Hadits Tentang Persangkaan Hamba Kepada Allah
أبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي
بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ
ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ
خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ
ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا
وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Hadits abu hurairah r.a. ia berkata rasulullah saw.bersabda: "Allah berfirman: 'Aku
berada pada sangkaan hamba-Ku, Aku selalu bersamanya jika ia
mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku pada dirinya maka Aku mengingatnya
pada diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam suatu kaum, maka Aku
mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik darinya, dan jika ia
mendekat kepada-Ku satu jengkalmaka Aku mendekat padanya satu hasta,
jika ia mendekat pada-Ku satu hasta maka Aku mendekat padanya satu depa,
jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan datang
kepadanya dengan berlari."[1]
Hadits
ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah selalu bersama kita, bukan
berarti kekuasaan Allah terbatas pada hamba-Nya, tentunya kekusasaan
Allah jauh melaupaui apa yang ada. Hadits ini memotivasi kita untuk
selalu mengingat Allah, dan selalu melaksanakan kebaikan, karena sesuai
dengan hadits di atas, bahwa Allah tidak akan membalas perbuatan baik
hambanya dengan balasan yang sama, akan tetapi Allah akan membalasnya
dengan balasan yang lebih dari itu.
Sebagaiman firman-Nya dalam surah an-Nisa' ayat 40:
… bÎ)ur à7s? ZpuZ|¡ym $ygøÿÏ軟ÒムÅV÷sãƒur `ÏB çm÷Rà$©! #·ô_r& $VJŠÏàtã ÇÍÉÈ
"… dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar".
Tidaklah
sama antara balasan Allah dengan balasan hamba-Nya, dan masih banyak
ayat lain yang memotivasi manusia untuk selalu berbuat baik, karena
sesungguhnya Allah akan melipat gandakan balasannya. Oleh karena itu,
berbaik sangka kepada Allah adalah jalan yang terbaik untuk kita, karena
Allah memang yang maha mengetahui apa yang terbaik buat hambanya.
1. Berbaik sangka kepada Allah
Beragam
peristiwa dalam hidup ini yang terkadang menggiring seseorang terjebak
dalam kondisi selalu berada dalam perasaan susah, sempit, gagal, tidak
dihargai, dikucilkan, ditolak, tidak pantas dan sebagainya. Hakikat
semua itu adalah manifestasi dari buruk sangka terhadap Allah.
Orang
mukmin yang shalih tidak selayaknya memiliki sifat tersebut, apalagi
memeliharanya di dasar hati, karena itu adalah sifat tercela yang sangat
dimurkai Allah. Yang harus dimiliki setiap mukmin adalah sifat baik
sangka pada Allah dalam segala urusan.
إن حسن الظن بالله من حسن العبادة
"Sesungguhnya berprasangka baik pada Allah adalah termasuk sebaik-baiknya ibadah (HR. Abu Daud)
Berbaik
sangka kepada Allah adalah anggapan kita kepadaNya, bahwa segala
sesuatu yang telah kita terima adalah anugerah terbaik dariNya. Allah
adalah Maha Penyayang yang kasih sayangNya melebihi kasih sayang ibu
kita. Allah Maha Tahu akan bisikan hajat hati nurani kita. Allah Maha
Pemberi tanpa harus kita memintaNya. Allah Maha Mendengar keluhan
setiap problema hidup kita yang sedang kita hadapi. Allah tidak pernah
tidur dari memperhatikan keadaan hidup kita.
Sungguh,
berprasangka baik terhadap Allah adalah jalan lurus menuju kedamaian
hidup kita, ketenangan jiwa kita, ketentraman batin kita. Karena dengan
berbaik sangka, manusia akan terbebas dari gangguan pikiran yang telah
membebani jiwanya, mengotori nuraninya, membuat lelah fisiknya.
Prasangka
kita adalah cermin dari realita yang akan terjadi di kemudian hari,
jika ia baik sangka maka baik pula realita yang akan kita jumpai. Tetapi
jika ia buruk sangka, maka buruk pula realita yang akan kita jumpai.
Karena Allah akan selalu mengikuti prasangka hamba terhadap- Nya.
انا عند حسنِ ظنِّ عبدي بي فليظنْ بِي ما يشاَء
Artinya: Aku menuruti prasangka hambaku terhadapKu, maka silahkan untuk berprasangka sesuai apa yang dikehendaki. (Ad-Darimi)
Maksudnya
ialah apa yang menjadi sangkaan hamba-Nya, Allah akan bersama dengan
hamba-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa berbuat sangka itu dapat terjadi
karena disertai dengan kebaikan. Dan sesungguhnya orang yang baik dan
berbaik sangka kepada Allah, ia akan mendapatkan balasan dari Allah, dan Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, dan akan menerima tobat hamba-Nya.
أنا عند ظن عبدي بي فإن ظن بي خيرا فله الخير فلا تظنوا بالله إلا خيرا
Artinya: Aku
menuruti prasangka hamba terhadapKu, jika Ia berprasangka baik
terhadapKu, maka baginya kebaikan, maka jangan berprasangka terhadap
Allah kecuali kebaikan.( Bukhori )[2]
Dengan
berbaik sangka kepada Allah, akan melahirkan energi positif yang besar,
sehingga beban yang berat akan berubah menjadi ringan, problema yang
sulit akan mudah teratasi. Dengan berbaik sangka kepada Allah, akan
melahirkan iman yang kuat, sehingga kegamangan hidup akan berubah
menjadi sebuah kedamaian yang tiada batas, keyakinan yang tidak
tercampur keraguan di dalamnya.
Dengan
berbaik sangka kepada Allah, akan melahirkan keridhaan dan ampunan
Allah, sehingga hidup ini selalu berada dibawah naungan rahmatNya.
Berbaik
sangka kepada Allah, sejatinya tidak mengenal ruang, waktu, dan
peristiwa. Kapanpun, di manapun, disetiap kejadiaan apapun, mewajibkan
kita untuk selalu bersikap baik sangka (husnu dzan) kepada Allah. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam wasiat menjelang ajal beliau,
لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Artinya: Janganlah salah satu diantara kalian mati, kecuali berprasangka baik terhadap Allah. (Muslim)[3]
Detik-detik
saat kita tertimpa musibah berat yang menyesakkan dada kita, kita pun
harus yakin bahwa musibah itu datang untuk mengingatkan kelalain kita,
Ia maha penyayang yang sabar memenggil kita untuk kembali meniti
jalanNya. Detik-detik saat kita berada pada posisi kehidupan yang begitu
sulit, yakinlah bahwa pada setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Ketika
kita di ambang pintu keputus asaan, yakinlah bahwa rahmat dan kasih
sayang Allah begitu luas, melebihi luasnya langit dan bumi.
Oleh
karena itu, marilah kita selalu berprasangka baik kepada Allah, sebagai
wujud penghambaan diri kita kepadaNya, bukti kesungguhan iman kita
kepadaNya, bukti kepasrahan diri kita dalam segala urusan, baik yang
sifatnya duniawi maupun ukhrowi. Dan tidak layak bagi kita untuk
berburuk sangka kepada Allah, karena Dia adalah Dzat maha sempurna,
tiada celah kekurangan bagiNya, segala urusan adalah milikNya dan kelak
akan kembali kepadaNya.
2. Buruk sangka kepada Allah
Menduga-duga
tentang pemberian Allah, terutama bersangka buruk kepada-Nya atas
nikmat-nikmat-Nya adalah perbuatan dosa. Seorang hamba dilarang menduga
bahwa Allah telah mengurangi kasih sayang dan pemberian-Nya, karena
sesuatu bencana yang sedang dialami oleh hambaNya.
Seorang
hamba hendaklah dapat merasakan pemberian Allah sebagai anugerah, maka
ia pun harus dapat merasakan cobaan dari Allah itu juga suatu anugerah
kasih sayang dari Allah Swt. Manusia sebagai hamba Allah dalam
menjalankan hidupnya di dunia ini hendaklah jauh dari prasangka buruk kepada Allah, agar jiwanya tidak risau dan tertimpa penyakit yang dapat menegangkan syaraf. Ia harus berprasangka baik (husnudzan)
kepada Maha Pencipta. la harus penuh keyakian bahwa Allah Ta’ala Maha
Ada dan Maha Pemelihara. Allah telah membagi rahmat-Nya kepada manusia
sesuai dengan rencana Allah.
la
harus melihat pemberian Allah dengan mata rohaninya, sehingga mampu
merasakan kekayaan rohani yang dimilikinya itu adalah pemberian Allah.
Keselamatan, kesehatan, ketenangan, keyakinan iman dan banyak lagi
lainnya adalah kekayaan rohani yang sangat mahal harganya. Semua
anugerah ini menunjukkan bahwasanya Allah Swt. tidak pernah melupakan
hamba-hamba-Nya, apalagi hamba-hamba yang penuh ketaatan kepada-Nya.
Hanya para hamba sendirilah yang sedikit sekali bersyukur kepada Allah.
Allah Ta’ala tidak pernah melupakan hamba-hamba-Nya, manusialah yang
lupa kepada Penciptanya.
Bagaimana
pula tentang perasangka orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar dan
melakukan kedzoliman kepada hak-hak Allah, dan selalu melakukan apa yang
telah dilarang Allah, mereka mengatakan " kami selalu berbaik sangka
kepada Allah, tentu Allah tidak akan menyiksa orang-orang yang selalu
berbuat zholim dan fasiq". Ini adalah pemahaman yang keliru dan
menyimpang dari yang telah disebutkan tadi, kalaulah pemahaman ini yang
diperpegangi, tentu saja setiap orang akan melakukan apa yang mereka
kehendaki dan mengabaikan apa yang telah di wajibkan atas mereka.
Bagaimana
mungkin orang bisa berbaik sangka kepada Allah, kalau ia menuduh Allah
kepada hal-hal yang tidak baik. Allah berfirman kepada orang-orang yang
meragukan tentang hubungan Allah dengan makhluknya:
ö/ä3Ï9ºsŒur â/ä3–Ysß “Ï%©!$# OçG^uZsß ö/ä3În/tÎ/ ö/ä31yŠö‘r& NçGóst6ô¹r'sù z`ÏiB z`ƒÎŽÅ£»sƒø:$# ÇËÌÈ
"Dan
yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka kepada
Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, Maka jadilah kamu Termasuk
orang-orang yang merugi."
Mereka
mengira bahwa Allah tidak tidak mengetahui apa-apa yang mereka ketahui.
Ini adalah buruk sangka mereka terhadap Allah, ini adalah keadaan yang
mengingkari sifat kesempurnaan Allah serta keagungan-Nya, dan ia
menyifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak patut bagiNya. Bila orang-orang seperti ini menganggap bahwa mereka akan masuk surga, maka sangkaan itu adalah tipuan belaka yang timbul dari nafsunya sendiri.[4]
Orang-orang
yang mau berpikir sejernih-jernihnya tentang hal ini, tentu ia
mengetahui bahwa berbaik sangka kepada Allah adalah salah satu amal
kebaikan bagi dirinya sendiri. Sebagaimana Hasan Al-Basri berkata: "orang mukmin yang berbaik sangka kepada tuhannya, maka ia senantiasa akan melakukan amal kebaikan".[5]
Akibat dari buruk sangka
عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ
وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
تَحَسَّسُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا إِخْوَانًا
Dari
nabi saw. Bersabda: jauhilah prasangka, karena prasangka (menuduh tanpa
dasar) itu adalah sedusta-dusta perkataan.jangan kalian saling
mendengki, saling memata-matai dan saling membenci. Namun jadilah kalian
semua hamba-hamba Allah yang bersaudara.(Bukhori)[6]
Maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan zhann
(persangkaan) di sini adalah, "Keraguan yang ditanamkan kepadamu oleh
seseorang tentang suatu hal, lalu kamu menganggapnya sebagai kebenaran
dan memutuskan berdasarkan zhann itu. Dan dikatakan juga ia bermakna,
"Jauhilah oleh kalian su'uzhan (prasangka buruk)." [7]
Banyaknya akibat dari buruk sangka antara lain :
o Dapat mendatangkan murka Allah subhanahu wata’ala.
o Merupakan indikasi rusaknya niat dan buruknya kondisi batin.
o Merupakan salah satu perangai orang munafiq.
o Merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji.
o Mewariskan kehinaan dan kerendahan di hadapan Allah subhanahu wata’ala dan di hadapan manusia.
o Salah satu petunjuk akan lemahnya iman.
o Indikasi atas ketidakpercayaan terhadap diri sendiri.
Perlu untuk kita ketahui bersama, berprasangka buruk kepada Allah secara umum dapat terjadi pada tiga hal, yaitu:
- Berprasangka bahwa Allah akan melestarikan kebatilan dan menumbangkan al haq (kebenaran). Hal ini sebagaimana persangkaan orang-orang musyrik dan orang-orang munafik. Allah berfirman :
ö@t/ ÷LäêYoYsß br& `©9 |=Î=s)Ztƒ ãAqß™§9$# tbqãZÏB÷sßJø9$#ur #’n<Î) öNÎgŠÎ=÷dr& #Y‰t/r& šÆÎiƒã—ur šÏ9ºsŒ ’Îû öNä3Î/qè=è% óOçF^oYsßur Æsß Ïäöq¡¡9$# óOçFZà2ur $JBöqs% #Y‘qç/ ÇÊËÈ
"
tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak
sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan
syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan
itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu
menjadi kaum yang binasa." (Q.S. Al-Fath: 12)
Perbuatan
seperti ini tidak pantas ditujukan pada Allah karena tidak sesuai
dengan hikmah Allah janji-Nya yang benar. Inilah prasangka orang-orang
kafir dan Neraka Wail-lah tempat mereka kembali.
- Mengingkari Qadha’ dan Qadar Allah yaitu menyatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi di alam ini yang di luar kehendak Allah dan taqdir Allah.
- Mengingkari adanya hikmah yang sempurna dalam taqdir Allah.
Oleh karena itu, hendaklah kita berbaik sangka kepada orang lain, karena sesuai dengan hadits-hadits diatas, bahwa berbaik sangka itu, dapat menjauhkan kita dari hal-hal yang buruk dan mewujudkan kerukunan.
Selayaknya pula orang yang mendengar suatu ucapan kemudian dia tidak
paham maksudnya atau tidak bisa mencernanya, hendaknya dia jangan
langsung berburuk sangka. Namun bertanya kepada yang bersangkutan (si
pengucap); Apa sebenarnya maksud dari ucapan tersebut agar segalanya
menjadi jelas.
DAFRTAR KEPUSTAKAAN
Abdul baqi, M. Fuad, Al-Lu’Lu’ wal Marjan, Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2008
Al-Qardhawi,Yusuf, Halal dan Haram,Jakarta: Rabbani Press, 2000
Itani, M. Khalil, Wasiat Rasulullah Buat Lelaki, Solo: AQWAM, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar