Rabu, 25 Desember 2013

Hukum Menyembelih Hewan hingga Terpotong Kepalanya

Tanya:
Apa hukum menyembelih hingga terpotong kepalanya?
Apakah qurbannya sah?
dan apakah sembelihannya halal?

Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Yang lebih afdhal, kita tidak memotong secara sengaja kepala binatang yang disembelih sampai dia betul-betul mati. Beberapa ulama menilai makruh memotong anggota badan hewan yang disembelih sampai dia benar-benar telah mati.

Diantara ulama yang memakruhkan adalah Atha, Amr bin Dinar, Imam Malik dan Imam as-Syafii.

Hanya saja, hukum makruh di atas berkaitan dengan teknis menyembelih. Artinya hal itu tidak mempengaruhi status keabsahan ibadah qurban dan kehalalan binatang yang terpotong kepalanya ketika menyembelih.

Imam Ibnu Qudamah mengatakan,

ولا يقطع عضو مما ذكي حتى تزهق نفسه؛ كره ذلك أهل العلم؛ منهم عطاء، وعمرو بن دينار، ومالك، والشافعي، ولا نعلم لهم مخالفا.


Tidak boleh memotong bagian hewan yang disembelih, sampai dia benar-benar mati. Para ulama memakruhkan hal itu, diantaranya Atha, Amr bin Dinar, Imam Malik, dan Imam as-Syafii. Dan saya tidak mengetahui adanya ulama yang berbeda dengan pendapat mereka dalam hal ini.

Kemudian Ibnu Qudamah melanjutkan,

وقد قال عمر – رضي الله عنه -: لا تعجلوا الأنفس حتى تزهق. فإن قطع عضو قبل زهوق النفس وبعد الذبح، فالظاهر إباحته؛ فإن أحمد سئل عن رجل ذبح دجاجة، فأبان رأسها؟ قال: يأكلها. قيل له: والذي بان منها أيضا؟ قال: نعم.


Umar bin Khatab mengatakan, ‘Jangan buru-buru dipotong badan hewan, sampai dia mati.’ Jika ada anggota badan yang terpotong, sebelum benar-benar mati, dan itu dilakukan setelah disembelih, yang dzahir, bagian potongan itu hukumnya halal. Karena Imam Ahmad pernah ditanya tentang orang yang menyembelih ayam, sampai terpotong kepalanya. Jawab beliau, ‘Boleh dia makan.’ Beliau juga ditanya, ‘Anggota badan lainnya yang terpotong, boleh dimakan?’ jawab beliau, ‘Ya.’

Ibnu Qudamah kemudian menyebutkan beberapa riwayat sahabat,

قال البخاري: قال ابن عمر وابن عباس: إذا قطع الرأس. فلا بأس به. وبه قال عطاء، والحسن، والنخعي، والشعبي، والزهري، والشافعي، وإسحاق، وأبو ثور، وأصحاب الرأي


Al-bukhari meriwayatkan, bahwa Ibnu Umar dan Ibnu Abbas mengatakan, ‘Apabila kepala hewan terpotong, tidak masalah dimakan.’ Ini merupakan pendapat Atha, Hasan al-Bashri, an-Nakha’i, as-Sya’bi, az-Zuhri, as-Syafii, Ishaq bin Rahuyah, Abu Tsaur, dan ulama kufah.

Di bagian akhir, Ibnu Qudamah menyebutkan alasan mengapa hal itu halal,

وذلك لأن قطع ذلك العضو بعد حصول الذكاة، فأشبه ما لو قطعه بعد الموت


Hal itu karena terpotongnya anggota badan tersebut, terjadi setelah penyembelihan. Sehingga disamakan sebagaimana ketika dia dipotong setelah benar-benar mati. (al-Mughni, 9/401).

Allahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar