijawab bahwa yang dimaksudkan dengan huruf nun (kami) itu adalah untuk memberitahukan mengenai jenis hamba, dan orang yang salat merupakan salah satu darinya, apalagi jika orang-orang melakukannya secara berjamaah. Atau, imam dalam salat memberitahukan tentang dirinya sendiri dan juga saudara-saudaranya yang beriman tentang ibadah, yang untuk tujuan inilah mereka diciptakan.

Ibadah merupakan maqam (kedudukan) yang sangat agung, yang dengannya seorang hamba menjadi mulia, karena keberpihakannya kepada Allah Ta'ala saja, dan Dia telah menyebut Rasul-Nya sebagai hamba-Nya yang menempati maqam yang mulia. Firman Allah, "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam." (Al-isra': 1).

Allah telah menyebutkan Muhammad saw sebagai seorang hamba ketika menurunkan Alquran kepadanya, ketika beliau menjalankan dakwahnya dan ketika diperjalankan pada malam hari. Dan Dia membimbingnya untuk senantiasa menjalankan ibadah pada saat-saat hatinya merasa sesak akibat pendustaan orang-orang yang menentangnya, Dia berfirman, "Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (salat), dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (Al-Hijr: 97-99).
*Sumber: Terjemahan Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsi)*

Bab Tentang I'rab Dan Mabni (Terjemah Mutammimah)


باب الإعراب والبناء

الإعراب تغيير أواخر الكلم لاختلاف العوامل الداخلة عليها لفظاً أو تقديراً، وأقسامه أربعة: رفع ونصب وخفض وجزم، فللأسماء من ذلك الرفع والنصب والخفض ولا جزم فيها وللأفعال من ذلك الرفع والنصب والجزم ولا خفض فيها.


Bab I'rab
Pengertian Dan Definisi I'rab
I'rab adalah perubahan pada akhir-akhir kalimat karena perbedaan amil amil yang masuk atas-nya, baik secara lafad maupun takdir, Adapun pembagian I'rab  ada 4 bagian : Rafa' Nasab, Khafad, Jazem. Adapun I'rab bagi isim adalah rafa, nasab, khafad, dan  jazem tidak termasuk i'rab isim, Adapun I'rab bagi fiil  adalah rafa, nashab, jazem, dan khafad tidak termasuk I'rab fiil
_____________________

(*) Keterangan : pengarang dalam hal ini menerangkan bahwa i'rab adalah perubahan pada akhir-akhir kalimat.  Seperti contoh : rafa ( زَيْدٌ ) Nashab (زَيْداً) Khafad (زَيْدٍ ) Jazem (لَمْ يَقُوْلْ  ) .

Coba perhatikan perbedaan harkat pada contoh diatas, ada yang berharkat dhomah, fathah, kasrah, dan sukun, demikianlah yang disebut dengan I'rab atau perubahan pada akhit setiap kalimat. Dengan demikian kamu sekarang memahami apa yang di maksud dengan pengertian  i'rab dalam ilmu nahwu.

والبناء لزوم أواخر الكلم حركة أو سكوناً، وأنواعه أربعة ضم وفتح وكسر وسكون.

Pengertian Dan Definisi Mabni (bina)
Adapun yang dimaksud dengan bina (mabni) adalah tidak ada perubahan pd akhir2 kalimat, baik secara harkat maupun sukun.

Adapun Varian- Mabni terdiri dari 4 bagian : "Dhomah, Fathah, Kasrah, dan Sukun.

والاسم ضربان: معرب وهو الأصل ، وهو ما تغير آخره بسبب العوامل الداخلة عليه إما لفظاً كزيدٍ عمروٍ، وإما تقديراً نحو: موسى والفتى، ومبني وهو الفرع وهو ما لا يتغير آخره بسبب العوامل الداخلة عليه كالمضمرات وأسماء الشرط والإشارة وأسماء الموصولات، فمنه ما يبنى على الفتح كأينَ، ومنه ما يبنى على الكسر كأمسِ، ومنه ما يبنى على الضم كحيثُ، والأصل في المبني أن يبنى على السكون.

Pembagian I'rab Isim
Adapun isim ada 2 pembagian: Mu'rab dan ini adalah asalnya.

    Isim Mu'rab adalah lafad yang berubah pada akhir-nya disebabkan amil amil yang masuk baik secara lapad.  Seperti lapadz zaid dan umar. maupun secara takdir seperti lafad Musa dan Fata
    Isim Mabni adalah cabang yang tidak berubah pada akhir-nya disebabkan amil amil yang masuk kepadanya, seperti Isim Isim dhomir, Isim Isim Syarat, Isyarah dan Isim Isim Mausul. .

Sebagian Isim Mabni ada yang berharkat fathah dan sebagianya lagi ada yang berharkat kasrah seperti lafad Amsi (أَمْسِ) dan sebagianya berharkat dhommah seperti lafad haitsu (حيث) sedangkan asalnya mabni adalah sukun (سكون)

والفعل ضربان: مبنى وهو الأصل ومعرب  وهو الفرع، والمبني نوعان أحدهما: الفعل الماضي وبناؤه على الفتح إلا إذا اتصلت به واو الجماعة فيضم نحو: ضربوا، أو اتصل به ضمير رفع متحرك فيسكن نحو:ضربْتُ وضربْنا، والثاني: فعل الأمر وبناؤه على السكون نحو: اضرب واضربن إلا إذا اتصل به ضمير جمع أو ضمير تثنية أو المؤنثة المخاطبة فعلى حذف النون نحو: اضربا واضربوا واضربي، إلا المعتل فعلى حذف حرف العلة نحوك اخشَ واغزُ وارم ِ


Pembagian I'rab Fiil

Adapun I'rab fiil ada 2 bagian :

    Mabni (asal)
    Mu'rab (Cabang)

Adapun Mabni, adalah asal i'rab pada fiil  sedangkan mu'rab pada fiil merupakan cabang.
Mabni fiil terbagi 2 bagian. salah satunya adalah

    Fiil madhi yang mabninya dengan Fathah, kecuali menempel huruf 'wawu jama'ah' maka fiil madhi berharkat dhomah. Seperti contoh : Lafad
(ضربوا) .
atau menempel dhomir rafa' yang berharkat maka fiil madhi berhakat sukun, Sepeti contoh : lafad
(ضَرَبْتُ ضَرَبْناَ) 
Fiil Amar yang mabninya berharkat sukun seperti contoh
(اضرب واضربن)
kecuali apabila bertemu dhomir tasniyah atau dhomir muanatsah mukhthabah  yang mabninya dgn membuang nun. Seperti contoh
 (اِضْرِبَا واضربوا واضربي)
kecuali fiil mu'tal yang mabninya dengan membuang huruf illat seperti conton ucapan kamu
(اخشَ واغزُ وارم)

.والعرب من الأفعال

 الفعل المضارع بشرط ألا يتصل به نون الإناث ولا نون التوكيد المباشرة نحو: يضربُ ويخشَى، فإن اتصلت به نون الإناث بني على السكون نحو: {وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ } (233) سورة البقرة؛ وإن اتصل به نون التوكيد المباشرة بني على الفتح نحو: ليسجن وليكونن، وإنما أعرب المضارع لمشابهته الاسم.


Perubahan fiil fiil

Adapun perubahan pada fiil mudhori dengan syarat tidak menempel Nun Inatsah  dan nun taukid mubasyarah.

Seperti contoh  (يضربُ ويخشَى) maka apabila menempel nun inatsah maka fiil mudhari menjadi mabni yang berharkat sukun. Seperti contoh didalam surat al baqarah ayat 233

(وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ ِ).  

Dan apabila menempel nun taukid mubasyarah maka fiil mudhari menjadi mabni yang berharkat fathah seperti contoh

(ليسجَنَّ ،ولِيَكُونَنَّ)

Sesungguhnya perubahan yang nampak terlihat pada fiil mudhori itu disebabkan karena menyerupai isim.

Hati-hati membaca lafal Iyyaka di surat al fatihah


Hati-hati pada ayat 4/5 dari surat fatihah
karna salah baca baik itu lebih dalam huruf bacaan nya atau kurang maka akan sangat berbahaya bagi keimanan dan ibadah kita

Sebenarnya setelah teliti² admin sering dengar bacaan pada ayat IYYAAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IIN itu banyak bacaan² imam sering salah tapi kelihatan benar mari kita simak di bawah ini

Dalam lafadz iyyaaka disini banyak di antar golongan ulama' berbeda pendapat apakah termasuk isim dhohir ? Atau isim dlomir ? Menurut Imam azzujaj lafadz iyyaaka isim dhohir namun menurut jumhurul ulama adalah isim dlomir

Berikut perbdaan dlomir pada lafadz iyyaka

Ada 4 pendapat

1.lafadz iyyaaka itu semuanya terdiri dari dlomir yaitu dlomir muttashil al manshub dan dlomir mukhothob

2.lafadz iyyaa nya saja yang dlomir dan lafdz yang setelahnya itu isim mudlof ilaih yang menafsiri sesuatu yaitu berupa mutakallim ,mukhotob, atau ghoib

3.lfadz iyyaa nya saja yang dlomir dan lafadz setelah nya adalah huruf tafsir dan yang ini yang masyhur

4.lafadz iyyaa itu huruf 'imaad dan huruf setelahnya dlomir

قوله اياه اعلم انهم اختلفوا في الضمير المنصوب المتصيل فقال سبويه ان ضميرهااياوما يتصل به بعده حرف يتبدل على حسب احوال المرفوع اليه من المتكلم والغيبة والخطاب لكونها إيا مشتركا كما هو مذهب البصريين وقال الزجاج والسيرافي في اإيا إسم ظاهر مضاف الى المضمرات فكان إياك بمعنى نفسك وقال قوم من الكوفيين إياك وإياه وإياي اسماء بكماله وهو ضعيف إذ ليس في الاسماء الظاهرات والمضمرات ما يختلف اخره كتاب الفلاح ص ٤٠


إياي والصحيح ان الضمير إيا فقط والحقت حروف تبين المراد وقيل الضمير هو الجميع دخلان الفية ص ٢٤


Imam nawawi albantani berpendapat dalam kitab nubdzatul bayan

BARANG SIAPA YANG MENINGGALKAN TASYDID PADA LAFADZ IYYAKA jadi iyaka Dalam surat alfatihah secara sengaja dan tahu artinya maka dia KUFUR karna lafadz iyaaka itu ketika tasydidnya dihilangkan dan alifnya di baca pendek maka akan memuat arti AKU MENYEMBAH CAHAYA MATAHARIMU

Na'udzubillah jika sudah tau begini silahkan sebarkan pada teman yang lain agar tau juga dengan membagikan fans page

تنبيه قال النواوي البنتاني الجاوي لو ترك التشديد من إياك اي من إياك نعبد عامدا عالما معناه كفر لأن الإيا بكسر الهمزة وتخفيف الياء وقصر الألف ضوءالشمس فيصير كأنه قال نعبد إياك ضوء شمسك


نبذة البيان ص ٩٥


Jika timbul pertanyaan lagi

Kenapa kok lafadz iyyaaka na'budu lebih di awalakan dari iyyaaka nasta'in ?

وقدم العبادة على الإستعانةلأنها وصلة لطلب الحاجة تفسير الصاوي جزاء ١ ص ١٧


Mendahulukan ibadah dari meminta pertolongan karna ibadah adalah sarana untuk memperoleh hajat

Tafsir asshowi juz 1 no 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar