Selasa, 31 Desember 2013

Hukum hubungan intim di malam hari raya

P E R T A N Y A A N :
Ngapunten badhe tanglet mbah, apa hukumnya ML ( Making Love = Jima' = Hubungan suami-istri = Bersenggama = Bersetubuh = Hubungan Intim / Badan ) pada malam hari raya ? kebetulan ini pas malem jum'at .. suwun..

J A W A B A N :

و ليلة الاضحى على المشهور # كالليلة الاولى من الشهور

وضف اليها نصف كل شهر # واخر الليالى منه فادر اخبر رحمه الله ان الجماع يمنع فى هذه الليالى الاربعة ؛ ليلة عيد الاضحى لما قيل من ان الجماع فيها يوجب كون الولد سفاكا للدماء....... قرة العيون ٦٦


Syekh penadhom menjelaskan dalam bait-bait Nadhom tsb, bahwa terdapat empat malam dimana persetubuhan bersama istrinya tidak diperbolehkan yaitu:
1. Malam hari raya kurban
2. Malam pertama disetiap bulan
3. Malam pertengahan disetiap bulan 4. Malam terahir disetiap bulan

Beberapa alasannya adalah
_. Anak akan bertabiat jelek yg senang menumpahkan darah (menjadi pembunuh)
_. Syetan akan hadir pada persetubuhan yg dilakukan pada malam-malam itu
_. Anak yg terlahir akan mudah stress atau berakibat gila _. Anak yg lahir akan mengidap penyakit kusta

Larangan tersebut hanya sebatas makruh tidaklah sampai mengakibatkan keharaman seperti bersetubuh di kala haid,atau nifas. Dan mengenai dampaknya hanya Allah lah yang maha tahu.

Sekedar untuk kelengkapan dokumen, berikut teks utuh dari kitab Qurrotul 'Uyun :

وليلة الأضحى على المشهور كالليلة الأولى من الشهور

وضف اليها نصف كل شهر وآخر الليالى منه فآدر

أخبر رحمه الله أن الجماع يمنع فى هذه الليالى الأربعة ؛ ليلة عيد الأضحى لما قيل من أن الجماع فيها يوجب كون الولد سفاكا للدماء. والليلة الأولى من أول كل شهر, وليلة النصف من كل شهر, والليلة الأخيرة من كل شهر. لقوله عليه الصلاة والسلام لاتجامع رأس ليلة الشهر وفي النصف. وقال الغزالي رحمه الله يكره الجماع في ثلاث ليال من الشهر: الأول, والأخير, والنصف. يقال إن الشياطين يحضرون الجماع في هذه الليالي, ويقال إن الشياطين يجامعون فيها. وروي كراهة ذلك عن علي ومعاوية وأبي هريرة رضي الله عنهم. ويقال إن الجماع في هذه الليالي يورث الجنون في الولد, والله أعلم. لكن المنع في هذه الأربعة بمعنى الكراهة لا التحريم كالحيض والنفاس وضيق الوقت.


Kebetulan sekali saya punya nukilan dari sebuah kitab, bahwa melakukan hubungan badan (jima) pada malam hari raya tsb hukumya makruh/karena akan menghasilkan anak cacat.

Pertama: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu pada permulaan bulan, pertengahan dan akhir bulan. karena hal itu dapat menyebabkan penyakit gila, kusta, dan kerusakan syaraf padanya dan keturunannya.

Kedua: Wahai Ali, jangan kamu menggauli isterimu sesudah waktu Zhuhur. Karena hal itu (jika membuahkan janin) dapat menyebabkan anaknya kelak punya ganguan psikologis, jiwanya mudah goncang.

Ketiga: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu sambil berbicara. Karena hal itu (jika membuahkan janin) dapat menyebabkan kebisuan bagi anak. Dan jangan melihat kemaluan isterinya, karena dapat menyebabkan kebutaan bagi anak
Keempat: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu dengan dorongan syahwat pada wanita lain (membayangkan perempuan lain), karena (jika membuahkan janin) dikhawatirkan memiliki sikap seperti wanita itu dan memiliki gangguan psikologis.
Kelima: Wahai Ali, barangsiapa yang bercumbu dengan isterinya di tempat tidur janganlah sambil membaca Al-Qur'an, karena aku khawatir turun api dari langit lalu membakar keduanya.

Keenam: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu pada malam ‘Idul Fitri, karena hal itu (jika membuahkan janin) dapat menyebabkan anak memiliki banyak keburukan

Dari kitab fathul izar sptnya ada keterangan mubah tapi konon jika hasil hubungan intim di malam ied, baik fitri maupun ied qurban, anaknya akan memiliki jari lebih dari sepuluh, ada jari yg kembar...

Syaikh Muhamamad Sholeh Munajed:

ما سمعته من بعض الإخوة الأصدقاء غير صحيح ، فالجماع ليلة العيد ويومه مباح ، ولا يحرم الجماع إلا في نهار رمضان ، وحال الإحرام بحج أو عمرة ، أو كانت المرأة حائضاً أو نفساء


Apa yang anda dengar dari sebagian teman anda itu tidak benar. Hubungan intim pada malam hari raya atau siang harinya hukumnya mubah. Dan tidak ada larangan hubungan intim kecuali ketika siang hari ramadhan (bagi yang wajib puasa), atau ketika ihram pada saat menjalankan haji atau umrah, atau ketika sang istri dalam kondisi haid atau nifas.[Fatwa Islam, no. 38224]

Allahu a’lam.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar