Dinukil dari kitab Mau'idhotul Mukminin Syeh Jamaluddin Alqosimi
Allah ta'ala berfirman
وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا
dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,
(an naba' ayat 11)
وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
dan Kami jadikan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
(al a'rof ayat 10)
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
(al jum'ah ayat 10)
وَأَمَّا الْأَخْبَارُ فَمِنْهَا قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَأْتِيَ رَجُلًا أَعْطَاهُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَيَسْأَلَهُ أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ
Adapun hadis yg menerangkan bekerja adalah sabda Rasululloh shollallohu alaihi wasallam : " sungguh seseorang yang mengambil tali di antara kalian kemudian dia gunakan untuk mengangkat kayu di atas punggungnya lebih baik baginya daripada ia mendatangi orang kemudian ia meminta-minta kepadanya yang terkadang ia diberi dan terkadang ia tidak diberi olehnya”.
(HR. Al-Bukhari)
وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا مَعَ أَصْحَابِهِ ذَاتَ يَوْمٍ فَنَظَرُوا إِلَى شَابٍّ ذِي جَلَدٍ وَقُوَّةٍ وَقَدْ بَكَّرَ يَسْعَى فَقَالُوا : " وَيْحَ هَذَا لَوْ كَانَ شَبَابُهُ وَجَلَدُهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى "
Suatu hari baginda Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam pernah duduk-duduk bersama para sahabatnya, kemudian mereka melihat seorang pemuda yang gagah dan kuat berangkat bekerja pagi-pagi. Para sahabat berkata, “celakalah dia, seandainya masa muda dan kekuatannya ia gunakan dijalan Allah -niscaya itu lebih baik-!.”
فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا تَقُولُوا هَذَا فَإِنَّهُ إِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ .
kemudian Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :
“janganlah kalian berkata demikian, karena sesungguhnya jika anak muda ini bekerja untuk anak-anaknya yang masih kecil, maka dia berjuang di jalan Allah. Jika dia keluar untuk bekerja agar dirinya terhindar dari perkara haram, maka diapun berada di jalan Allah. Dan jika dia berangkat kerja karena riya’ dan membanggakan diri, maka dia berada di jalan syetan.”
وَقِيلَ : " يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ ؟ قَالَ : عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ ،
وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : خَيْرُ الْكَسْبِ كَسْبُ الْعَامِلِ إِذَا نَصَحَ أَيْ بِأَنْ أَتْقَنَ وَتَجَنَّبَ الْغِشَّ وَقَامَ بِحَقِّ الصَّنْعَةِ .
Baginda Nabi pernah di tanya, “pekerjaan apakah yang paling baik wahai Rosulullah?.” Beliau menjawab, “pekerjaan laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik.”
Rasul juga bersabda : “pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan seorang pegawai jika bertujuan yang baik.”
yaitu melakukan pekerjaan sebaik-baiknya, tidak menipu dan memenuhi hak pekerjaan yang di lakukannya.
وَقَالَ " عمر " رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : " لَا يَقْعُدُ أَحَدُكُمْ عَنْ طَلَبِ الرِّزْقِ وَيَقُولُ اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي فَقَدْ عَلِمْتُمْ أَنَّ السَّمَاءَ لَا تُمْطِرُ ذَهَبًا وَلَا فِضَّةً " .
وَقَالَ " ابْنُ مَسْعُودٍ " رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : " إِنِّي لَأَكْرَهُ أَنْ أَرَى الرَّجُلَ فَارِغًا لَا فِي أَمْرِ دُنْيَاهُ وَلَا فِي أَمْرِ آخِرَتِهِ " .
Sahabat Umar Ra berkata, “ janganlah salah satu diantara kalian semua hanya duduk tanpa mencari rizki dan hanya berkata, ‘ya Allah berilah aku rizki.’ Karena sesungguhnya kalian tahu bahwa langit tidak menurunkan hujan emas dan perak!.”
Sahabat Ibn Mas’ud Ra berkata, “sesungguhnya aku benci jika melihat laki-laki pengangguran, baik dalam urusan duniawi ataupun akhiratnya.”
وَقِيلَ : " لِأَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ " رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَا تَقُولُ فِيمَنْ جَلَسَ فِي بَيْتِهِ أَوْ مَسْجِدِهِ وَقَالَ : لَا أَعْمَلُ شَيْئًا حَتَّى يَأْتِيَنِي رِزْقِي " ؟ فَقَالَ : " أحمد " : هَذَا رَجُلٌ جَهِلَ الْعِلْمَ أَمَا سَمِعَ قَوْلَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ جَعَلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي . وَقَوْلَهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ حِينَ ذَكَرَ الطَّيْرَ فَقَالَ : تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا فَذَكَرَ أَنَّهَا تَغْدُو فِي طَلَبِ الرِّزْقِ .
Ada yang bertanya kepada imam Ahmad bin Hambal Ra, “apakah pendapat anda, jika melihat seseorang yang hanya duduk di rumah atau masjidnya dan berkata, ‘aku tidak akan mengerjakan sesuatu sehingga rizki datang sendiri padaku’,?.” Beliau menjawab, “ini adalah laki-laki yang tahu tentang ilmu. Apakah dia tidak pernah mendengar sabda baginda Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam, ‘sesungguhnya Allah meletakkan rizkiku dibawah bayang-bayang tombakku’.
Dan sabda beliau Alaihis salaam ketika menjelaskan tentang burung,
‘burung pergi pagi-pagi dalam keadaan perut kosong dan kembali di sore hari dalam keadaan keyang.’
Beliau menjelaskan bahwa sesungguhnya burung saja berangkat pagi-pagi untuk mencari rizki.”
وَكَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَّجِرُونَ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَيَعْمَلُونَ فِي نَخِيلِهِمْ ، وَالْقُدْوَةُ بِهِمْ .
وَمَنْ لَيْسَ لَهُ مَالٌ مَوْرُوثٌ فَلَا يُنْجِيهِ مِنْ ذَلِكَ إِلَّا الْكَسْبُ وَالتِّجَارَةُ
Para sahabat Rosulullah shollallohu alaihi wasallam ada yang berdagang melalui jalur darat atau air, dan ada juga yang bekerja bertani pohon kurma, maka merekalah yang layak kita jadikan panutan.
Bagi orang yang tidak memiliki harta warisan, maka dia tidak akan selamat dari meminta-minta kecuali dengan bekerja dan berdagang.
نَعَمْ تَرْكُ الْكَسْبِ أَفْضَلُ لِعَالِمٍ مُشْتَغِلٍ بِتَرْبِيَةِ عِلْمِ الظَّاهِرِ مِمَّا يَنْتَفِعُ النَّاسُ بِهِ فِي دِينِهِمْ كَالْمُفْتِي - أَيِ الْفَقِيهِ وَالْمُفَسِّرِ وَالْمُحَدِّثِ وَأَمْثَالِهِمْ - أَوْ رَجُلٍ مُشْتَغِلٍ بِمَصَالِحِ الْمُسْلِمِينَ كَالسُّلْطَانِ وَالْقَاضِي وَالشَّاهِدِ ، فَهَؤُلَاءِ إِذَا كَانَ يُكْفَوْنَ مِنَ الْأَمْوَالِ الْمُرْصَدَةِ لِلْمَصَالِحِ أَوِ الْأَوْقَافِ الْمُسْبَلَةِ عَلَى الْفُقَرَاءِ أَوِ الْعُلَمَاءِ فَإِقْبَالُهُمْ عَلَى مَا هُمْ فِيهِ أَفْضَلُ مِنِ اشْتِغَالِهِمْ بِالْكَسْبِ ، وَلِهَذَا أَشَارَ الصَّحَابَةُ عَلَى " أبي بكر " رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ بِتَرْكِ التِّجَارَةِ لَمَّا وَلِيَ الْخِلَافَةَ إِذْ كَانَ ذَلِكَ يَشْغَلُهُ عَنِ الْمَصَالِحِ ، وَكَانَ يَأْخُذُ كِفَايَتَهُ مِنْ مَالِ الْمَصَالِحِ ، وَرَأَى ذَلِكَ أَوْلَى ، ثُمَّ لَمَّا تُوُفِّيَ أَوْصَى بِرَدِّهِ إِلَى بَيْتِ الْمَالِ وَلَكِنَّهُ رَآهُ فِي الِابْتِدَاءِ أَوْلَى .
Memang demikian, namun tidak bekerja itu lebih baik bagi orang ‘alim yang sibuk mengajarkan ilmu dhahir yang bermanfaat bagi manusia di dalam agama mereka, seperti mufti -yaitu ahli fiqh, tafsir, hadits dan sesamanya-, atau laki-laki yang sibuk mengurus kemaslahatan muslimin seperti shulton, qodli, dan syahid. Jika mereka sudah tercukupi dengan harta yang telah di persiapkan untuk kemaslahatan atau harta wakaf yang di peruntukkan faqir miskin atau para ulama’, maka kosentrasi dengan tugas yang telah di tekuninya itu lebih utama daripada sibuk bekerja mencari uang.
Oleh sebab itu, para sahabat menyuruh Abu Bakar Ra agar tidak usah bekerja ketika beliau telah diangkat menjadi kholifah. Karena jika beliau bekerja, niscaya akan terganggu untuk mengurus kemaslahatan umum. Beliau mengambil kebutuhannya dari harta mashalih dan merasa memang itu yang lebih baik. Kemudian saat menjelang wafat, beliau berwasiat agar mengembalikannya ke baitulmal, namun pada mulanya beliau merasa yang lebih baik adalah mengambil upah dari baitulmal.
wallohu a'lam.
موعظة المؤمنين من إحياء علوم الدين
الشيخ محمد جمال الدين القاسمي
Semoga bermanfaat
Allah ta'ala berfirman
وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا
dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,
(an naba' ayat 11)
وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
dan Kami jadikan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
(al a'rof ayat 10)
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
(al jum'ah ayat 10)
وَأَمَّا الْأَخْبَارُ فَمِنْهَا قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَأْتِيَ رَجُلًا أَعْطَاهُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَيَسْأَلَهُ أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ
Adapun hadis yg menerangkan bekerja adalah sabda Rasululloh shollallohu alaihi wasallam : " sungguh seseorang yang mengambil tali di antara kalian kemudian dia gunakan untuk mengangkat kayu di atas punggungnya lebih baik baginya daripada ia mendatangi orang kemudian ia meminta-minta kepadanya yang terkadang ia diberi dan terkadang ia tidak diberi olehnya”.
(HR. Al-Bukhari)
وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا مَعَ أَصْحَابِهِ ذَاتَ يَوْمٍ فَنَظَرُوا إِلَى شَابٍّ ذِي جَلَدٍ وَقُوَّةٍ وَقَدْ بَكَّرَ يَسْعَى فَقَالُوا : " وَيْحَ هَذَا لَوْ كَانَ شَبَابُهُ وَجَلَدُهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى "
Suatu hari baginda Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam pernah duduk-duduk bersama para sahabatnya, kemudian mereka melihat seorang pemuda yang gagah dan kuat berangkat bekerja pagi-pagi. Para sahabat berkata, “celakalah dia, seandainya masa muda dan kekuatannya ia gunakan dijalan Allah -niscaya itu lebih baik-!.”
فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا تَقُولُوا هَذَا فَإِنَّهُ إِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ .
kemudian Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :
“janganlah kalian berkata demikian, karena sesungguhnya jika anak muda ini bekerja untuk anak-anaknya yang masih kecil, maka dia berjuang di jalan Allah. Jika dia keluar untuk bekerja agar dirinya terhindar dari perkara haram, maka diapun berada di jalan Allah. Dan jika dia berangkat kerja karena riya’ dan membanggakan diri, maka dia berada di jalan syetan.”
وَقِيلَ : " يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ ؟ قَالَ : عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ ،
وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : خَيْرُ الْكَسْبِ كَسْبُ الْعَامِلِ إِذَا نَصَحَ أَيْ بِأَنْ أَتْقَنَ وَتَجَنَّبَ الْغِشَّ وَقَامَ بِحَقِّ الصَّنْعَةِ .
Baginda Nabi pernah di tanya, “pekerjaan apakah yang paling baik wahai Rosulullah?.” Beliau menjawab, “pekerjaan laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik.”
Rasul juga bersabda : “pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan seorang pegawai jika bertujuan yang baik.”
yaitu melakukan pekerjaan sebaik-baiknya, tidak menipu dan memenuhi hak pekerjaan yang di lakukannya.
وَقَالَ " عمر " رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : " لَا يَقْعُدُ أَحَدُكُمْ عَنْ طَلَبِ الرِّزْقِ وَيَقُولُ اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي فَقَدْ عَلِمْتُمْ أَنَّ السَّمَاءَ لَا تُمْطِرُ ذَهَبًا وَلَا فِضَّةً " .
وَقَالَ " ابْنُ مَسْعُودٍ " رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : " إِنِّي لَأَكْرَهُ أَنْ أَرَى الرَّجُلَ فَارِغًا لَا فِي أَمْرِ دُنْيَاهُ وَلَا فِي أَمْرِ آخِرَتِهِ " .
Sahabat Umar Ra berkata, “ janganlah salah satu diantara kalian semua hanya duduk tanpa mencari rizki dan hanya berkata, ‘ya Allah berilah aku rizki.’ Karena sesungguhnya kalian tahu bahwa langit tidak menurunkan hujan emas dan perak!.”
Sahabat Ibn Mas’ud Ra berkata, “sesungguhnya aku benci jika melihat laki-laki pengangguran, baik dalam urusan duniawi ataupun akhiratnya.”
وَقِيلَ : " لِأَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ " رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَا تَقُولُ فِيمَنْ جَلَسَ فِي بَيْتِهِ أَوْ مَسْجِدِهِ وَقَالَ : لَا أَعْمَلُ شَيْئًا حَتَّى يَأْتِيَنِي رِزْقِي " ؟ فَقَالَ : " أحمد " : هَذَا رَجُلٌ جَهِلَ الْعِلْمَ أَمَا سَمِعَ قَوْلَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ جَعَلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي . وَقَوْلَهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ حِينَ ذَكَرَ الطَّيْرَ فَقَالَ : تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا فَذَكَرَ أَنَّهَا تَغْدُو فِي طَلَبِ الرِّزْقِ .
Ada yang bertanya kepada imam Ahmad bin Hambal Ra, “apakah pendapat anda, jika melihat seseorang yang hanya duduk di rumah atau masjidnya dan berkata, ‘aku tidak akan mengerjakan sesuatu sehingga rizki datang sendiri padaku’,?.” Beliau menjawab, “ini adalah laki-laki yang tahu tentang ilmu. Apakah dia tidak pernah mendengar sabda baginda Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam, ‘sesungguhnya Allah meletakkan rizkiku dibawah bayang-bayang tombakku’.
Dan sabda beliau Alaihis salaam ketika menjelaskan tentang burung,
‘burung pergi pagi-pagi dalam keadaan perut kosong dan kembali di sore hari dalam keadaan keyang.’
Beliau menjelaskan bahwa sesungguhnya burung saja berangkat pagi-pagi untuk mencari rizki.”
وَكَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَّجِرُونَ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَيَعْمَلُونَ فِي نَخِيلِهِمْ ، وَالْقُدْوَةُ بِهِمْ .
وَمَنْ لَيْسَ لَهُ مَالٌ مَوْرُوثٌ فَلَا يُنْجِيهِ مِنْ ذَلِكَ إِلَّا الْكَسْبُ وَالتِّجَارَةُ
Para sahabat Rosulullah shollallohu alaihi wasallam ada yang berdagang melalui jalur darat atau air, dan ada juga yang bekerja bertani pohon kurma, maka merekalah yang layak kita jadikan panutan.
Bagi orang yang tidak memiliki harta warisan, maka dia tidak akan selamat dari meminta-minta kecuali dengan bekerja dan berdagang.
نَعَمْ تَرْكُ الْكَسْبِ أَفْضَلُ لِعَالِمٍ مُشْتَغِلٍ بِتَرْبِيَةِ عِلْمِ الظَّاهِرِ مِمَّا يَنْتَفِعُ النَّاسُ بِهِ فِي دِينِهِمْ كَالْمُفْتِي - أَيِ الْفَقِيهِ وَالْمُفَسِّرِ وَالْمُحَدِّثِ وَأَمْثَالِهِمْ - أَوْ رَجُلٍ مُشْتَغِلٍ بِمَصَالِحِ الْمُسْلِمِينَ كَالسُّلْطَانِ وَالْقَاضِي وَالشَّاهِدِ ، فَهَؤُلَاءِ إِذَا كَانَ يُكْفَوْنَ مِنَ الْأَمْوَالِ الْمُرْصَدَةِ لِلْمَصَالِحِ أَوِ الْأَوْقَافِ الْمُسْبَلَةِ عَلَى الْفُقَرَاءِ أَوِ الْعُلَمَاءِ فَإِقْبَالُهُمْ عَلَى مَا هُمْ فِيهِ أَفْضَلُ مِنِ اشْتِغَالِهِمْ بِالْكَسْبِ ، وَلِهَذَا أَشَارَ الصَّحَابَةُ عَلَى " أبي بكر " رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ بِتَرْكِ التِّجَارَةِ لَمَّا وَلِيَ الْخِلَافَةَ إِذْ كَانَ ذَلِكَ يَشْغَلُهُ عَنِ الْمَصَالِحِ ، وَكَانَ يَأْخُذُ كِفَايَتَهُ مِنْ مَالِ الْمَصَالِحِ ، وَرَأَى ذَلِكَ أَوْلَى ، ثُمَّ لَمَّا تُوُفِّيَ أَوْصَى بِرَدِّهِ إِلَى بَيْتِ الْمَالِ وَلَكِنَّهُ رَآهُ فِي الِابْتِدَاءِ أَوْلَى .
Memang demikian, namun tidak bekerja itu lebih baik bagi orang ‘alim yang sibuk mengajarkan ilmu dhahir yang bermanfaat bagi manusia di dalam agama mereka, seperti mufti -yaitu ahli fiqh, tafsir, hadits dan sesamanya-, atau laki-laki yang sibuk mengurus kemaslahatan muslimin seperti shulton, qodli, dan syahid. Jika mereka sudah tercukupi dengan harta yang telah di persiapkan untuk kemaslahatan atau harta wakaf yang di peruntukkan faqir miskin atau para ulama’, maka kosentrasi dengan tugas yang telah di tekuninya itu lebih utama daripada sibuk bekerja mencari uang.
Oleh sebab itu, para sahabat menyuruh Abu Bakar Ra agar tidak usah bekerja ketika beliau telah diangkat menjadi kholifah. Karena jika beliau bekerja, niscaya akan terganggu untuk mengurus kemaslahatan umum. Beliau mengambil kebutuhannya dari harta mashalih dan merasa memang itu yang lebih baik. Kemudian saat menjelang wafat, beliau berwasiat agar mengembalikannya ke baitulmal, namun pada mulanya beliau merasa yang lebih baik adalah mengambil upah dari baitulmal.
wallohu a'lam.
موعظة المؤمنين من إحياء علوم الدين
الشيخ محمد جمال الدين القاسمي
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar