Senin, 13 April 2015

Sedekahnya sekali Pahalanya 700 kali


Dalam surat al baqoroh ayat 261 Allah ta'ala berfirman :

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.  Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. "

Imam al qurtuby dalam kitab jami'nya mengatakan bahwa ayat ini lafadznya menjelaskan terntang perumpamaan kemuliyaan dan kebaikan bersedekah fi sabilillah, dalam ayat ini juga terdapat motivasi agar kita bersedekah.

Sedangkan imam ibnu katsir menjelaskan bahwa ayat ini merupakan perumpamaan yg lebih fasih bagi jiwa daripada penyebutan langsung dengan angka 700, dalam ayat juga terdapat isyarat bahwa amalan2 kebaikan oleh Allah akan di tumbuhkan bagi pemiliknya sebagaimana tanaman yg tumbuh bagi orang yg menyebarkan benihnya di tanah yg baik.

Imam ibnu katsir juga menyebutkan adanya riwayat dari Nabi shollallohu alaihi wasallam tentang pelipatgandaan pahala kebaikan sampai 700 kali, diantaranya :
Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
" barang siapa menafkahkan satu nafakoh yg lebih di jalan Allah maka pahalnya 700 kali lipat "
(HR An Nasa'i)

Dari ibnu mas'ud -semoga Allah meridhoinya- berkata :

"Ada seorang lelaki datang kepada Rasululloh shollallohu alaihi wasallam dengan membawa seekor unta yang diikatkan hidungnya -semacam kendali untuk kuda, lalu ia berkata: "Ini untuk sabilillah."
Kemudian Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda: "Engkau akan memperoleh besok pada hari kiamat sebanyak 700 ekor unta yang semuanya juga diikat hidungnya seperti ini."
(HR.Muslim)

*Sedekah dilakukan dengan terang2an maupun secara sembunyi2 keduanya sama2 baiknya, namun yg afdhol adalah secara sembunyi2 :

Allah Ta’ala berfirman :

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 271).

*Termasuk dalil afdholnya sedekah secara sembunyi2 adalah sedekah yg tangan kiri tidak tahu kalo tangan kanannya sedang bersedekah, sebagaimana keterangan hadis ttg tujuh orang pada hari kiyamat mendapatkan naungan dari Allah salah satunya adalah :

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ

" Seseorang yang bersedekah lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya. "
(HR.Bukhori dan Muslim)

Rasululloh shollallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya sedekah secara rahasia bisa meredam murka Rabb [Allah] tabaroka wa ta’ala.”
(HR. ath-Thabrani )

2. Tips sedekah secara rahasia.

Ketika kita sedang berbelanja ke pasar, toko atau tempat perbelanjaan lainnya, dan saat itu kita tahu bahwa jika barang yg akan kita beli jika di tawar dengan harga tertentu maka akan dijual kepada kita,
namun pada saat spt itu barang tsb tidak kita tawar dan langsung kita beli sesuai harga yg di tawarkan oleh penjualnya,
maka saat itulah sebenarnya kita sedang bersedekah secara rahasia, yaitu sedekah yg tangan kiri tdk tahu bahwa tangan kanan sedang bersedekah.
(ini adalah Tips dari guru saya dulu waktu sedang ngaji kitab bulughul marom)

3. Bonus Ngintip

Kisah unik yg perlu dicontoh.
"Ke Nggading berapa, Kang?" Mbah Zainal Abidin Munawwir, Krapyak, menawar becak.
"Monggo mawon. Terserah panjenengan, Mbah", tukang becak pasrah karena sudah kenal.
"Nggak bisa! Sampeyan harus kasih harga!"
"Yah... seribu, Mbah". Itu harga yang cukup lazim waktu itu, walaupun sedikit agak mahal.
"Lima ratus ya!"
Tukang becak nyengir,
"Masih kurang, Mbah..."
"Enam ratus!"
Tukang becak masih nyengir.
"Ya sudah... tujuh ratus!"
Tukang becak sungkan membantah lagi dan mempersilahkan Mbah Zainal naik.
Sampai tempat tujuan, Mbah Zainal mengulurkan selembar uang ribuan tapi menolak kembaliannya.
Tukang becak bengong.
"Kalau tadi kita sepakat seribu, aku cuma dapat pahala wajib", kata Mbah Zainal,
"kalau begini ini kan yang tiga ratus jadi shodaqohku".

wallohu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar