Senin, 01 Juni 2015

Shalat Sunat Awwabin di Malam Nisfu Sya'ban

Amalan Shalat Sunat Awwabin di Malam Nisfu Sya'ban

Salah satu amalan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan pada mala Nisfu Sya’ban adalah Shalat Sunat Awwabin. Sebenarnya shalat awwabin tidak hanya disunatkan pada malam nisfu sya’ban, tapi pada setiap malam, namun di malam nisfu sya’ban, kesunahannya berliapat ganda. Berhubung nanti malam adalah malam nisfu sya’ban, kami akan sedikit berbagi tentang penjelasan sunat awwabin, berupa waktu, metode pelaksanaan dan kelebihannya.

Shalat sunat Awwabin adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu antara Magrib dan Isya. 


Lafaz “awwabin” merupakan lafad isim fa’il yang bermakna orang-orang yang kembali. Shalat ini dinamakan dengan Awwabin karena orang yang melakukannya dianggap sebagai orang yang kembali kepada Allah SWT di saat orang-orang lalai dengan hal yang lain.

Sekurang-kurang raka’at shalat Awwabin adalah dua raka’at, kemudian empat raka’at dan selanjutnya enam raka’at. Adapun bilangan yang paling baik lagi dua puluh raka’at sama seperti raka’at bilangan tarawih. Mengqadha shalat fardhu atau mengerjakan shalat sunat apa saja pada waktu antara magrib dan inya secara otomatis akan menghasilkan pahala Awwabin pula menurut satu pendapat. Metode pelaksanaan Awwabin sama seperti mengerjakan shalat yang lain, yaitu dua rakaat dengan sekali salam. lafad niatnya adalah

أُصَلِّي سُنَّةَ الأَوَّبِيْنَ رَكَعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءٍ لِلَّهِ تعالى

 "sahaja aku shalat sunat awwabin dua rakaat menghadap kiblat karena allah Swt"

satu hal yang perlu diingat adalah tidak boleh meniatkan shalat hifdhil iman pada shalat awwabin, walau salah satu fadhilahnya adalah memelihara iman. Pada setiap rakaat dibaca surat al-Fatihah dan al-Ikhlash sebanyak enam kali. Bila telah selesai shalat hendaklah mengangkat tangan dan berdo’a dengan penuh harap dengan do’a dibawah ini sebanyak tiga kali:

اَلّلَهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَوْدِعُكَ إِيْمَانِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَعِنْدَ مَمَاتِيْ وَبَعْدَ مَمَاتِيْ، فَاحْفَظْهُ عَلَيَّ إِنَّكَ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Artinya: Ya Allah sesungguhnya aku simpankan imanku pada-Mu dalam hidupku, ketika kematianku dan sesudah matiku. Maka peliharalah iman itu padaku. Engkau maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Yasin, kemudian membaca doa nishfu Sya’ban yang masyhur. Pada pembacaan surat Yasin kali pertama, diniatkan supaya Allah SWT memberikan keberkahan umur. Pada kali kedua, meminta keberkahan rezeki, dan pada kali ketiga berdoa agar diberikan husnul-khatimah.


Rasulullah SAW memberi kabar gembira tentang kelebihan Shalat Sunat Awwabin dengan beberapa hadis bawah ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:"مَنْ صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ سِتَّ رَكْعَاتٍ، لَمْ يَتَكَلَّمْ بَيْنَهُنَّ بِشَيْءٍ، عُدِلْنَ لَهُ عِبَادَةَ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً

“ Dari Abi Hurairah, Beliau berkata: berkata Rasulullah SAW, ‘’Siapa saja yang mengerjakan enam raka’at sembahyang setelah shalat magrib dan tidak berbicara sedikitpun diantara raka’at-raka’atnya maka akan dibalaskan kepadanya pahala dua belas tahun”.

مَنْ صَلَّى بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ عِشْرِينَ رَكْعَةً بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ.

“Siapa saja yang mengerjakan dua puluh raka’at sembahyang di antara shalat magrib dan isya maka Allah  mendirikan satu satu rumah dalam syurga untuknya”.

Rasulullah juga SAW pernah bersabda, “siapa saja yang menginginkan agar Allah memelihara imannya, maka hendaklah ia shalat dua raka’at sesudah ba’diyah maghrib kemudian membaca al-Fatihah pada tiap raka’at dan membaca al-Ikhlas 11 kali, dan al-Ma’uzataini (al-nas dan al-Falaq) satu kali”

Demikianlah sedikit penjelasan tentang Shalat sunat Awwabin. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam Bi al-Shawab.

Sumber : Beberapa kitab Figh Syafiiyyah.

 Shalat Sunnah Awwabiin

Tanya : Tolong dijelaskan mengenai shalat sunnah awwabiin ! Apakah shalat tersebut adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah shalat maghrib sebagaimana yang sering dilakukan oleh masyarakat kita ?

Jawab : Awb artinya adalah rujuk, maka awwab adalah rajja’ atau munib, yaitu orang yang banyak kembali (dari dosa dan kesalahan). Shalat awwabiin adalah shalatnya orang-orang yang taat kepada Allah ta’ala. Merujuk kembali pada apa yang ditanyakan, maka shalat sunnah awwabiin itu adalah Shalat Dluha yang dilakukan setelah terbitnya matahari hingga menjelang waktu Dhuhur. Dalil yang melandasinya adalah sebagai berikut :

Hadits Zaid bin Arqam radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :

خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم على أهل قباء وهم يصلون فقال صلاة الأوابين إذا رمضت الفصال

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar menuju orang-orang di masjid Quba’ dimana mereka sedang melaksanakan shalat. Maka beliau bersabda : “Shalat Awwabiin dilakukan saat anak-anak onta telah kepanasan” [HR. Muslim nomor 748].

Dalam riwayat Imam Ahmad dari Zaid bin Arqam radliyallaahu ‘anhu :

ان النبي الله صلى الله عليه وسلم أتى على مسجد قباء أو دخل مسجد قباء بعدما أشرقت الشمس فإذا هم يصلون فقال ان صلاة الأوابين كانوا يصلونها إذا رمضت الفصال

Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mendatangi atau memasuki Masjid Quba’ setelah matahari terbit yang ketika itu orang-orang sedang melakukan shalat. Maka beliau bersabda : “Shalat Awwabiin, mereka melakukannya saat anak onta kepanasan”. [HR. Ahmad juz 4 nomor 19366].

Dari Al-Qasim Asy-Syaibani radliyallaahu ‘anhu :

أن زيد بن أرقم رأى قوما يصلون من الضحى فقال أما لقد علموا أن الصلاة في غير هذه الساعة أفضل إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال صلاة الأوابين حين ترمض الفصال


Bahwasannya Zaid bin Arqam melihat suatu kaum yang sedang melaksanakan shalat di waktu dluha, maka ia berkata : “Tidakkah mereka mengetahui bahwasannya shalat di selain waktu ini lebih utama ?. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda : “Shalat Awwabiin dilakukan saat anak onta kepanasan”. [HR. Muslim nomor 748].

Pengingkaran Zaid bin Arqam ini bukanlah merupakan pengingkaran terhadap keberadaan shalat Dluha. Akan tetapi pengingkaran Zaid bin Arqam ini adalah agar supaya orang-orang melakukannya ketika matahari telah meninggi sehingga mereka mendapatkan pahala yang lebih besar, karena waktu pelaksanaan shalat Dluha (Shalat Awwabiin) yang paling utama adalah ketika matahari telah memanas.

Dari Abi Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata :

أوصاني خليلي بثلاث لست بتاركهن أن لا أنام إلا على وتر وأن لا أدع ركعتي الضحى فإنها صلاة الأوابين وصيام ثلاثة أيام من كل شهر

“Kekasihku telah mewasiatiku dengan tiga hal untuk tidak aku tinggalkan; yaitu : Melakukan witir sebelum tidur, tidak meninggalkan dua raka’at shalat Dluha – karena sesungguhnya ia adalah Shalat Awwabiin (shalatnya orang-orang yang taat kepada Allah) – , dan puasa tiga hari setiap bulan” [HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya nomor 1223].

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :

قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( صَلَاة الْأَوَّابِينَ حِين تَرْمَض الْفِصَال ) هُوَ بِفَتْحِ التَّاء وَالْمِيم يُقَال : رَمِضَ يَرْمَض كَعَلِمَ يَعْلَم , وَالرَّمْضَاء : الرَّمَل الَّذِي اِشْتَدَّتْ حَرَارَته بِالشَّمْسِ , أَيْ حِين يَحْتَرِق أَخْفَاف الْفِصَال وَهِيَ الصِّغَار مِنْ أَوْلَاد الْإِبِل – جَمْع فَصِيل – مِنْ شِدَّة حَرّ الرَّمَل . وَالْأَوَّاب : الْمُطِيع , وَقِيلَ : الرَّاجِع إِلَى الطَّاعَة . وَفِيهِ : فَضِيلَة الصَّلَاة هَذَا الْوَقْت . قَالَ أَصْحَابنَا : هُوَ أَفْضَل وَقْت صَلَاة الضُّحَى , وَإِنْ كَانَتْ تَجُوز مِنْ طُلُوع الشَّمْس إِلَى الزَّوَال

“Sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Shalat Awwabiin dilakukan saat anak onta kepanasan” ; yaitu dengan memfathahkan huruf ta’ dan mim. Dikatakan ramidla – yarmadlu, maka hal ini seperti kata ‘alima – ya’lamu. Makna Ar-Ramdlaa’ yaitu kerikil yang menjadi sangat panas karena terik matahari dimana saat kuku-kuku al-fishaal (yaitu anak-anak onta yang masih kecil – bentuk jamaknya adalah fashiilun) terbakar karena panasnya kerikil. Dan al-awwab adalah orang yang taat (al-muthii’). Dan dikatakan orang yang kembali kepada ketaatan. Di dalam hadits terdapat keutamaan shalat pada waktu tersebut. Para shahabat kami berkata : Ia merupakan waktu shalat dluha yang paling utama, sekalipun bolehnya melakukan sejak terbitnya matahari hingga waktu zawal (tergelincirnya matahari di tengah hari). [lihat Syarah Shahih Muslim lin-Nawawi hal. 614; Maktabah Ash-Shaid].

Kesimpulan : Shalat sunnah awwabiin adalah shalat sunnah Dluha.[1]

Semoga jawaban ini bermanfaat.

Catatan kaki :

[1] Memang ada riwayat dari Ibnul-Munkadir yang dibawakan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam Tafsir-nya secara marfu’ yang menafsirkan shalat Al-Awwabiin dengan shalat (sunnah) yang dilakukan antara Maghrib dan ‘Isya’. Riwayat tersebut adalah :

حدثنـي يونس، قال: أخبرنا ابن وهب، عن أبـي صخر حميد بن زياد، عن ابن الـمنكدر يرفعه فإنّهُ كان للأَوّابِـينَ غَفُورا قال: الصلاة بـين الـمغرب والعشاء

“Telah menceritakan kepadaku Yunus, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb, dari Abu Shakhr Humaid bin Ziyad, dari Ibnul-Munkadir secara marfu’ tentang firman Allah : “Sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat” ; yaitu : shalat sunnah antara maghrib dan ‘isya’” [lihat Tafsir Ath-Thabari QS. Al-Isra’ : 25].

Akan tetapi penafsiran ini lemah karena jelas bertentangan dengan riwayat-riwayat shahih yang datang dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.

Catatan :

Hadis dho'if beleh diamalkan
Semua yg telah di publikasi dapat dipertanggungjawabkan jawabkan, karena berasal dari beberapa kitab kuning, dan beberapa hadis nabi, memang tidak semua sumber hadis yg digunakan adalah shahih, namun hadis shahih hanya diperlukan untuk hujjah suatu hukum, sedangkan untuk fadail amal, boleh mengambil sumber dari hadis yg walau tidak shahih, selama tidak bersangatan doain. Ini termasuk ke dalam Fadail amal. Walau kami tidak menulis semua hadis tetersebut, tapi semua isi tulisan ini punya sumber yg jelas dari kitab kitab muktabarah.

Sholat Awwabin dengan ketentuan di atas sudah masyhur dikalangan ulama madzhab Syafi'i, yang mereka menrupakan ahli hadits dan fiqih terkemuka. Diantara kitab2 besar mereka antara lain, al Iqna', Hasyiah al Jamal syarh alminhaj, I'aanatut tholibin, dll menyebutkan tentang sholat ini dengan beberapa jumlah rakaatnya berdasarkan riwayat beberapa hadits Rasulullah saw.
Dalam pemahaman Ahlus sunnah, mengamalkan hadits2 dhoif untuk memperbanyak amalan2 sunnah diperbolehkan, sebagaiman perkataan al imam al muhaddits Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Author berkenaan dengan memperbanyak sholat antara Maghrib dan Isya' (sholat Awwabin) :
"Telah menunjukkan ayat2 al Quran dan Hadits2 Nabi tentang disyariatkannya memperbanyak sholat antara Maghrib dan Isya', adapun Hadits2 tersebut walaupun kebanyakan hadits lemah, tetapi hadits2 tersebut "sebagai pembangkit motifasi/penyemangat" terutama untuk amalan2 sunnah".

Berkata Rasulullah SAW pada istri beliau Aisyah :

أجرك على قدر نصبك

"Pahalamu tergantung tingkat kepayahanmu"
Berkata imam Ibnu Hajar tentang hadits ini, :bahwa pahala dan keutamaan dalam ibadah itu semakin bertambah dengan banyaknya kepayahan dalam mengamalkan"
wallahu a'lam bisshowab

SHOLAT AWWABIN

Sholatnya orang-orang yang taubat dan kembali menuju keridhaan Allah SWT.

Dilakukan di waktu antara Maghrib dan Isya’ .  Sholat ‘Awwabin dilakukan paling sedikit 2 rakaat, pertengahannya  6  rakaat, dan paling banyak 20 rakaat.


Keutamaannya :

    Allah akan menjaga imannya agar tetap dalam keadaan Islam.
    Terjaga dari mati su’ul khotimah
    Dimudahkan ketika menghadapi sakarotil maut
    Terlindungi dari adzab kubur
    Dimudahkan ketika melewati shirot
    Seperti mendapat pahala Lailatul Qodar
    Diampuni dosa-dosanya
    Dibangunkan istana di surga

NIAT SHOLAT AWWABIN :

أُصَلِّي سُنَّةَ اْلأَوَّابِيْنَ ِللهِ تَعَالَى 

 USHOLLII SUNNATAL AWWABIN LILLAAHI TA’ALAA

DOA SETELAH SHOLAT :

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَوْدِعُكَ إِيْمَانِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَعِنْدَ مَمَاتِيْ وبَعْدَ مَمَاتِيْ فَاحْفَظْ عَلَيَّ إنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ   3×

ALLOHUMMA  INNI  ASTAUDI’UKA  IMAANI  FI HAYAATI WA ‘INDA MAMAATI WA BA’DA MAMAATI  FAHFADHU ‘ALAIYYA INNAKA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QODIIR  (3X)
 “Ya Allah, Aku titipkan kepada-Mu imanku di dalam hidupku, dan ketika matiku, dan setelah matiku, maka jagalah dia untukku. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

MACAM-MACAM CARA (BENTUK) SHOLAT ‘AWWABIN

Terserah cara mana yang mau anda lakukan, semampunya.

1. Sholat 2  rakaat  setelah sholat sunnah ba’da Maghrib dan membaca di setiap rakaatnya :
surat Al Fatihah 1x  , Al Ikhlas 6x ,  Al Falaq 1x dan An Naas 1x.
Faedahnya Allah akan menjaga imannya.

2. Sholat 2 rakaat setelah sholat sunnah ba’da Maghrib setiap malam, dan membaca di setiap rakaatnya :    surat Al Fatihah, Ayat Kursi, surat Al Ikhlas, surat Al Falaq, dan An Nas masing – masing 1x kemudian  setelah  salam  ia bersholawat kepada Nabi SAW 10x dan berdoa.
Faedahnya, ia akan diamankan dari mati su’ul khotimah.

3. Sholat 2  rakaat  setelah sholat sunnah ba’da Maghrib dan membaca di setiap rakaatnya :
surat Al Fatihah, Al Qodr, Al Ikhlas 6x, Al Falaq, dan An Nas masing – masing 1x .
Faedahnya Allah akan menjaga imannya sampai hari Kiamat.

4. Sholat 2 rakaat setelah sholat Maghrib di malam Jum’at , membaca di setiap rakaatnya :
surat Al Fatihah 1x  dan  Al Zalzalah 15x.
Faedahnya, Allah akan meringankan sakarotul mautnya, diamankan dari adzab kubur, dan dimudahkan melewati shirot.

5. Sholat 4 rokaat setelah Maghrib sebelum berbicara dengan orang lain.
Faedahnya akan mendapat pahala Lailatul Qodar

6. Sholat 6 rokaat setelah Maghrib sebelum berbicara dengan orang lain.
Faedahnya diampuni dosa-doasanya, dan pahalanya menyamai ibadah 12 tahun.

7. Sholat 20 rokaat setelah Maghrib sebelum berbicara dengan orang lain.
Allah SWT akan membangunkan baginya sebuah rumah istana di surga.

DALIL HADITS DAN ATSAR SHOLAT SUNNAH AWWABIN :

1.  وَقَدْ وَرَدَ : مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَحْفَظَ اللهُ عَلَيْهِ إِيْمَانَهُ فَلْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ سُنَّةِ الْمَغْرِبِ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ سِتَّ مَرَّاتٍ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ مَرَّةً . قَالَ فِي الْمَسْلَك : فَإِذَا سَلَّمَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ بِحُضُوْرِ قَلْبٍ: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَوْدِعُكَ إِيْمَانِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَعِنْدَ مَمَاتِيْ وبَعْدَ مَمَاتِيْ فَاحْفَظْ عَلَيَّ إنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ثَلاَثًا.


2.   وَقَالَ فِيْ حَيَاةِ الْحَيَوَانِ : وَرَدَ أَنَّ مَنْ صَلَّى بَعْدَ سُنَّةِ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ كُلَّ لَيْلَةٍ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ : فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ. فَإِذَا سَلَّمَ مِنْهُمَا صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ عَشْرًا، وَقَالَ ثَلاَثًا - اَللهُمَّ أَسْتَوْدِعُكَ دِيْنِيْ فَاحْفَظْهُ عَلَيَّ فِيْ حَيَاتِيْ وَعِنْدَ مَمَاتِيْ وَبَعْدَ وَفَاتِيْ - ، أَمِنَ سُوْءَ الْخَاتِمَةِ .


3.  وَرُوِيَ عَنْ عَبْدِ الله بن عُمَرَ رَضِيَ الله تَعَالَى عَنْهُمَا أَنَّه قَالَ : قُلْتُ : يَارَسُوْلَ اللهِ عَلِّمْنِيْ شَيْئًا يَحْفَظُ اللهُ بِهِ عَلَيَّ اْلإِيْمَانَ حَتَّى أَلْـقِيَ رَبِّيْ عَزَّ وَجَلَّ ،فَقَالَ : صَلِّ كُلَّ لَيْلَةٍ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ (وفي رواية بعد سنة المغرب) قَبْلَ أَنْ تَتَكَلَّمَ ، تَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ مِنْهُمَا فَاتِحَةَ الْكِتَابِ مَرَّةً وَسُوْرَةَ الْقَدْرِ مَرَّةً وَسُوْرَةَ اْلإِخْلاَصِ سِتَّ مَرَّاتٍ وَقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مَرَّةً وَقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ للنَّاسِ مَرَّةً  وَتُسَـلِّمُ مِنْهُمَا، فَـإِنَّ اللهَ تَعَالَى يَحْفَظُ عَلَيْكَ اْلإِيْمَانَ حَتَّى تُوَافِيَ الْقِيَامَة .


4.  وَوَرَدَ مَنْ صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِيْ لَيْلَةِ الْجُمْعَـةِ رَكْعَتَيْنِ  يَقْـرَأُ فِيْ كُلٍّ مِنْهُمَا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ مَرَّةً وَاحِدَةً ، وَإِذَا زُلْزِلَت خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً، هَوَّنَ اللهُ عَلَيْهِ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ، وَأَعَاذَهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَسَّرَ لَهُ الْجَوَازَ عَلَى الصِّرَاطِ .


5. وَوَرَدَ أَيْضًا  مَنْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ  بَعْدَ الْمَغْرِبِ قَبْلَ أَنْ يُكَلِّمَ أَحَدًا رُفِعَتْ لَهُ فِيْ عِلِّيِّيْنَ وَكَانَ كَمنْ أَدْرَكَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَى .


6. وَوَرَدَ أَيْضًا مَنْ صَلَّى سِـتَّ رَكَعَاتٍ  بَعْدَ الْمَغْرِبِ قَبْلَ أَنْ يَتَكَلِّمَ غُفِرَ لَهُ بِهَا ذُنوْبُ خَمْسِيْنَ سَنَةً ، يَعْنِي الصَّغَائِرُ الوَاقِعَةُ فِيْهَا. أخرجه إبن شاهين عن أبى بكر من حديث طويل.


    وفي رواية  مَنْ صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ سِـتَّ رَكَعَاتٍ لَمْ يَتَكَلَّمْ فِيْهَا بَيْنَهُنَّ بِسُـوْءٍ عَدَلْنَ لَهُ عِبَادَةَ ثِنْتَي عَشْـرَةَ سَنَةً . رواه ابن ماجه وابن خزيمة فى صحيحه والترمذى .


7.  وَوَرَدَ : مَنْ صَلَّى بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ عِشْرِيْنَ رَكْعَةً  بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ .  رواه ابن ماجه.


Referensi :

Kitab Fathul ‘Allam bi Syarh Mursyidul Anam (fiqih syafi'i)
oleh Syech Muhammad Abdullah Al Jardany

Tidak ada komentar:

Posting Komentar