Minggu, 22 Desember 2013

Seekor Semut Mengajariku

Seekor Semut Mengajariku Perkataan seekor semut ketika Nabi Sulaiman ‘alayhissalam beserta pasukannya akan melintas,

 يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ

“Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” {QS. An-Naml: 18.}

Mendahulukan Solusi Praktis.
Orang yang mengamati cerita seekor semut yang ada dalam ayat di atas sesungguhnya ia tidak cukup memperingatkan saja, tetapi memberikan solusi praktis yang menghibur bangsanya dari kelelahan berpikir tentang jalan keluar dari keadaan sulit. Seperti perkataannya,

“Masuklah kalian ke dalam sarang-sarang kalian”,

dia tidak melepas teriakan peringatan dan puas dengan tindakan ini, tetapi ia memberi mereka solusi praktis. Yaitu masuk ke dalam lubang, semut ini juga menemukan solusi yang tepat karena jika mereka melarikan diri ke setiap penjuru di permukaan tanah maka mereka akan melewatkan kesempatan untuk melarikan diri dari langkah kaki-kaki pasukan tentara yang datang. Maka ia memberikan solusi mudah dan cepat sesuai dengan sifat semut dan potensi mereka.

Sejatinya memberikan solusi praktis untuk ummat adalah hal yang besar yang dibutuhkan oleh semua da’i, sebuah pekerjaan mudah menasehati manusia dan mendorong mereka untuk iman dan taat serta komitmen terhadap hokum-hukum Allah, tapi itu saja tidak cukup, kita harus menawarkan solusi praktis di samping solusi iman.

Media massa mempunyai peran dalam mempromosikan citra negatif.

Da’i tidak memiliki solusi praktis sebagaimana mereka menemukannya pada kelompok sekuler.

Dalam salah satu film kuno terkenal, seorang pencuri yang terpaksa melarikan diri dari kondisi sulit yang dialaminya, dan membuatnya menjadi seorang penjahat. Dia berlindung kepada seorang syeikh yang sedang beribadah di sudut musholla, dan memintanya untuk memberikan solusi dari masalah yang dialaminya.

Tiba-tiba syeikh itu memberikan pertanyaan yang tidak lebih dari “berwudhu’ dan sholat”.

Media massa ini ingin menyebarkan keputusasaan dalam hati orang-orang bahwa para da’i kebenaran tidak menyelesaikan krisis melainkan dengan berdo’a dan membaca Al-Quran saja.

Ini bukan ajaran Nabi Muhammad shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam, tidak pula ajaran para shahabatnya yang mulia.

Umar rodhiyallaahu ‘anhu telah meriwayatkan bahwa ia melihat unta yang mengidap penyakit kulit, maka Umar bertanya kepada mereka, “apa yang telah kalian perbuat untuk mengobati unta ini?

” Mereka mengatakan, “Kami mendo’akannya.”

Umar mengatakan, “Buatlah bersama do’a itu sesuatu berupa tetesan obat.

” Untuk para da’i kepada Allah seharusnya berinteraksi aktif dengan masyarakat dan tidak hanya bicara sebatas teori saja. Tetapi menggenapkannya dengan memberikan solusi praktis, jadi jika seorang da’i berbicara tentang pekerjaan dan nilainya dalam Islam, dan penolakannya terhadap pengangguran.

Ia harus mengusulkan kepada praktisi pengangguran sebuah solusi praktis yang tercermin dalam usulan proyek kecil yang mudah diakses orang. Ini adalah metode Islam yang benar dalam menangani masalah orang-orang di masyarakat muslim, seperti ini aku diajarkan oleh semut itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar