Rabu, 15 Oktober 2014

Jidadnya hitam apakah tanda bekas sujud?

Sering saya jumpai di beberapa pengajian yang para jamaahnya terlihat memiliki tanda 'hitam' di dahinya, seolah mereka memiliki tanda kesalehan ibadah. benarkah tanda hitam tersebut sebagai bekas dari ibadah? Busthomi, sby

Jawaban:
Allah Swt berfirman yang artinya:
سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
"tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (QS al Fath:29).

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
"Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dia (orang-orang beriman), adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keredhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka, dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang disebut) dalam Taurat, dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia, dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir, (dengan kekuatan orang-orang beriman). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar." (QS al Fath:29) – (QS.48:29)

Namun, yang dimaksud 'tanda' disini bukan tanda hitam di dahi seperti yang dijumpai saat ini, sebagaimana riwayat berikut ini:

عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ: مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللهِ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟
(رواه البيهقي في السنن الكبرى رقم 3698)
“Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut. Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku (Ibnu Umar) telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

Begitu pula:

عَنْ حُمَيْدٍ هُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: كُنَّا عِنْدَ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ إِذْ جَاءَهُ الزُّبَيْرُ بْنُ سُهَيْلِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فَقَالَ قَدْ أَفْسَدَ وَجْهَهُ وَاللهِ مَا هِىَ سِيمَاءُ وَاللهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ عَلَى وَجْهِى مُذْ كَذَا وَكَذَا، مَا أَثَّرَ السُّجُودُ فِى وَجْهِى شَيْئًا
(رواه البيهقي في السنن الكبرى رقم 3701)
“Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat keda-tangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).

Maksud dari ayat diatas diantaranya dijelaskan oleh Syaikh ash-Shawi:

{قوله سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ} اخْتُلِفَ فِي تِلْكَ السِّيْمَا فَقِيْلَ اِنَّ مَوَاضِعَ سُجُوْدِهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُرَى كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَقِيْلَ هُوَ صَفْرَةُ الْوُجُوْهِ مِنْ سَهْرِ اللَّيْلِ وَقِيْلَ الْخُشُوْعُ الَّذِي يَظْهَرُ عَلَى اْلاَعْضَاءِ حَتَّى يُتَرَاءَى اَنَّهُمْ مَرْضَى لَيْسُوْا بِمَرْضَى وَلَيْسَ الْمُرَادُ بِهِ مَا يَصْنَعُهُ بَعْضُ الْجَهَلَةِ الْمُرَائِيْنَ مِنَ الْعَلاَمَةِ فِي الْجَبْهَةِ فَاِنَّهُ مِنْ فِعْلِ
الْخَوَارِجِ
(حاشية الصاوي على الجلالين ج 4 ص 89)
“Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (al-Fath: 29). Para ulama berbeda pendapat mengenai makna ‘tanda-tanda’ tersebut. Ada yang mengatakan bahwa tempat sujud mereka di hari kiamat akan seperti rembulan di malam purnama. Ada yang mengatakan pucatnya wajah karena tidak tidur di malam hari karena ibadah. Ada yang mengatakan sebagai kekhusyukan yang ada pada anggota tubuh sehingga terlihat sakit, padahal mereka tidak sakit. Dan yang dimaksud ayat diatas bukanlah apa yang dibuat-buat sebagain orang bodoh yang suka pamir, yaitu tanda di jidat, sebab itu adalah perbuatan kelompok Khawarij” (Tafsir ash-Shawi 4/89)

Sumber via Aswaja NU Center Jatim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar