Karomah K.H. HASYIM ASYARI JOMBANG (SANG KIAI)
Di Indonesia, semua orang tentunya kenal dengan tokoh KH Hasim Asy’ari,
terutama kalangan nahdliyyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama/NU),
sebagai ulama yang mumpuni secara keilmuan sekaligus tokoh pendiri NU.
Ia sangat piawai dalam mengajar ilmu agama. Terbukti, saat Kiai Hasyim
Asy’ari sedang mengaji kitab Shahih Bukhari, ibarat membaca kitabnya
sendiri.Ini menunjukkan penguasaan dalam ilmu Hadits sangat mendalam.
Suatu kisah karomahnya terjadi usai waktu dhuhur. Pada suatu waktu Kiai
Hasyim Asy’ari mengajar kitab di hadapan para santri dalam jumlah yang
banyak. Di tengah pengajian, ia melemparkan tongkatnya ke depan dan
mengenak pada muridnya. Ia bersikap apatis dan tidak mau menghiraukan
tongkatnya yang mengena pada santrinya. Santri yang kesakitan itu
berusaha menahan diri untuk tetap dalam posisi demi menjaga morallitas
terhadap guru. Sejenak murid tersebut teringat bahwa dirinya belum salat
dhuhur, sedangkan waktu dhuhur akan berakhir. Kejadian seperti ini,
tidak hanya satu kali, tapi berulang-ulang sebagai peringatan terhadap
santrinya yang meninggalkan perintah agama dan berbuat kesalahan
Pondok Pesantren Tebu Ireng sebagai salah satu markas pasukan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia
Pada waktu terjadi perang kemerdekaan, semua orang yang akan pergi
perang untuk mengusir penjajah, mereka semua dikumpulkan oleh KH. Hasyim
Asyari di pondok pesantren Tebu Ireng. Mereka diberi minum air sambil
membaca Ya Allah Ya Hafidh, Ya Allah Ya Muhith, Fanshurna 'ala qaumil
kafiriin. Bagi orang-orang yang beliau kumpulkan tersebut, KH. Hasyim
Asyari memberi beberapa pantangan yang tidak boleh mereka langgar selama
berperang. Siapa saja yang melanggar pantangan tersebut, mereka pasti
terkena tembakan musuh.
Para pejuang yang dikaruniai umur panjang
oleh Allah selalu menceritakan kisah ini, termasuk salah seorang dari
mereka yang bernama Pak Si'in.
Mengetahui kejadian ditempat yang jauh
Allah memberi kemampuan kepada KH. Hasyim Asyari untuk mengetahui apa
yang sedang terjadi di tempat lain, meskipun tempat itu jauh, hal ini
sama dengan kemampuan yang diberikan Allah kepada salah seorang sahabat
Nabi, yaitu Umar, beliau dapat mengetahui apa yang sedang terjadi dengan
pasukannya dan memberi perintah kepada pasukan tersebut dari atas
mimbar. Ketika KH. Hasyim Asyari sedang memberi pengajian kepada para
santri di pondok pesantren Tebu Ireng, pada saat yang sama, beliau dapat
mengetahui pasukan pejuang yang beliau didik sedang berperang melawan
musuh di daerah Pare, sebuah daerah yang jauhnya kira-kira 30 km dari
pondok pesantren Tebu Ireng. KH. Hasyim Asyari di samping mampu melihat
perang yang sedang berlangsung di daerah Pare tersebut, beliau pun juga
memberi perintah kepada pasukan pejuang yang sedang berperang itu.
Penjajah tidah pernah berhasil menghacurkan pondok pesantren Tebu Ireng
Pesantren beliau berkali-kali di bom oleh pasukan penjajah, tapi bom itu tidak pernah meledak.
Memberi amalan kepada santri
Jika KH. Hasyim Asyari ingin memberi ‘amalan’ kepada santrinya, maka
dipanggilnya 3 orang santri, dilihatnya dengan mata hatinya. Dengan mata
hati, beliau memilih salah seorang dari ketiga santri tersebut yang
benar-benar memiliki kemampuan untuk melaksanakan ‘amalan’ yang akan
beliau berikan. Berikutnya, 2 orang santri yang tidak beliau pilih,
mereka disuruh keluar dari ruangan tempat mereka dipanggil.
Kelebihan dari santri pondok pesantren Tebuireng Pada waktu Jepang
menjajah Indonesia, di daerah Jombang, juga terdapat tentara Jepang,
jika tentara Jepang mendatangi pondok pesantren Tebu Ireng, kendaraan
yang dipakai oleh tentara jepang tersebut tidak bisa berjalan jika
bannya disentuh oleh para santri dari KH. Hasyim Asyari.
KH. Hasyim Asyari ditahan oleh penjajah
KH. Hasyim Asyari pernah di tahan oleh tentara Jepang. Jepang tidak
menyukai KH. Hasyim Asyari karena KH. Hasyim Asyari mencela ibadah para
tentara Jepang tersebut, yaitu setiap pagi para tentara Jepang wajib
memberi penghormatan kepada matahari. Selama KH. Hasyim Asyari didalam
tahanan, para santri beliau datang dan akhirnya pihak Jepang melepaskan
beliau.
KH. Hasyim Asyari memimpin musyawarah para ulama dan mengeluarkan resolusi jihad
KH. Hasyim Asyari, disamping dikenal sebagai tokoh Islam dan pendiri
NU, beliau juga dikenal sebagai pahlawan Nasional. Salah satu dari jasa
beliau adalah mengenai peran serta beliau ketika terjadi perang
kemerdekaan di Surabaya. Ketika itu, KH. Hasyim Asyari mengeluarkan
resolusi jihad yang mewajibkan setiap orang Islam yang tempat tinggalnya
berjarak dibawah 96 km dari Surabaya, mereka wajib datang ke Surabaya
untuk berperang melawan penjajah. Akhirnya masyarakat Islam
berbondong-bondong datang ke Surabaya dan tidak sedikit dari mereka
datang dari daerah yang jauh . Meskipun tentara pejuang hanya
menggunakan senjata seadanya tapi atas berkat do'a para ulama, Allah
menurunkan pertolongannya sehingga tentara penjajah menderita kerugian
besar pada saat perang tanggal 10 November yang kemudian diperingati
sebagai hari Pahlawan oleh Bangsa Indonesia.
Mari Kita Hadiahkan Bacaan Surat Al-Fatihah Untuk Beliau.. ALFATIHAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar