Sebelum menulis kitab tersebut, diceritakan bahwa beliau melakukan shalat istikharah dahulu selama 3 tahun, beliau meminta pertolongan kepada Allah agar dimudahkan dalam penulisannya. Maka, tak heran kitab itu menjadi salah satu rujukan tafsir yang terpercaya.
Sebenarnya nama kitab tafsir beliau adalah Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an, orang lebih mengenalnya dengan tafsir at-Thabari (Syamsuddin ad-Dzahabi w. 748 H, Siyaru A’lam an-Nubala’, hal. 11/ 168).
Imam Ibn Katsir ad-Dimasyqi (w. 774 H) menuliskan bahwa Ibnu Jarir selama 40 tahun, setiap harinya beliau menulis 40 halaman buku. Kira-kira sudah berapa halaman yang beliau tulis selama itu. (Ismail ibn Katsir w. 774 H, al-Bidayah wa an-Nihayah, hal. 11/ 165).
Selain kitab tafsir tadi, beliau menulis banyak kitab lain, diantaranya: kitab Tahdzib al-Atsar, Tarikh at-Thabari atau yang yang bernama Tarikh ar-Rusul wa al-Anbiya’ wa al-Muluk wa al-Khulafa’, dll.
Ibnu Jarir Didzalimi : Dituduh Syi'ah dan Atheis
Meski beliau seorang ulama yang diakui oleh hampir setiap generasi muslim, kitabnya selalu dibaca oleh semua kalangan sampai sekarang, ternyata ada kisah memilukan di balik kehidupan beliau. Bahkan sampai beliau wafat. Siapa yang mendzalimi beliau?
Mari kita baca ceritanya perlahan-lahan. Ibnu Katsir (w. 774 H) menyitir perkataan Abu Bakar bin Huzaimah (w. 311 H) ketika berkomentar tentang Ibnu Jarir ini:
ما أعلم على أديم الأرض أعلم من ابن جرير، ولقد ظلمته الحنابلة
"Saya tak pernah temui di bumi ini orang yang lebih alim dari Ibn Jarir, sayangnya beliau didzalimi oleh Hanabilah. (Ismail ibn Katsir w. 774 H, al-Bidayah wa an-Nihayah, hal. 11/ 166, Syamsuddin ad-Dzahabi w. 748 H, Siyaru A’lam an-Nubala’, hal. 11/ 168).Iya, beliau didzalimi oleh "oknum" di zamannya. Oknum dari para pengikut madzhab Hanbali. Bahkan sampai akhir hayat beliau. Ibnu Jarir dituduh Rafidhah dan Ilhad (atheis).
وادعوا عليه الرفض، ثم ادعوا عليه الإلحاد
"Mereka menuduh Ibnu Jarir sebagai Rafidhah, lalu menuduhnya dengan ilhad (atheis). (Izzuddin bin al-Atsir w. 630 H, al-Kamil fi at-Tarikh, hal. 6/ 677)Sungguh tuduhan yang cukup serius, Ibnu Jarir dituduh sebagai syiah rafidhah dan ilhad (atheis). Jadi tuduh-menuduh orang lain, meski orang lain itu sudah level ulama besarpun sudah ada sejak zaman dahulu. Makanya Jika sekarang kok masih ada yang suka menuduh-nuduh orang lain yang tidak sealiran dengan tuduhan Syiah, maka tidak usah kaget.
Dilarang Mengajar
Ternyata tuduhan itu tak hanya berhenti hanya tuduhan belaka. Selain dituduh, Imam Ibnu Jarir juga diboikot untuk mengajar. Hal ini sebagaimana yang ditulis oleh Imam Ibn Katsir (w. 774 H), Imam Syihabuddin ar-Rumi (w. 626 H), dan Imam ad-Dzahabi (w. 748 H).
لأن الحنابلة كانوا يمنعون أن يجتمع به أحد
"Para pengikut Hanabilah melarang orang-orang untuk berkumpul dangan Imam Ibn Jarir (Ismail ibn Katsir w. 774 H, al-Bidayah wa an-Nihayah, hal. 11/ 166).ولقد ظلمته الحنابلة؛ قال: وكانت الحنابلة تمنع [منه] ولا تترك أحدا يسمع عليه
"Para Hanabilah telah mendzalimi Imam Ibn Jarir (w. 310 H). Mereka melarang orang-orang untuk ngaji kepadanya, bahkan tak membiarkan satupun mendengarkan Imam Ibn Jarir.(Syihabuddin ar-Rumi al-Hamawi w. 626 H, Mu’jam al-Udaba’, hal. 6/ 2443)وكانت الحنابلة تمنع من الدخول عليه
"Hanabilah melarang orang untuk masuk ikut ngaji kepada Imam Ibnu Jarir Thabari.(Syamsuddin ad-Dzahabi w. 748 H, Siyaru A’lam an-Nubala’, hal. 11/ 168).Tentu sungguh hal yang kurang baik, kenapa sampai orang mau mengaji ke beliau saja dilarang.
Dikubur di Dalam Rumah
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa beliau wafat di usia 85 atau 86 tahun. Sampai wafat pun, para Hanabilah itu masih saja memboikot Imam Ibn Jarir. Sampai untuk dikubur siang hari saja dilarang.
Akhirnya, Imam Ibn Jarir at-Thabari dikuburkan di dalam rumahnya sendiri. (Ismail ibn Katsir w. 774 H, al-Bidayah wa an-Nihayah, hal. 11/ 166)
ودفن في داره لأن بعض عوام الحنابلة ورعاعهم منعوا دفنه نهارا ونسبوه إلى الرفض، ومن الجلهة من رماه بلالحاد، وحاشاه من ذلك كله
Imam Ibn Jarir at-Thabari dikuburkan di dalam rumahnya. Hal itu karena kaum awam dan kaum rendahannya Hanabilah mencegah pengkuburan Imam Ibn Jarir di siang hari. Mereka menuduh Imam Ibn Jarir at-Thabari sebagai Syiah Rafidhah, bahkan ada yang sampai menuduh atheis. Tapi itu semua tidaklah benar. (Ismail ibn Katsir w. 774 H, al-Bidayah wa an-Nihayah, hal. 11/ 166).Ulama sekelas Ibnu Jarir at-Thabari (w. 310 H) saja dituduh macam-macam, dilarang mengajar, diteror dengan dilempari rumahnya dengan batu. Sampai wafatpun untuk dikubur siang hari, masih saja dilarang. Beginikah sikap orang muslim terhadap ulama' yang berbeda pendapat?
Sebagaimana yang diungkap oleh Imam Ibn Katsir (w. 774 H), bahwa semua tuduhan itu tidaklah benar. Hasyahu min dzalika kullihi. Hanabilah Dipimpin oleh Muhammad bin Daud al-Faqih ad-Dzahiri.
Setiap gerakan awam, biasanya ada tokoh ahli yang menjadi otaknya. Begitu juga dengan gerakan tuduhan dan boikot Imam Ibn Jarir at-Thabari. Ada tokoh intelektual dibalik itu. Imam Ibn Katsir (w. 774 H) menyebutkan:
وإنما تقلدوا ذلك عن أبي بكر محمد بن داود الفقيه الظاهري، حيث كان يتكلم فيه ويرميه بالعظائم وبالرفض.
"Mereka taklid kepada apa yang dikatakan oleh Abu Bakar Muhammad bin Daud al-Faqih ad-Dzahiri. (Ismail ibn Katsir w. 774 H, al-Bidayah wa an-Nihayah, hal. 11/ 167).Adapun Imam ad-Dzahabi (w. 748 H) menyebutkan:
وكانت الحنابلة حزب أبي بكر بن أبي داود. فكثروا وشغبوا على ابن جرير. وناله أذى، ولزم بيته، نعوذ بالله من الهوى
"Hanabilah saat itu adalah kelompok dari Abu Bakar bin Abu Daud. (Syamsuddin ad-Dzahabi w. 748 H, Siyaru A’lam an-Nubala’, hal. 11/ 171).Sebenarnya disini disebutkan ada dua nama pemimpin para Hanabilah yang memboikot Imam Ibn Jarir at-Thabari saat itu; Abu Bakar Muhammad bin Daud al-Faqih ad-Dzahiri dan Abu Bakar bin Abu Daud. Hampir mirip tetapi sebenarnya itu dua nama yang berbeda orangnya. Entah mana yang benar, saya sendiri belum bisa men-tahqiq-nya.
Orang pertama, adalah Abu Bakar Muhammad bin Daud al-Faqih ad-Dzahiri (255 H- 297 H), sebagaimana yang ditulis oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, hal. 11/ 167. Beliau adalah anak dari Imam Daud ad-Dzahiri (w. 270 H). Beliau memiliki kitab al-Intishar min Muhammad bin Jarir at-Thabari.
Sedangkan orang kedua, adalah Abu Bakar bin Abu Daud (230- 316 H), sebagaimana ditulis oleh Imam ad-Dzahabi dalam Siyaru A’lam an-Nubala’, hal. 11/ 171. Beliau adalah Abdullah bin Sulaiman Asy’ats as-Sajistani, anak dari Imam Abu Daud (w. 275 H) pengarang kitab Sunan Abi Daud.
Abu Bakar Muhammad bin Daud al-Faqih ad-Dzahiri kan dari madzhab Dzahiri? Kenapa bisa bermain dan menjadi pemimpin gerakan Hanabilah di zaman itu? Entah Dzahiri yang menunggangi Hanabilah, atau memang Hanabilah saat itu mirip-mirip dengan Dzahiri. Atau memang Dzahiri itu tak jauh beda dengan Hanabilah? Memang kita kadang susah membedakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar