Senin, 13 April 2015

Tata Caranya Shalat Istikharah

Istikharah bermakna meminta kebaikan. Shalat istikharah adalah shalat yang di lakukan untuk memohon petunjuk dari Allah tentang hal yang harus di tempuh ketika terjadi keraguan untuk melakukan satu perkara.

Landasan shalat istikharah adalah hadits riwayat Imam Bukhari :

كان رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يعلمنا الاستخارة في الأمور كلها كما يعلمنا السورة من القرآن يقول إذا هم أحدكم بالأمر فليركع ركعتين من غير الفريضة، ثم ليقل اللهم إني أستخيرك بعلمك وأستقدرك بقدرتك وأسألك من فضلك العظيم فإنك تقدر ولا أقدر وتعلم ولا أعلم وأنت علام الغيوب اللهم إن كنت تعلم أن هذا الأمر خير لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري، أو قال عاجل أمري وآجله فاقدره لي ويسره لي، ثم بارك لي فيه، اللهم وإن كنت تعلم أن هذا الأمر شر لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري، أو قال عاجل أمري وآجله فاصرفه عني واصرفني عنه واقدر لي الخير حيث كان، ثم أرضني به وفي رواية، ثم رضني به ويسمي حاجته


Artinya: Adalah Rasulullah SAW mengajarkan kami shalat istikharah pada semua perkara sebagaimana beliau mengajarkan kami satu surat dari al-Quran. Beliau berkata “Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa …(membaca doa istikharah)..(H.R. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda :

مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ كَثْرَة اسْتِخَارةُ الله - تَعَالَى - وَرِضَاؤُهُ بِمَا قَضَى الله - تَعَالَى - لَهُ ، وَمِنْ شَقَاوَةِ ابْنِ آدَمَ تَرْكُهُ اسْتِخَارَة الله - تَعَالَى - وَسَخَطُهُ بِمَا قَضَى الله – تَعَالَى


Artinya: sebagian dari tanda kebahagian anak Adam adalah melakukan istikharah kepada Allah dan ridha dengan ketentuan Allah baginya, dan sebagian tanda celaka anak Adam adalah meninggalkan istikharah kepada Allah dan murka kepada ketentuan Allah baginya (H. R. Imam Turmizi)

shalat istikharah tidak di tuntut dalam memilih untuk melakukan hal wajib dan sunat dan juga untuk meninggalkan hal yang haram dan makruh. Shalat isktikharah hanya di lakukan untuk memilih dalam hal-hal yang mubah atau hal sunat yang timbul keraguan mana yang lebih baik di kerjakan dahulu atau hal wajib yang mukhaiyar seperti apakah melaksanakan ibadah haji tahun ini atau tahun depan. [1]
Setelah shalat istikharah dengan izin Allah akan terbuka hatinya untuk memilih salah satu dengan kemantapan hati. Namun bila belum juga ada kemantapan hatinya maka di lanjutkan shalat istikharahnya sampai beberapa kali minimal di ulangi doa saja, sebaiknya sampai tujuh kali. Kemudian silahkan memilih perkara yang lebih awal tergores dalam hati kita (bukan harus dapat isyarat lewat mimpi), Insya Allah hal tersebut adalah yang baik. Kalaupun hatinya juga tidak mantap kepada salah satu perkara maka pilihlah satu satu perkara yang telah di cita-citakan tersebut dengan bertawakal kepada Allah. Insya Allah dengan barakah shalat istikharah, pilihan tersebut merupakan perbuatan yang baik. [2] Jika memang yang jadi pilihannya tadi dipersulit, maka berarti pilihan tersebut tidak baik untuknya. Namun jika memang pilihannya tadi adalah baik untuknya, pasti akan Allah mudahkan.

Yang lebih utama shalat istikharah di lakukan secara khusus dengan niat istikharah kemudian di lanjutkan dengan doa istikharah. Minimal shalat istikharah dua rakaat dan di laksanakan kapan saja asalkan bukan dalam waktu makruh shalat.

Imam Nawawi mengatakan bahwa shalat sunat istikharah ini juga bisa hasil dengan melaksanakan shalat sunat yang lain, misalnya shalat sunat rawatib, shalat tahiyyatul mesjid, ataupun shalat sunat lainnya dengan di sertai niat istikharah. [3]

Bila shalat istikharah secara khusus, pada rakaat pertama di baca al-Kafirun dan pada rakaat ke dua di baca surat al-ikhlash.[4] Menurut sebagian ulama sunat di baca dalam rakaat pertama ayat 68-71 surat al-Qashash ;

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (68) وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ (69) وَهُوَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْحَمْدُ فِي الْأُولَى وَالْآخِرَةِ وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (70)


sedangkan dalam rakaat kedua sunat di baca surat al-Ahzab ayat 36

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا


kedua ayat di atas sesuai dengan keadaan shalat istikharah. [5]

Doa shalat istikharah.

Doa shalat istikharah di baca setelah shalat atau di baca dalam shalat pada sujud yang terakhir atau setelah tasyahud [6] yaitu sebagaimana dalam hadits di atas :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي


Artinya: “Ya Allah, aku memohon petunjuk kepadaMu dengan ilmuMu dan aku memohon ketentuan daripadaMu dengan kekuasaanMu dan aku memohon daripadaMu akan limpah kurniaanMu yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa sedangkan aku tidak berkuasa dan Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkaulah Yang Maha Mengetahu segala perkara yang ghaib. Ya Allah, seandainya dalam ilmuMu bahwa urusan ini (sebutkan..) adalah baik bagiku pada agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku, takdirkanlah ia bagiku dan permudahkanlah serta berkatlah bagiku padanya dan seandainya seandainya dalam ilmuMu bahwa urusan ini (sebutkan..) mendatangkan keburukan bagiku pada agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku, jauhkanlah aku daripadanya dan takdirkanlah yang terbaik bagiku kemudian ridhailah aku dengannya”

kemudian setelah doa tersebut, di sebutkan hajatnya.

=====================================================

1.  Sulaiman Bujairimi, Hasyiah Bujairimi ‘ala Khatib jilid 1 hal 428 Dar Fikr
2. Nawawi a-Bantani, Nihayatuz Zain hal 106 Dar Fikr
3. Zakaria al-Anshari, Asnal Mathalib syarhm Raudh Thalib jilid 1 hal 205 4. Dar Kitab Islamy, asy-Syarqawi, Hasyiah Syarqawi ‘ala Tahrir jiloid 1 hal 300 Dar Fikr
5. Nawawi al-Bantani, Nihayatuz Zain hal 180 Dar Fikr
6. Zakaria al-Anshari, Asnal Mathalib jilid 1 hal 207 Dar Kitab Islamy
    asy-Syarqawi, Hasyiah Syarqawi ‘ala Tahrir jiloid 1 hal 300 Dar Fikr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar