Jumat, 31 Oktober 2014

Istilah yang Dipakai Kelompok Radikal Banyak Mengecoh Anak Muda

Istilah-istilah keagamaan yang dimaksud adalah semisal penegakan syari’ah, kewajiban berjihad, perlawanan kepada thagut dan kebangkitan lagi kejayaan khilafah.
Jika disampaikan dalam konteks yang tidak pas, istilah-istilah tersebut akan memicu perilaku radikal.

Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama atau Munas-Konbes NU yang diselenggarakan di Jakarta Sabtu-Ahad (1-2/10/2014) besok antara lain akan menyoroti penggunaan istilah agama yang tidak pas. Beberapa istilah dinilai memicu perilaku radikal terutama di kalangan anak muda yang sedang belajar agama.

Hal tersebut akan dibahas dalam Komisi Rekomendasi Munas-Konbes NU. Istilah-istilah keagamaan yang dimaksud adalah semisal penegakan syari’ah, kewajiban berjihad, perlawanan kepada thagut dan kebangkitan lagi kejayaan khilafah. Jika disampaikan dalam konteks yang tidak pas, istilah-istilah tersebut akan memicu perilaku radikal.

“Istilah-istilah itu banyak mengecoh anak-anak muda umat Islam yang sedang mencari jati diri dan merasakan banyak problem sosial seperti kemiskinan, kesenjangan antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, kemunduran negara-negara Islam dibandingkan negara-negara Barat, ketidakadilan dan maraknya kemaksiatan,” kata Ketua Tim Perumus Komisi Rekomendasi, H Masduki Baidlawi.

Menurut Wakil Sekjen PBNU itu, NU melalui Munas Alim Ulama kali ini akan mengajak umat Islam di Indonesia untuk bersama-sama melakukan penangkalan terhadap masuknya paham-paham radikal seperti itu dengan melakukan pendampingan kepada anak-anak muda dan memberikan pemahaman mengenai berbagai aspek ajaran agama Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam. 
Munas dan Konbes NU rencananya akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo, Sabtu (1/11) besok, dan dtutup oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada keesokan harinya. Munas diikuti perwakilan 33 wilayah NU, sementara acara pembukaan juga mengundang beberapa tokoh lintas ormas dan agama serta para pejabat pemerintahan. (A. Khoirul Anam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar