Senin, 20 April 2015

Dua belas perbedaan madzhab dalam wudhu

DUA BELAS PERBEDAAN PENDAPAT IMAM MADZHAB DALAM MASALAH WUDHU
PERTANYAAN :
Asslamu'alaikum wr wb. Afwan asatidz saya ingin bertanya apa perbedaan imam 4 mazhab perihal tentang wudhu ?? Mohon jawabannya.. afwan asatidz wa asatidzah mohon jawabannya karena ini untuk bahan presentasi saya di mata kuliah perbandingan mazhab saya faham perihal wudhu mazhab yang lain tapi untuk mazhab yang lain saya tidak tahu..  maksudnya saya faham perihal wudhu mazhab syafi'I tapi untuk mazhab yang lain saya tidak tahu, afwan sebelumnya. Syukron jazakallah khoiron katsiron.

JAWABAN :
Wa'alaikumussalam, berikut kami kutipkan dari kitab Bidayatul Mujtahid Ibnu Rusydy 12 perbedaan pendapat  imam madzhab dalam masalah wudhu :

1. Perbedaan pertama tentang masalah syarat, yaitu niat wudhu.

Para ulama' berbeda pendapat apakah niat termasuk syarat sah wudhu atau tidak ?menurut madzhab syafi'i, malik, ahmad, abu tsaur dan dawud niat termasuk syarat sahnya wudhu.sedangkan menurut yg lannya yaitu abu hanifah dan sas tsaury, niat tidak termasuk syarat sahnya wudhu.

perbedaan pendapat ini sebabnya adalah wudhu ini masuknya ibadah mahdhoh (maknanya tdk bisa di jangkau akal) seperti sholat dan selainnya, ataukah ibadah ma'qulah makna (maknanya bisa dijangkau akal) seperti membasuh najis.kalau ibadah mahdhoh maka ulama' sepakat bahwa setiap ibadah mahdhoh membutuhkan niat, sedangkan wudhu bisa menyerupai keduanya (mahdhoh dan ma'qulah makna) karena wudhu mengumpulkan antara ibadan dan kebersihan, oleh sebab itulah terjadi perbedaan ini.

- kitab bidayatul mujtahid ibnu rusydy. (1/12)

المسألة الأولى من الشروط

[ نية الوضوء ]

اختلف علماء الأمصار هل النية شرط في صحة الوضوء أم لا ؟ بعد اتفاقهم على اشتراط النية في العبادات لقوله تعالى : ( وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين ) ولقوله - صلى الله عليه وسلم - " إنما الأعمال بالنيات " الحديث المشهور . فذهب فريق منهم إلى أنها شرط ، وهو مذهب الشافعي ومالك وأحمد وأبي ثور وداود .

وذهب فريق آخر إلى أنها ليست بشرط ، وهو مذهب أبي حنيفة والثوري .

وسبب اختلافهم تردد الوضوء بين أن يكون عبادة محضة ( أعني : غير معقولة المعنى ، وإنما يقصد بها القربة فقط ) كالصلاة وغيرها ، وبين أن يكون عبادة معقولة المعنى كغسل النجاسة ، فإنهم لا يختلفون أن العبادة المحضة مفتقرة إلى النية ، والعبادة المفهومة المعنى غير مفتقرة إلى النية ، والوضوء فيه شبه من العبادتين ، ولذلك وقع الخلاف فيه ، وذلك أنه يجمع عبادة ونظافة ، والفقه أن ينظر بأيهما هو أقوى شبها فيلحق به .

2. Perbedaan kedua tentang membasuh kedua telapak tangan

Para ulama' berbeda pendapat tentang membasuh kedua tangan sebelum memasukkannya kedalam wadah air utk wudhu, menurut sebagian ulama' bahwa memasukkan tangan kedalam cawan termasuk sunnah wudhu secara mutlak walaupun diyakini sucinya tangan, ini adalah pendapat masyhur madzhab malik dan as syafi'i,

waqila hukumnya mustahab bagi yg ragu2 tentang suci tdknya tangan, ini juga riwayat dari imam malik.

waqila membasuh tangan hukumnya wajib bagi orang yg baru bangun dari tidur , ini adalah pendapatnya dawud dkk.

waqila , diperinci antara tidur malam dan tidur siang, jika bangun dai tidur malam maka wajib jika bangun dari tidur siang maka tdk wajib, ini adalah pendapatnya imam ahmad.

jadi ada 4 pendapat :1. sunnah secara mutlak 2. sunnah bagi yg ragu2 kesucian tangannya3. wajib bagi yg baru bangun dari tidur4. wajib bagi yg baru bangun tidur malam, bukan tidur siang.

sebab perbedaan ini adalah dalam memahami makna yg tsabit dari hadis Nabi riwayat abu hurairoh , Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :" Bila salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya hendaklah dia mencuci kedua tangannya sebelum memasukkannya ke dalam wadah air. Karena kalian tidak tahu dimana tangannya semalam. "dalam satu riwayat :" maka basuhlah tiga kali "

- kitab bidayatul mujtahid (1/13)

المسألة الثانية من الأحكام

[ غسل الكفين ]

اختلف الفقهاء في غسل اليد قبل إدخالها في إناء الوضوء ، فذهب قوم إلى أنه من سنن الوضوء بإطلاق ، وإن تيقن طهارة اليد ، وهو مشهور مذهب مالك والشافعي . وقيل : إنه مستحب للشاك في طهارة يده ; وهو أيضا مروي عن مالك . وقيل : إن غسل اليد واجب على المنتبه من النوم ، وبه قال داود وأصحابه . وفرق قوم بين نوم الليل ونوم النهار ، فأوجبوا ذلك في نوم الليل ولم يوجبوه في نوم النهار ، وبه قال أحمد ، فتحصل في ذلك أربعة أقوال : قول : إنه سنة بإطلاق ، وقول : إنه استحباب للشاك ، وقول : إنه واجب على المنتبه من نوم ، وقول : إنه واجب على المنتبه من نوم الليل دون نوم النهار .

والسبب في اختلافهم في ذلك اختلافهم في مفهوم الثابت من حديث أبي هريرة أنه - عليه الصلاة والسلام - قال : " إذا استيقظ أحدكم من نومه فليغسل يده قبل أن يدخلها الإناء ، فإن أحدكم لا يدري أين باتت يده " وفي بعض رواياته " فليغسلها ثلاثا " .

3. Perbedaan yang ketiga masalah madhmadhoh /berkmur dan istinsyaq/ menghirup air kedalam hidung.

Perbedaan inia da 3 pendapat :
1. keduanya termasuk sunnah wudhu, ini adalah pendapatnya imam malik, as syafi'i dan abu hanifah
2. keduanya fardhu, ini adalah pendapatnya ibnu abi laila dan segolongan kawan2nya dawud.
3. istinsyaq termasuk fardhu sedangkan madhmadhoh adaalh sunnah, ini adalah pendapatnya abu tasur, abu ubaidah dan segolongan ulama' ahli dhohir.

- kitab bidayatul mujtahid (1/14)

المسألة الثالثة من الأركان

[ المضمضة والاستنشاق ]

اختلفوا في المضمضة والاستنشاق في الوضوء على ثلاثة أقوال : قول : إنهما سنتان في الوضوء ، وهو قول مالك والشافعي وأبي حنيفة، وقول : إنهما فرض فيه ، وبه قال ابن أبي ليلى وجماعة من أصحاب داود ، وقول : إن الاستنشاق فرض والمضمضة سنة ، وبه قال أبو ثور وأبو عبيدة وجماعة من أهل الظاهر

4. Perbedaan ke empat masalah batasan wajah

Para ulama' sepakat bahwa membasuh wajah secara global termasuk fardhunya wudhu , perbedaan mereka ada dalam 3 tempat:
1. tentang membasuh putih-putih yg berda diantara telinga dan athi2 (rambut tepi pipi yg berhadapan dengan telinga)
2. tentang membasuh rambut yang menjuntai dari jenggot.
3. tentang mensela selai jenggot.

Pendapat yang masyhur dalam madzhab malik bahwa putih2 yg berada diantara athi2 dan telinga bukanlah termasuk bagian wajah, waqila dalam madzhab ini dibedakan antara amrod dan orang yg mempunyai jenggot.menurut abu hanifah dan imam syafi'i bahwa putih2 tersebut termasuk wajah.adapun rambut yg menjutai dari jenggot maka menurut imam malik wajib mururul ma' pada rambut tsb, menurut abu hanifah tidak wajib, begitu juga menurut salah satu qoulnya imam syafi'i.sebab perbedaan mereka dalam kedua masalah ini adalah samarnya nama wajah dalam dua tempat ini.

Adapun mensela selai jenggot maka menurut imam malik tidaklah wajib, begitu pula menurut imam hanafi dan imam syafi'i dalam maslah wudhu.sedangkan menurut abdul hakim (ashabnya malik) mensela selai jenggot hukumnya wajib.penyebab perbedaan ini adalah perbedaan mereka tentang sahih dan tidaknya atsar yg telah datang dalam masalh ini.dan kebanyakan atsar yg ada tidaklah shohih sedangkan atsar yg shohih dalam cara wudhunya nabi tdk menyebutkan mensela selai jenggot.

- kitab bidayatul mujtahid (1/14)

المسألة الرابعة من تحديد المحال
[ غسل الوجه ]

اتفق العلماء على أن غسل الوجه بالجملة من فرائض الوضوء لقوله تعالى : ( فاغسلوا وجوهكم ) واختلفوا منه في ثلاثة مواضع : في غسل البياض الذي بين العذار والأذن ، وفي غسل ما انسدل من اللحية ، وفي تخليل اللحية .

فالمشهور من مذهب مالك أنه ليس البياض الذي بين العذار والأذن من الوجه ، وقد قيل في المذهب بالفرق بين الأمرد والملتحي ، فيكون في المذهب في ذلك ثلاثة أقوال .

وقال أبو حنيفة والشافعي : هو من الوجه .

وأما ما انسدل من اللحية ، فذهب مالك إلى وجوب إمرار الماء عليه ، ولم يوجبه أبو حنيفة ولا الشافعي في أحد قوليه .

وسبب اختلافهم في هاتين المسألتين : هو خفاء تناول اسم الوجه لهذين الموضعين ( أعني : هل يتناولهما أو لا يتناولهما ) وأما تخليل اللحية :فمذهب مالك أنه ليس واجبا ، وبه قال أبو حنيفة والشافعي في الوضوء ، وأوجبه ابن عبد الحكم من أصحاب مالك ، وسبب اختلافهم في ذلك اختلافهم في صحة الآثار التي ورد فيها الأمر بتخليل اللحية ، والأكثر على أنها غير صحيحة ، مع أن الآثار الصحاح التي ورد فيها صفة وضوئه - عليه الصلاة والسلام - ليس في شيء منها التخليل .

5. Perbedaan ke lima tentang batasan membasuh kedua tangan

Para ulama' sepakat bahwa membasuh kedua tangan dan kedua lengan bawah termasuk fardhunya wudhu ' sebab friman Allah :"dan tanganmu sampai siku "para ulama' berbeda pendapat tentang siku, apakah masuk di basuh atau tidak ?menurut jumhur, malik, as syafi'i dan abu hanifah berpendapat masuk dibasuh.menurut ahli dhohir , sebagian ashab malik akhir dan at tobary bahwa siku tdk masuk dalam membasuh.

Sebab perbedaan mereka adalah makna isytirok yg ada dalam huruf jer ila yg bermakna sampai , dan juga masalah nama yad /tangan dalam kalam arab.huruf ila kadang dalam kalam arab menunjukkan makna puncak/sampai dan terkadang beramakna ma'a /bersama, dan yad/tangan dalam kalam arab ada 3 makna :
1. telapak tangan saja
2. telapk tangan dan lengan bawah.
3. telapak tangan, lengan bawah dan lengan atas.

- kitab bidayatul mujtahid (1/15)

المسألة الخامسة من التحديد

[ غسل اليدين ]

اتفق العلماء على أن غسل اليدين والذراعين من فروض الوضوء لقوله تعالى : ( وأيديكم إلى المرافق ) واختلفوا في إدخال المرافق فيها ; فذهب الجمهور ومالك والشافعي وأبو حنيفة إلى وجوب إدخالها ، وذهب بعض أهل الظاهر وبعض متأخري أصحاب مالك والطبري إلى أنه لا يجب إدخالها في الغسل .

والسبب في اختلافهم في ذلك : الاشتراك الذي في حرف ( إلى ) وفي اسم اليد في كلام العرب ، وذلك أن حرف ( إلى ) مرة يدل في كلام العرب على الغاية ، ومرة يكون بمعنى ( مع ) واليد أيضا في كلام العرب تطلق على ثلاثة معان على الكف فقط ، وعلى الكف والذراع ، وعلى الكف والذراع والعضد .

6. Perbedaan ke enam masalah batasan mengusap kepala

Para ulama' sepakat bahwa mengusap kepala termasuk fardhunya wudhu, perbedaan mreka pada kadar yang mencukupi dalam mengusap kepala.menurut imam malik wajib mengusap seluruh kepala.menurut syafi'i, sebagian ashabnya malik dan bau hanifah bahwa mengusap sebagian saja yg fardhu.

Ashab malik yg dimaksud sebagian adalah sepertiga, ada yang berpendapat dua pertiga. abu hanifah berpendapat seper empat . sedangkan imam syafi'i tidak memberi batasan tentang mengusap ini.

Sebab perbedaan mereka adalah makna isytirok pada huruf jer ba' dalam kalam arab, terkadang ba' itu hanya huruf tambahan dan terkadang bermakna tab'id atau sebagian.

- kitab bidayatul mujtahid (1/15)

المسألة السادسة من التحديد

[ مسح الرأس ] اتفق العلماء على أن مسح الرأس من فروض الوضوء ، واختلفوا في القدر المجزئ منه . فذهب مالك إلى أن الواجب مسحه كله ، وذهب الشافعي وبعض أصحاب مالك وأبو حنيفة إلى أن مسح بعضه هو الفرض ، ومن أصحاب مالك من حد هذا البعض بالثلث ، ومنهم من حده بالثلثين ، وأما أبو حنيفة فحده بالربع ، وحد مع هذا القدر من اليد الذي يكون به المسح ، فقال : إن مسحه بأقل من ثلاثة أصابع لم يجزه . وأماالشافعي فلم يحد في الماسح ولا في الممسوح حدا .

وأصل هذا الاختلاف الاشتراك الذي في الباء في كلام العرب ، وذلك أنها مرة تكون زائدة مثل قوله تعالى : ( تنبت بالدهن ) على قراءة من قرأ " تنبت " بضم التاء وكسر الباء من " أنبت " ، ومرة تدل على التبعيض مثل قول القائل : أخذت بثوبه وبعضده ، ولا معنى لإنكار هذا في كلام العرب ( أعني كون الباء مبعضة ) وهو قول الكوفيين من النحويين .

7. Perdedaan ke tujuh masalah hitungan, yaitu mengulangi tiga kali

Para ulama' sepakat bahwa yang wajib dalam mensucikan anggota yang dibasuh adalah sekali ketika sempurna, sedngkan dua kali dan tiga kali adalah hukumnya sunnah sebab ada hadis yg shohih dari Nabi shollallohu alaihi wasallam.perbedaan mereka adalah dalam masalah mengusap kepala, apakah mengulangi mengusap kepala termasuk fadhilah atau tidak ?menurut ima syaf'i bahwa orang yg wudhu dengan tiga kali tiga kali maka mengusap kepalanya juga tiga kali, sedangkan kebanyakan fuqoha' berpendapat bahwa mengusap itu tdk terdapat fadhilah dalam pengulangannya.

- kitab bidayatul mujtahid (1/16)

المسألة السابعة من الأعداد

[ التثليث في الوضوء ]

اتفق العلماء على أن الواجب من طهارة الأعضاء المغسولة هو مرة مرة إذا أسبغ ، وأن الاثنين والثلاث مندوب إليهما ، لما صح " أنه - صلى الله عليه وسلم - توضأ مرة مرة وتوضأ مرتين مرتين وتوضأ ثلاثا ثلاثا " ولأن الأمر ليس يقتضي إلا الفعل مرة مرة ( أعني الأمر الوارد في الغسل في آية الوضوء ) واختلفوا في تكرير مسح الرأس هل هو فضيلة أم ليس في تكريره فضيلة .

فذهب الشافعي إلى أنه من توضأ ثلاثا ثلاثا يمسح رأسه أيضا ثلاثا ، وأكثر الفقهاء يرون أن المسح لا فضيلة في تكريره ; وسبب اختلافهم في ذلك اختلافهم في قبول الزيادة الواردة في الحديث الواحد إذا أتت من طريق واحد ولم يروها الأكثر ، وذلك أن أكثر الأحاديث التي روي فيها أنه توضأ ثلاثا ثلاثا من حديث عثمان وغيره لم ينقل فيها إلا أنه مسح واحدة فقط .

8. Perbedaan kedelapan masalah mengusap serban

Para ulama' berbeda pendapat dalam mengusap serban, imam ahmad, abu tsaur, qosim bin salam dan segolongan ulama' membolehkannya, sedangkan segolongan ulama' diantaranya imam syafi'i dan abu hanifah melarangnya.sebab perbedaan mereka adalah perbedaan mereka dalam mengamalkan atsar yg datang dalam masalah ini, yaitu hadisnya mughiroh bahwa Rasululloh shollallohu alaihi wasallam mengusap ubun2nya dan serbannya .dan juga qiyas dengan masalah khuf.

Yang melarang karena hadisnya tdk shohih, menyelisihi dhohirnya ayat ttg wudhu dan karena tidak mashur amalan tsb

- kitab bidayatul mujtahid (1/17)

المسألة الثامنة من تعيين المحال

[ المسح على العمامة ]

اختلف العلماء في المسح على العمامة ، فأجاز ذلك أحمد بن حنبل وأبو ثور والقاسم بن سلام وجماعة ، ومنع من ذلك جماعة منهم مالك والشافعيوأبو حنيفة ، وسبب اختلافهم في ذلك اختلافهم في وجوب العمل بالأثر الوارد في ذلك من حديث المغيرة وغيره " أنه - عليه الصلاة والسلام - مسح بناصيته وعلى العمامة " وقياسا على الخف ، ولذلك اشترط أكثرهم

لبسهما على طهارة ، وهذا الحديث إنما رده من رده ، إما لأنه لم يصح عنده ، وإما لأن ظاهر الكتاب عارضه عنده ( أعني الأمر فيه بمسح الرأس ) وإما لأنه لم يشتهر العمل به عند من يشترط اشتهار العمل فيما نقل من طريق الآحاد وبخاصة في المدينة على المعلوم من مذهب مالك أنه يرى اشتهار العمل ، وهو حديث خرجه مسلم ، وقال فيه أبو عمر بن عبد البر : إنه حديث معلول ، وفي بعض طرقه أنه مسح على العمامة ولم يذكر الناصية ، ولذلك لم يشترط بعض العلماء في المسح على العمامة المسح على الناصية ، إذ لا يجتمع الأصل والبدل في فعل واحد .

9. Perbedaan ke sembilan masalah mengusap kedua telinga

Para ulama' bebeda pendapat dalam masalh ini, apakah termasuk sunnah atau fardhu ?apakah memakai air yg baru atau tidak ?

Menurut jama'ah dari sahabatnya imam malik bahwa mengusap kedua telinga hukumnya wajib dan menggunakan air yg baru, dan menurut madzhab malik bahwa kedua telinga termasuk bagian kepala.

Menurut abu hanifah dkk bahwa membasuh kedua telinga termasuk fardhu tapi kedua telinga ini di usap bersamaan dengan kepala dengan air yg satu.

Menurut imam syafi'i mengusap kedua telinga hukumnya sunnah dan memakai air yang baru

Sebab perbedaan mereka adalah tentang perbedaan mereka dalam masalah atsar yang datang (yaitu mengusapnya Nabi kedua telinganya), apakah atsar tersebut termasuk tambahan sehingga di masukan kedalam sunnah, ataukah penjelasan maka di masukan kedalam wajib ? ulama' yang berpendapat tambahan maka dimasukkan kedalam sunnah sebagaimana madhmadhoh.

Sedangkan sebab perbedaan mereka tentang memakai air yang baru atau tidaknya karena kedua telinga ini masih diperselisihkan apakah dia termasuk anggota tersendiri secara dzatnya sebagai anggota wudhu ataukah kedua telinga termasuk kepala.

- ktab bidayatul mujtahid (1/18)

المسألة التاسعة من الأركان

[ مسح الأذنين ]

اختلفوا في مسح الأذنين هل هو سنة أو فريضة ، وهل يجدد لهما الماء أم لا ؟ فذهب بعض الناس إلى أنه فريضة ، وأنه يجدد لهما الماء ، وممن قال بهذا القول جماعة من أصحاب مالك ، ويتأولون مع هذا أنه مذهب مالك لقوله فيهما : إنهما من الرأس .

وقال أبو حنيفة وأصحابه : مسحهما فرض كذلك إلا أنهما يمسحان مع الرأس بماء واحد .

وقال الشافعي : مسحهما سنة ، ويجدد لهما الماء . وقال بهذا القول جماعة أيضا من أصحاب مالك ; ويتأولون أيضا أنه قوله لما روي عنه أنه قال : حكم مسحهما حكم المضمضة .

وأصل اختلافهم في كون مسحهما سنة أو فرضا : اختلافهم في الآثار الواردة بذلك ، ( أعني مسحه - عليه الصلاة والسلام - أذنيه ) هل هي زيادة على ما في الكتاب من مسح الرأس فيكون حكمهما أن يحمل على الندب لمكان التعارض الذي يتخيل بينها وبين الآية إن حملت على الوجوب ، أم هي مبينة لمجمل الذي في الكتاب فيكون حكمهما حكم الرأس في الوجوب ، فمن أوجبهما جعلها مبينة لمجمل الكتاب ، ومن لم يوجبهما جعلها زائدة كالمضمضة ، والآثار الواردة بذلك كثيرة ، وإن كانت لم تثبت في الصحيحين فهي قد اشتهر العمل بها .

وأما اختلافهم في تجديد الماء لهما : فسببه تردد الأذنين بين أن يكونا عضوا مفردا بذاته من أعضاء الوضوء ، أو يكونا جزءا من الرأس . وقد شذ قوم فذهبوا إلى أنهما يغسلان مع الوجه ، وذهب آخرون إلى أنه يمسح باطنهما مع الرأس ويغسل ظاهرهما مع الوجه ، وذلك لتردد هذا العضو بين أن يكون جزءا من الوجه أو جزءا من الرأس ، وهذا لا معنى له مع اشتهار الآثار في ذلك بالمسح ، واشتهار العمل به . والشافعي يستحب فيهما التكرار كما يستحبه في مسح الرأس .

10. Perbedaan kesepuluh masalah kedua kaki

Para ulama' sepakat bahwa kedua kaki termasuk bagian anggota wudhu, mereka berbeda pendapat masalah macamnya cara pensucian kedua kaki, menurut jumhur ulama' pensuciannya adalah dengan di basuh, menurut lainnya bahwa fardhunya adalah di usap,dan yg lain lagi berpendapat boleh di basuh dan boleh di usap.

Sebab perbedaan mereka adalah adanya pebedaan qiro'ah dalam ayat wudhu :
1. wa arjulakum dibaca nashob athof terhadap yg di basuh.
2. wa arjulikum di baca jer athof pada yg di usap.jika di baca nashob berarrti jelas di basuh sedangkan di baca jer jelas di usap sebagaimana jelasnya dalam masalah membasuh.

- kitab bidayatul mujtahid (1/18)

المسألة العاشرة من الصفات

[ غسل الرجلين ]

اتفق العلماء على أن الرجلين من أعضاء الوضوء ، واختلفوا في نوع طهارتهما ، فقال قوم : طهارتهما الغسل ، وهم الجمهور ، وقال قوم : فرضهما المسح ، وقال قوم : بل طهارتهما تجوز بالنوعين : الغسل والمسح ، وإن ذلك راجع إلى اختيار المكلف ، وسبب اختلافهم القراءتان المشهورتان في آية الوضوء : أعني قراءة من قرأ ( وأرجلكم ) بالنصب عطفا على المغسول ، وقراءة من قرأ : ( وأرجلكم ) بالخفض عطفا على الممسوح ، وذلك أن قراءة النصب ظاهرة في الغسل ، وقراءة الخفض ظاهرة في المسح كظهور تلك في الغسل ، فمن ذهب إلى أن فرضهما واحد من هاتين الطهارتين على التعيين إما الغسل وإما المسح ذهب إلى ترجيح ظاهر إحدى القراءتين على القراءة الثانية ، وصرف بالتأويل ظاهر القراءة الثانية إلى معنى ظاهر القراءة التي ترجحت عنده ; ومن اعتقد أن دلالة كل واحدة من القراءتين على ظاهرها على السواء ، وأنه ليست إحداهما على ظاهرها أدل من الثانية على ظاهرها أيضا جعل ذلك من الواجب المخير ككفارة اليمين وغير ذلك ، وبه قال الطبري وداود .

11. Perbedaan ke sebelas masalah tartib dalam af'al wudhu'

Para ulama' berbeda pendapat mengenai wajibnya tartib af'alnya wudhu terhadap urutan ayat, menurut ashab malik, abu hanifah, ats tsauri dan dawud bahwa tartib hukumnya sunnah.sedangkan menurut imam syafi'i, ahmad dan abu ubaid bahwa tartib hukumnya wajib.

- kitab bidayatul mujtahid (1/19)

المسألة الحادية عشرة من الشروط

[ ترتيب أفعال الوضوء ]

اختلفوا في وجوب ترتيب أفعال الوضوء على نسق الآية . فقال قوم : هو سنة ، وهو الذي حكاه المتأخرون من أصحاب مالك عن المذهب ، وبه قالأبو حنيفة والثوري وداود . وقال قوم : هو فريضة ، وبه قال الشافعي وأحمد وأبو عبيد .

12. Prbedaan ke dua belas masalah muwalah / berkelanjutan.

Menurut imam malik bahwa muwalah termasuk fardhu jika ingat dan mampu, dan bisa gugur jika lupa, dan jika ingat tapi udzur selama jaraknya tdk keterlaluan.menurut imam syafi'i dan abu hanifah bahwa muwalah tidak termasuk wajibnya wudhu.

Perebdaan ini sebabnya adalah isytiroknya makna huruf athofwawu.

- kitab bidayatul mujtahid (1/19)

المسألة الثانية عشرة من الشروط

[ الموالاة في أفعال الوضوء ] اختلفوا في الموالاة في أفعال الوضوء ، فذهب مالك إلى أن الموالاة فرض مع الذكر ومع القدرة ; ساقطة مع النسيان ومع الذكر عند العذر ما لم يتفاحش التفاوت . وذهب الشافعي وأبو حنيفة إلى أن الموالاة ليست من واجبات الوضوء .

والسبب في ذلك الاشتراك الذي في الواو أيضا ، وذلك أنه قد يعطف بها الأشياء المتتابعة المتلاحقة بعضها على بعض ، وقد يعطف بها الأشياء المتراخية بعضها عن بعض . وقد احتج قوم لسقوط الموالاة بما ثبت عنه - عليه الصلاة والسلام - " أنه كان يتوضأ في أول طهوره ويؤخر غسل رجليه إلى آخر الطهر "

Wallohu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar