Kamis, 12 Februari 2015

Kenapa dan Ada apa ya dengan Sifat 20 ?

Sungguh orang orang yang membaca dengan sepintas aqidah ahlussunnah Asy'ariyah akan mendapati bahwa mereka meringkas sifat sifat Allah pada 20 sifat saja dan terkadang orang orang yang di hatinya ada penyakit langsung menyimpulkan bahwa mereka menafikan selain yang 20 sifat, maka di sini saya akan menjelaskan sifat sifat Allah menurut pandangan Madhab sunni Asyariyah generasi awal maupun akhir.

Ketahuilah bahwa sifat yang di sandarkan pada Allah itu terbagi dua:

[1]. Sifat dzatiyah yang wajibPara ulama mutakallimin sunni setelah melihat nas nas muhkamat yang ada dalam Alquran dan sunnah menetapkan 20 sifat, yang pokoknya adalah 7 sifat maani yaitu ilmu,hayat,sama.bashor,kalam .qudrot,irodat,juga sifat maknawiyah lalu di tambah dengan sifat nafsiyah yaitu wujud dan sifat salabiyah yang lima yaitu qidam,baqo,mukholafah lilhawadis,qiyamuhu binafsih dan wahdaniyat.

maka sifat dzatiyah ini tidak terpisah dari dzat Allah dengan qodim dan azalinya Allah dan semua sifat itu sudah di ketahui maknanya secara jelas dan sudah di jelaskan oleh Rasul saw pada umat dan wajib secara akal dan naql adanya pada dzat Allah,dan barang siapa tidak mengetahui yang dua puluh sifat ini,maka akan menyebabkan tidak mengetahui pada yang di sifatiNya yaitu Allah.

Berkata Syaikh said Romdon al buthi dalam kitabnya kubro al yaqiniyat 108:

يجب أن تعلم في كلمة جامعة مجملة أن الله عز وجل متصف بكل صفات الكمال ومنزه عن جميع صفات النقصان إذ إن ألوهيته تستلزم اتصافه بالكمال المطلق لزوماً بيناً بالمعنى الأخص

ثم إن علينا بعد ذلك أن نقف على تفصيل أهم هذه الصفات، ونبين معناها وما تستلزمه من أمور ومعتقدات. وقد وصف الله تعالى نفسه في كتابه الكريم بصفات كثيرة مختلفة إلا أن جزئيات هذه الصفات كلها تلتقي ضمن عشرين صفة رئيسية ثبتت بدلالة الكتاب وبالبراهين القاطعة

:Wajib mengetahui dengan kalimah yang global/mujmal bahwa sesungguhnya Allah di sifati dengan seluruh sifat kesempurnaaan dan di sucikan dengan seluruh sifat kekurangan,karena ketuhananNya melazimkann\Nya di sifati dengan sifat kesempurnaan secara mutlak dengan kelaziman yang jelas dan dengan makna husus.
kemudian wajib pada kita untuk mengetahui rincian sifat sifat yang penting dari seluruh sifat sifat ini,dan menjelaskan maknanya yang lazim dari perkara perkara aqidah,dan Allah telah mensifati dalam kitabnya dengan sifat sifat yang banyak dan berbeda beda,tetapi juz juz sifat sifat itu semuanya tercakup dalam 20 sifat sebagai pokok dan di tetapkan dengan dalil dan bukti yang qot'i.

jadi jelas sifat Allah bukan cuma 20 sifat tapi banyak,yang 20 sifat hanyalah ringkasan dari keseluruhan sifat dengan penetapan dalil yang muhkamat dan qot'i.

Sebagaimana di jelaskan oleh para ulama Asy'ariyah bahwa sifat wajib bagi Allah bukan cuma 20 sifat.

dalam syarah Jauharot tauhid karya Syaikh muhammad adib al kailani 1/274:

(وقبل الكلام على " وجوب الوجود " نبين أنه يجب لله تعالى - على الإجمال - كل كمال، وينزه عن كل نقصان، ويجوز في حقه فعل كل ممكن وتركه، وعلى التفصيل يجب لله تعالى عشرون صفة قسمها العلماء - ابتغاء التعرف إليها على أنها أمهات ما يجب لله تعالى- إلى أربعة أقسام


; dan sebelum membahas terhadap wajibnya sifat wujud,kami terlebih dahulu menjelaskan bahwa wajib bagi Allah secara garis besar seluruh sifat kesempurnaan dan di sucikan dari setiap sifat kekurangan dan bebas baginya melakukan setiap hal yang mumkin atau meninggalkannya,dan secara rinci wajib baginya 20 sifat yang di bagi oleh ulama pada 4 bagian,tujuannya untuk memperkenalkan bahwa itu inti / pokok sifat yang wajib bagi Allah.

Dan telah berkata Al imam Al alamah al hud hudi dalam syarah sanusiyyah as sugro 45-46 ketika mensyarahi perkataan perkataan as sanusi (فممّا يجب لمولانا جل وعز عشرون صفة):

(من بمعنى بعض فهي للتبعيض أي من بعض ما يجب، لأن صفات مولانا جل وعز الواجبة له لا تنحصر في هذه العشرين، إذ كمالاته لا نهاية لها، ولم يكلفنا الله إلا بمعرفة ما نصب لنا عليه دليلاً وهي هذه العشرون، وتفضل علينا بإسقاط التكليف بما لم ينصب لنا عليه دليلاً) اهـ


:Lafad min [huruj khofad] itu bermakna tab'idiyah [faidah untuk sebagian dari keseluruhan] yakni dari sebagian sifat yang wajib,karena sifat tuhan kita yang wajib itu tidak terbatas dalam 20 sifat saja,karena kesempurnaannya tidak ada batasnya,dan allah tidak memerintahkan kita kecuali sifat yang di tegakkan dengan dalil yaitu 20 sifat dan Allah mengasihi kita dengan menggugurkan perintah dari mengetahui sifat yang tidak tegak padaNya dalil [qot'i]

Dan perkataan ulama Asyariyah dalam hal ini sangat banyak,dan apa yang telah ana nuqilkan itu cukup sebagai penjelasan bagi yang salah faham,maka madhab asyariyah dan maturidiyah bukanlah menafikan [muattil] terhadap sifat dan juga bukan yang mentasybihkan Allah dengan mahluk,tetapi justru mereka menetapkan setiap sifat allah yang di tetapkan secara aqal ataupun naql dari semua sifat kesempurnaan dan di sucikannya Allah dari sifat sifat kurang dan baru.

untuk lebih jelas,kita saksikan perkataan ulama Berikut ini:

berkata Imam As sanusi dalam syarh Al wustho:

( اختلف في أشياء وردت في الشرع مضافة لله تعالى، وهي الاستواء واليدوالعين والوجه، بعد القطع بتنزهه تعالى عن ظواهرها المستحيلة عقلا إجماعا،فقال الشيخ أبو الحسن الأشعري: إنها أسماء لصفات تقوم بذاته تعالى، زائدة علىالصفات الثمانية السابقة، والسبيل إلى إثباتها عنده السمعُ لا العقل، ولهذا تسمىعلى مذهبه: صفات سمعية، والله تعالى أعلم بحقيقتها )

telah berbeda pendapat [ikhtilaf] dalam lafad2 yang di sandarkan kepada Allah seperti lafad istiwa,yad,aen,wajah setelah memastikan dgn qot'i akan sucinya Allah dari dhahirnya lafad2 itu,karena mustahil secara aqal dan ijma, mka berkata Imam Al asyari: sesungguhnya itu [sifat khobariyah] adalah nama2 untuk sifat yang berdiri pada dzat Allah SWT yang merupakan tambahan atas delapan sifat [wujud-irodat] yang telah di sebutkan,dan jalan isbat [menetapkan] nya adalah secara sam'i [sbgmn terdengarnya saja] bukan secara aqal, oleh karena itu lafad2 seperti itu dalam madhabnya di sebut sifat sam'iyyat: [sifat yang terbatas pada apa yang di dengar dari Al quran-Al hadis],dan Allah yang tau haqiqatnya.

[2]. Sifat as sam'iyat
[Sifat yang terbatas pada apa yang di dengar dari Al quran-Al hadis] atau di kenal dengan sifat khobariyah,seperti sifat wajh,yad,ain dan yang semisalnya,maka ini masuk pada nutasyabihat dan pengetahuan tentangnya kembali pada masalah waqof dalam ayat ;tidak ada yang mengetahui takwil [makna lainnya] kecuali Allah dan Orang orang yang mendalam ilmunya [Al imran:7 ]

Bagian kedua ini bisa di lihat dalam perkataan ulama Asyari awal yaitu Imam Ibnu faurok [w 406 H] Dalam kitab mujarod almaqolat Al asyari hal 40:

فأما ما يثبت من طريق الخبر , فلا يُنكر –أي الإمام الأشعري- أن يرد الخبربإثبات صفات له تُعتقد خبراً , وتطلق ألفاظها سمعاً , وتحقق معانيها على حسبما يليق بالموصوف بها , كاليدين والوجه والجنب والعي

لأنها فينا : جوارح , وأدوات , وفي وصفه نعوت وصفات , لما استحال عليهالتركيب , والتأليف , وأن يوصف بالجوارح والأدوات

Dan adapun sifat2 yang di tetapkan dgn jalan khobar, Maka ia [imam asyari] tdk mengingkari untuk mendatangkan khobar dgn isbat [menetapkan] sifat yang di itiqodkan sebagai khobar dan juga di ucapkan lafadnya sbgmn yang di dengar dan di tetapkan maknanya dgn sesuatu yang layak utk [mausuf] yang di sifati' dgn sifat tsbt, seperti dua tangan,wajah,pinggang,mata, karena semua itu ketika di sandarkan pada kami itu bermakna anggota tubuh dan alat, dan dalam mensifati ALLAH itu semua adalah sifat-sifat semata, karena mustahil bagi Allah adanya tersusun dan mustahil jg di sifati dgn organ dan alat".

berkata Imam As sanusi dalam syarh Al wustho:

( وأما الشيخ الأشعري فاعتمد في إثبات هذه الصفات ـ أي السمعية ـ علىظواهر من القرآن؛ أمّا الاستواء فاحتج على ثبوته بقوله تعالى: ﴿عَلَى الْعَرْشِاسْتَوَى﴾[طه:5] فقال: الاستواء بمعنى الاستقرار والتمكن والجلوس مستحيلٌعقلًا وإجماعاً، وتأويله بالاستيلاء على العرش بالقدرة يوجب أن لا يكونلتخصيص العرش بذلك فائدة ؛ إذ سائر الممكنات تماثل العرش في ذلك، فوجبأن يحمل الاستواء على صفة تليق به جل وعز، والله تعالى أعلم بحقيقتها

Dan ada pun Imam Al asy'ari dalam menetapkan sifat2 ini yakni sifat sam'iyyat, pada dhohir lafadnya saja sebagaimana dalam Al quran, dalam menetapkan sifat istiwa,ia berhujjah dgn ayat عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى [toha 5], lalu ia berkata: istiwa dgn makna istiqror; menetap dan tamakun: menempat dan julus; semayam itu mustahil secara aqal dan ijma, dan juga mentakwilnya dgn istiila;menguasai atas arasnya dgn kuasanya itu melazimkan tdk adanya faidah dalam menentukan arasy dgn istiwa, karena semua ciptaan semitsal dgn Aras dalam hal itu, maka wajib membawa istiwa kepada makna sifat yang layak bagi Allah jalla wa azza dan Allah lbh tau hakikatnya.

Dan berkata Imam An nafrawi dalam alfawakih ad dawani:

- طريق أبي الحسن الأشعري إمام هذا الفن أنها أسماء لصفات قائمة بذاته تعالىزائدة على صفات المعاني الثمانية أو السبعة التي هي العلم والقدرة والإدراك على القول به ونحو ذلك من بقيتها ، والدليل عنده على ثبوتها السمع لورودها إمافي القرآن أو السنة لذلك تسمى على مذهبه صفات سمعية


:pertama jalan abul hasan Al Asyari imam dalam fan ini,bahwa lafad2 itu adalah nama utk sifat yang berdiri pada dzat Allah swt halnya sebagai tambahan dari sifat2 ma'ani yang delapan atau tujuh, yakni sifat ilmu,qudroh,idrok sbgmn pndpt orang yang mengatakan adanya sifat itu, dan juga sifat semisalnya dari sisa sifat maani tsbt, dan adapun dalil atas isbat sifat2 tsbt adalah sam'iyyat karena datang dalam alquran atau pun al hadits,oleh karena itu dalam madhabnya ada sifat2 yang di namai dgn sifat sam'iyyat.

Jadi jelas bahwa madhab al asyari di samping menetapkan sifat dzat yang 20 juga menetapkan siffat sam'iyat atau khobariyah.

Kemudian para ulama berbeda pendapat dalam konsep sifat sam'iyat ini,berkata al alamah al baki dalam syarah al hajibiyah sebagaimana dalam syarah al ihya 2/181:

"اختلف أهل السنة في اتصاف الباري تعالى بهذه الصفات التي ظاهرها محال على ثلاثة أقوال, الأول: قول السلف إنها هي صفات زائدة على السبع الله أعلم بحقائقها،وهي أحد قولي الأشعري، وهو قول مالك، وإليه يشير الإمام أحمد بقوله: (الآيات المتشابهات خزائن مقفلة حلها تلاوتها الثاني: كلها مجازات يدل بها على تلك الصفات الثمانية عقلا وسمعا، وهذا قول 

الحذاق من الأشاعرة. الثالث: الوقف، وهو اختيار صاحب: "المواقف" و "المقترح

:Telah berbeda pendapat ulama Ahlus sunnah dalam mensifati Allah dengan sifat sifat [sam'iyat] ini [yang mana dhahirnya mustahil bagi Allah],kepada tiga kelompok:
1.pendapat salaf bahwa semua sifat itu adalah tambahan atas tujuh sifat dan Allah yang tau hakikatnya,ini adalah salah satu pendapat Imam asy'ari,dan ini juga pendapat Imam malik,dan dengannya telah isyarah imam ahmad dengan perkataannya: ayat ayat mutasyabihat adalah gudang yang terkunci,membukanya adalah cukup membacanya.
2. Semua sifat sifat [samiyat] adalah majaz yang menunjukan dengannya sifat yang delapan [sifat ilmu, qudroh, irodah, hayat, sama, basor, kalam,[idrok menurut maturidi],ini adalah pendapat ahli nadhor madhab asy ariyah.
3. tawaquf [diam] ini adalah pilihan yang memilki kitab al mawaqif dan almuqtarih.

kemudian beliau berkata:

ثم أهل التأويل اختلفوا على طريقتين:

الأول: طريق الأقدمين كابن فورك، بحملها على مجازاتها الراجعة إلى الصفات الثابتة غقلا.

الثاني: طريق المتأخرين، وهي التي كانت مركوزة في قلوب السلف قبل دخول العجمة برد هذه المتشابهات إلى التمثيل الذي يقصد به تصور المعاني العقلية بإبرازها في الصور الحسية قصدا إلى كمال البيان"انتهى

Kemudian ahli takwil terbagi dua:
1.jalan ulama asyariyah terdahulu seperti Imam ibnu faurok,dengan membawa makna makna majaz yang kembali kepada sifat yang tetap secara aqal
2. jalan ulama mutakhirin yakni yang telah di rumuzkan di hati salaf sebelum datangnya ajam [orang luar arab] dengan mengembalikan sifat sifat nutasyabihat kepada perumpamaan dengan maksud menerapkan makna makna secara aqal dengan nampaknya makna dalam bentuk hissi [fisik] ,dengan tujuan menyempurnakan penjelasan.

TANYA JAWAB

Ada pertanyaan dari kaum wahabi yang membagi tauhid menjadi 3, Kenapa para asy'ariyah membatasi sifat Allah cuma 20 sifat, padahal Allah maha sempurna dan punya macam2 sifat seperti tauhid mereka yang ke 3 yaitu tauhid asma washshifat ? Kenapa ya ?

Jawaban :
Maksud 20 sifat di atas adalah sifat yang wajib tidak boleh tidak harus ada pada zat Allah, yang sudah tidak berubah-ubah lagi, itu adalah sifat zatiah Allah. Adapun dalam AlQur'an banyak ayat yang menyatakan sifat Allah seperti Aziz, Rahman, Rahim, Hakim, Mutakabbir, Jabbar, Halim, Khabir, dll. Ini adalah sifat-sifat yang harus ada pada zat Allah tergantung kehendak/irodah Allah mau membagaimanakan makhluqNya dengan sifat-sifat itu, misalnya jika Allah menyayangi makhluqNya, maka ia memakai sifat RahmanNya, jika menyiksa makhluqNya maka ia memakai sifat JabbarNya,jadi selain yang 20 sifat dan selain sifat sam'iyyat,itu masih dalam cakupan sifat irodah Allah,oleh karena itu slain sifat 20 yang dipakai oleh para asy'ariyah, maka itu tidak di masukkan pada sifat yang wajib pada zat Allah, Karena sifat2 tersebut bisa berubah-ubah sesuai kehendak/irodah Allah.
Contohnya sifat Allah Rahmaan, jikalau sifat rahman ini wajib pada zat Allah, maka Allah akan wajib menyayangi semua makhluqNya, tidak akan menurunkan azab kepada kaum bani israil seperti yang ada dalam cerita-cerita di AlQur'an, Contohnya lagi sifat Rahim, jikalau sifat ini masuk dalam sifat wajib pada zat Allah, maka wajib bagi Allah menyayangi semua hambaNya nanti diakhirat, dan memasukkan mereka semua ke dalam surga.

 Sifat Allah yg selain 20 sifat yang saya tulis di atas adalah sifat-sifat yang masuk dalam kategori jaa-iz, Karena lawan nya itu bukan dari sifat kekurangan, tapi sifat kemuliaan dan kesempurnaan, Contohnya sifat halim Allah kepada hambaNya, itu bisa nanti di ganti dengan sifat jabbar Allah, di sebabkan hambaNya banyak bermaksiat, Adapun sifat 20 di atas adalah sifat yang udah tidak berubah-ubah lagi, karena itu tauhid asy'ari lebih bagus dari tauhid yang lainnya.
Jadi 20 sifat di atas itu adalah yang WAJIB pada zat Allah, Adapun sifat-sifat Allah dalam alquran itu adalah sifat yg tidak wajib bagi Allah. ,Allah tdk wajib menyayangi semua makhluqNya, Al halim, Allah tidak wajib sobar kepada smua makhluqNya.

وبالله التوفيق

Semoga bermanfaat

Catatan :
Sifat ma'ani yaitu sifat yang ada pada dzat Allah yang sesuai dengan kesem-purnaan Allah. Sedang sifat ma'nawiyah adalah sifat yang selalu tetap ada pada dzat Allah dan tidak mungkin ada ketika Allah tidak bersifat demikian.

Sebagai contoh: Kalau dinyatakan bahwa Allah itu bersifat "qudrah” yang berarti "maha kuasa”, maka sifat ini disebut sifat "ma'ani”, artinya mungkin pada suatu ketika Allah itu tidak lagi Maha Kuasa.

Nah qodiron itu maknanya man yattasifu bilquroh:sesuatu yang di sifati dengan qudrot,nah di sifati dgn qudroh itu kan terkadang tdk selamanya,maka setelah dinyatakan "kaunuhu Qadiran”, dan sifat ini adalah sifat "ma'nawiyah”, maka artinya adalah: Keadaan Allah itu selalu Maha Kuasa, sehingga tidak mungkin pada suatu ketika tidak Maha Kuasa.

Ini ada juga pembahasan Sifat 20 yang insya Allah mudah dimengerti:
Baqo’ (Kekal)

Allah itu Baqo’ (Kekal). Tidak mungkin Allah itu Fana’ (Binasa).
Allah sebagai Tuhan Semesta Alam itu hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus makhluk ciptaannya. Jika Tuhan itu Fana’ atau mati, bagaimana nasib ciptaannya seperti manusia?

“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati…” [Al Furqon 58]

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” [Ar Rahman:26-27]

Karena itu jika ada “Tuhan” yang wafat atau mati, maka itu bukan Tuhan. Tapi manusia biasa.

Hikmah: Jika kita mencintai Allah yang Maha Kekal dan selalu ada dan menjadikanNya teman serta pelindung, niscaya kita akan tetap sabar meski kehilangan segala yang kita cintai.

Wahdaaniyah (Esa)

Allah itu Wahdaaniyah (Esa/Satu). Mustahil Allah itu banyak (Ta’addud) seperti 2, 3, 4, dan seterusnya.

Allah itu Maha Kuasa. Jika ada sekutuNya, maka Dia bukan yang Maha Kuasa lagi. Jika satu Tuhan Maha Pencipta, maka Tuhan yang lain kekuasaannya terbatas karena bukan Maha Pencipta.

”Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu” [Al Mu’minuun:91]

Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” [Al Ikhlas:1-4]

Oleh karena itu, ummat Islam harus menyembah Tuhan Yang Maha Esa/Satu, yaitu Allah. Tidak pantas bagi ummat Islam untuk menyembah Tuhan selain Allah seperti Tuhan Bapa, Tuhan Anak, Roh Kudus. Tidak pantas juga bagi ummat Islam untuk menyembah 3 Tuhan di mana satu adalah yang Menciptakan, satu lagi yang merusak, dan terakhir yang memelihara.

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An Nisaa’:48]

Hikmah: Tidak mempersekutukan Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar