Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ صَحِيحٌ يَقُولُ: ” إِنَّهُ لَمْ يُقْبَضْ نَبِيٌّ قَطُّ حَتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ، ثُمَّ يُحَيَّا أَوْ يُخَيَّرَ
Ketika masih sehat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, ”Bahwa tidaklah seorang nabi diwafatkan, hingga dia melihat tempatnya di surga. Kemudian dia diberi salam perpisahan dan diberi pilihan.”
A’isyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan,
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit dan mendekati ajal, sementara kepala beliau di pangkuan A’isyah, beliau pingsan. Ketika sadar, beliau menengadahkan matanya ke atap rumah, kemudian beliau mengucapkan,
اللَّهُمَّ فِي الرَّفِيقِ الأَعْلَى
”Ya Allah, bersama ar-Rafiq al-A’la”
A’isyah lalu bertanya, “Berarti anda nanti tidak bersama kami?”
Namun ternyata tidak ada jawaban beliau. A’isyah sadar bahwa beliau dalam keadaan seperti yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika beliau masih sehat. (HR. Bukhari 4437 dan Muslim 2444).
Mayoritas ulama menegaskan bahwa yang dimaksud ar-Rafiq al-A’la adalah arwah para nabi dan rasul yang berada di tempat yang sangat tinggi. (Syarh Shahih Muslim an-Nawawi, 15/208).
Hadis ini dijadikan dalil oleh sebagian ulama bahwa arwah yang baik, akan saling ketemu setelah dia berpisah dari jasadnya. Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang wafat, beliau diberi pilihan antara tetap tinggal di dunia ataukah bersama ruh para nabi. Kemudian beliau memilih “ar-Rafiq al-A’la”, bersama ruh para nabi yang berada di illiyin, tempat yang sangat tinggi.
Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi menjelaskan,
أن الأرواح قسمان: أرواح معذبة، وأرواح منعمة، فالمعذبة في شغل بما هي فيه من العذاب عن التزاور والتلاقي والأرواح المنعمة المرسلة غير المحبوسة تتلاقى، وتتزاور، وتتذاكر ما كان منها في الدنيا، وما يكون من أهل الدنيا، فتكون كل روح مع رفيقها الذي هو على مثل عملها، فروح نبينا محمد صلى الله عليه وسلم في الرفيق الأعلى
Arwah itu ada dua, arwah yang sedang disiksa dan arwah yang mendapat nikmat. Arwah yang sedang disiksa, dia berada dalam kesibukannya menerima siksa, sehingga tidak bisa saling mengunjungi dan saling bertemu. Sementara ruh yang mendapatkan kenikmatan, dia dilepas, dan tidak ditahan, sehingga bisa saling berjumpa, saling berkunjung, saling menyebutkan keadaannya ketika di dunia, dan keadaan penduduk dunia. Sehingga setiap ruh, bersama rekannya yang memiliki amal semisal dengannya. Ruh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama ar-Rafiq al-A’la.
Kemudian Syaikh ar-Rajihi menyebutkan dalilnya,
والدليل على تزاورها، وتلاقيها قول الله تعالى: {وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا{ وهذه المعية ثابتة في الدنيا، وفي دار البرزخ، وفي دار الجزاء، والمرء مع من أحب في هذه الدور الثلاث
Dalil bahwa mereka saling berkunjung dan saling bertemu adalah firman Allah, yang artinya, “Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa: 69).
Kebersamaan ini bersifat hakiki, di dunia, di alam barzakh, dan di akhirat negeri pembalasan. Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya di tiga tempat ini.
Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi juga mengatakan,
وقد أخبر الله عن الشهداء بأنهم أحياء عند ربهم يرزقون، وأنهم يستبشرون بالذين لم يلحقوا بهم من خلفهم، وأنهم يستبشرون بنعمة من الله وفضل، وهذا يدل على تلاقيهم
Allah juga telah menyampaikan tentang keadaan para syuhada, bahwa mereka hidup, mendapat rizki di sisi Tuhan mereka. Mereka saling menyampaikan kabar gembira dengan keadaan orang-orang yang masih hidup, yang belum menyusul mereka. Mereka juga saling menyampaikan kabar gembira dengan kenikmatan dan karunia dari Allah. Ini semua menunjukkan bahwa mereka saling bertemu. (Syarh Aqidah Thahawiyah, hlm. 299).
Dalil yang ditunjuk Syaikh ar-Rajihi adalah firman Allah di surat Ali Imran,
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ . فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka bergembira disebabkan karunia yang Allah berikan kepada mereka, dan mereka saling memberi kabar gembira terhadap orang-orang yang masih tinggal (masih hidup) di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka saling memberi kabar gembira dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imran: 169 – 171).
Allahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar