Senin, 16 Februari 2015

Usaha Pembunuhan para Ulama oleh Kaum Hanabilah yang Mujassimah

Pada artikel sebelumnya, kami telah memaparkan fakta sejarah peristiwa-peristiwa fitnah yang dimunculkan sekelompok Mujassimah yang menisbatkan diri sebagai pengikut madzhab imam Ahmad bin Hanbal. (Baca : Fitnah-Fitnah Ulama Hanabilah yang Mujassimah terhadap Ahlussunnah dan Umat Islam yang Awam)
Kami hanya menampilkan lima peristiwa fitnah mujassimah al-Hanabilah, padahal masih banyak lagi fitnah mereka yang tidak kami tulis mengingat lima fitnah itu sudah cukup menjadi ‘ibrah bagi kita dengan mengaca sejarah tersebut. Apa yang terjadi saat ini dari radikalisme kaum wahabi-salafi, sejak kemunculan Muhammad bin Abdul Wahhab adalah episode lanjutan dari fitnah kaum mujassimah terdahulu yang mengaku-ngaku pengikut madzhab Hanbali. Seandainya mereka memiliki kekuasaan yang besar bagi dunia, maka niscaya fitnah berdarah itu akan terulang kembali bagi dunia Islam meskipun fitnah-fitnah itu sudah terjadi di berbagai daerah muslimin. Maka sungguh benar sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam :

مِنْ هَا هُنَا جَاءَتِ اْلفِتَنُ، نَحْوَ اْلمَشْرِقِ، وَاْلجَفَاءُ وَغِلَظُ اْلقُلوْبِ فيِ اْلفَدَّادِينَ أَهْلُ اْلوَبَرِ، عِنْدَ أُصُوْلِ أَذْنَابِ اْلإِبِلِ وَاْلَبقَرِ فِي رَبِيْعَةْ وَمُضَرً

“Dari sinilah muncul fitnah-fitnah, dari arah Timur, (muncul) sifat kasar, dan keras hati dalam orang-orang yang sibuk mengurus unta dan sapi, kaum Baduwi, di ujung ekor-ekor unta dan sapi, dalam kaum Rabi’ah dan Mudhar.” (HR. al-Bukhari)

Dalam riwayat yang lain :

هَا إِنَّ اْلفِتْنَةَ هَهُنَا، هَا إَنَّ اْلفِتْنَةَ ههُنَا، هَا إِنَّ اْلفِتْنَةَ ههُنَا، مِنْ حَيْثُ يَطْلَعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ

“Fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan.” (HR. Muslim)

Dan kali ini kami akan menampilkan bukti fakta sejarah tindak pembunuhan yang dilakukan kaum Hanabilah dan Karomiyyah[1] yang mujassimah kepada beberapa ulama Ahlus sunnah wal Jama’ah.

1. Pembunuhan terhadap al-Imam Abu Bakar Furak al-Asy’ari.

ودعي إلى مدينة غزنة، وجرت له بها مناظرات، وكان شديد الرد على ابن كرام- المجسم – ، ثم عاد إلى نيسابور، فسم في الطريق- أي مات مسموما – ، فمات بقرب بست، ونقل إلى نيسابور، ومشهده بالحيرة يزار، ويستجاب الدعاء عنده

“Beliau diundang ke kota Guznah, dan terjadilah perdebatan di sana. Beliau orang yang sangat menentang Ibnu Karram (al-Mujassim). Kemudian kembali ke Naisabur. Lalu beliau diracun diperjalanan dan wafat dalam keadaan teracuni. Beliau wafat dekat dengan Bast, dan dipindah ke Naisabur. Masyhad (makam) beliau ada di Hirah dan diziarahi, dan terkabukkan doa di sisi makamnya “.[2]

2. Pembunuhan terhadap al-Imam al-Buuri asy-Syafi’i dan jama’ahnya.
Al-Imam Ibnul Atsir bercerita :

وفيها مات البوري الفقيه الشافعي، تفقه على محمد بن يحيى، وقدم بغداد ووعظ، وكان يذم الحنابلة، وكثرت أتباعه، فأصابه إسهال، فمات هو وجماعة من أصحابه، فقيل: إن الحنابلة أهدوا إليه حلوى فمات هو وكل من أكل منها

“Dan di tahun 567 Hijriyyah, wafatlah ulama ahli fiqih yaitu al-Buuri asy-Syafi’i. beliau belajar fiqih kepada Muhammad bin Yahya. Datang ke Baghdad dan member nasehat. Beliau telah mencela kaum Hanabilah (yang mujassimah) di dalam majlisnya dan semakin banyak pengikutnya, lalu beliau terkena sakit perut (keracunan makanan), maka beliau wafat dan beberapa pengikutnya yang bersamanya. Dikatakan bahwa kaum Hanabilah memberikan hadiah manisan kepada beliau, maka beliau wafat dan orang-orang yang ikut makan bersamanya.[3]

3. Pembunuhan terhadap al-Imam Fakhruddin ar-Razi.

وتوفى الإمام الرازى سنة 606 من الهجرة ، قيل فى سبب وفاته أنه مات مسموما ، لخلاف بينه وبين الكرامية فى أمور العقيدة حتى كفرهم فسموه ومات بسبب ذلك

“Imam Fakhruddin ar-Razi wafat tahun 606 Hijriyyah, dikatakan penyebab beliau wafat adalah karena diracun, disebabkan perseteruan antara beliau dan kaum Karomiyyah dalam perkara akidah, sehingga beliau mengkafirkan mereka dan mereka meracuni beliau hingga wafat “[4]

3. Pembunuhan terhadap syaikh Marbad bin Hamd at-Tamimi.
Beliau dibunuh di kota Raghbah saat kembali pulang dari berkunjung ke tempat syaikh ash-Shan’ani dari Shan’a. Dengan keperluan menyadarkan syaikh ash-Shan’ani tentang pujiannya kepada Muhammad bin Abdul Wahhab. Maka syaikh ash-Shan’ani sadar dan menarik kembali pujiannya tersebut.

4. Syaikh Abdullah bin Ali bin Amr Alu Rasyid al-Hanbali,
seorang pembesar ulama madzhab Hanbali. Beliau sempat mengarang kitab bantahan terhadap wahabi dengan judul “ ar-Radd al-Munif fi ar-Radd ‘ala Ali Abdil Lathif “. Dengan sebab ini lah beliau wafat dibunuh pihak Abdul Lathif.[5]

5. Hakim Uyainah, Ustman bin Mu’ammir.
Beliau tewas dibunuh oleh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya di hari Jum’at selepas sholat jum’at dan masih di dalam masjid di bulan mulia Rajab, dengan tuduhan berkhianat dan murtad. sebagaimana direkam oleh Ibn Ghannam dalam Tarikh Najdnya:
“Ketika umat Islam mengetahui hal itu (pengkhianatan Utsman), maka beberapa orang berencana membunuhnya, di antaranya Hamd bin Rasyid dan Ibrahim bin Zaid. Seusai shalat Jumat, mereka membunuh Utsman di tempat shalatnya di dalam masjid pada bulan Rajab tahun 1163 H.” [6]
Dan masih banyak lagi para ulama Ahlus sunnah yang menjadi korban pembunuhan kaum Mujassimah. Bahkan ribuan kaum muslimin pun turut serta dibunuh oleh mereka.

Ibnu Bisyr an-Najdi al-Wahhabi mengatakan :
“Di tahun 1176 H, Abdul Aziz berangkat bersama pasukan memerangi penduduk Ahsa, lalu singgah di tempat yang terkenal dengan sebutan Muthair di Ahsa. Abdul Aziz membawa tiga puluhan pasukan berkuda, menyerang Ahsa di pagi hari, berhasil membunuh tujuh puluhan penduduknya dan merampas harta yang sangat banyak.”[7]

Ibnu Ghannam al-Wahhabi mengatakan :
“Di tahun 1187 H, Abdul Aziz bersama kaum Muslimin (Wahabi) berangkat menuju kota Riyadh; menentang penduduknya suatu waktu dengan memeranginya setiap hari, sehingga kaum Muslimin (Wahabi) menguasai sebagian benteng dan menghancurkannya; menghancurkan menara-menara tingginya; dan membunuh banyak penduduknya. Dari Kaum muslimin (Wahabi) yang terbunuh 12 orang di antaranya Aqil bin Nashir dan Sulthan bin Hafitan.”[8]

Demikian sekilas dari radikalisme kaum Mujassimah dari masa ke masa hingga masa Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi. Dan mereka semua tidak bukan adalah penganut paham tajsim dan tasybih kepada Allah Ta’ala dalam akidahnya. Merasa ajaran mereka paling benar dan kelompok Islam lainnya salah dan harus dimusnahkan. Namun mereka hanyalah minoritas dari kaum muslimin mayoritas yang berakidahkan Ahlu sunnah. Sungguh banyak bahkan mayoritas Hanabilah berpaham akidah Ahlu sunnah wal Jama’ah dan rata-rata mereka adalah shufiyyah (bertawassuf).

Berikut kami akan tampilkan fakta sejarahnya : (Baca Lanjutannya : Ulama Hanabilah Berpaham Aqidah Aswaja dan Mayoritas Bertashawuf).

[1] Al-Karomiyyah adalah suatu kaum pengikut Ibnu Karram, di antara akidahnya adalah meyakini Allah berada di atas langit. Berdoa mengangkat tangan ke langit adalah bukti kuat Allah ada di langit. Mereka juga meyakini Dzat Allah memiliki materi, jisim dan anggota. Allah bersemayam di Arsy dengan semayam sentuhan. Allah memiliki batasan, arah, tempat dan ukuran. Lihat kitab al-Farq bainal Firaq dan al-Milal wa an-Nihal.
[2] Siyar A’lam an-Nubala, adz-Dzahabi : 17/215
[3] Al-Kamil fit Tarikh, Ibnul Atisr. Lihat kitab versi onlinenya di : http://www.islamicbook.ws/tarekh/alkaml-031.html
[4] Thabaqat al-Mufassirin, ad-Dawudi : 2/215 dan Wafiyat al-A’yan : 4/248
[5] Lihat kitab Raudhoh ath-Thalibin : 1/351 dan Ulama Najd, Ibnu Bassam : 5/333
[6] Tarikh Najd, 103
[7] Unwan Najd, I/90
[8] Tarikh Najd, 136

Terkait :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar