SAIR BURDAH, LENGKAP DENGAN TERJEMAH-NYA
Qosidah Burdah
Lengkap Dengan Terjemahan Indonesia Tediri dari 10Bagian, Nadham Ini disusun
oleh seorang Sufi Terkenal Al-Imam Busyiri.
- BAGIAN PERTAMA
- BAGIAN KE-II
- BAGIAN KE-III
- BAGIAN KE-IV
- BAGIAN KE-V
- BAGIAN KE-VI
- BAGIAN KE-VII
- BAGIAN KE-VIII
- BAGIAN KE-IX
- BAGIAN PENUTUP
QOSIDAH BURDAH BAGIAN PERTAMA
قصيدة البردة
للناظم الشيخ محمد البوصيري
الفصل الأول : في الغزل وشكوى
الغرام
Bagian
pertama: Bercumbu dan pengaduan cinta
مَوْلَايَ صَلِّي وَسَلِّـمْ دَآئِــماً
أَبَـدًا ۞ عَلـــَى
حَبِيْبِـكَ خَيْــرِ الْخَلْقِ كُلِّهِمِ
هُوَالْحَبِيْبُ الَّذِيْ تُرْجَى
شَفَاعَتُهُ ۞ لِكُلّ هَوْلٍ مِنَ الْأِهْوَالِ مُقْتَحِـــــــمِ
أَمِنْ تَذَكُّرِ جِيْرَانٍ
بِذِيْ سَــــلَــمٍ ۞ مَزَجْتَ دَمْعًا جَرَيْ مِنْ مُقْلَةٍ
بِـــدَمِ
Apakah
karena mengingat para kekasih di Dzi Salam[1]
sana.
Engkau
deraikan air mata dengan darah duka.
أَمْ هَبَّتِ الرِّيْحُ مِنْ
تِلْقَاءِ كَاظِمَـــةٍ ۞
وَأَوْمَضَ الْبَرْقُ فِيْ الْضَمَآءِ
مِنْ إِضَـمِ
Ataukah
karena hembusan angin terarah lurus berjumpa di Kadhimah[2].
فَمَا لِعَيْنَيْكَ إِنْ قُلْتَ
اكْفُفَا هَمَتَــا ۞ وَمَا لِقَلْبِكَ إِنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ
يَهِـــــمِ
Mengapa
kedua air matamu tetap meneteskan airmata? Padahal engkau telah berusaha
membendungnya.
Apa
yang terjadi dengan hatimu? Padahal engkau telah berusaha menghiburnya.
أَيَحَسَبُ الصَّبُّ أَنَّ
الْحُبَّ مُنْكَتـــِمٌ ۞ مَا بَيْنَ مُنْسَجِمٍ مِنْهُ وَمضْطَــــرِمِ
Apakah
diri yang dirundung nestapa karena cinta mengira bahwa api cinta dapat
disembunyikan darinya.
Di
antara tetesan airmata dan hati yang terbakar membara.
لَوْلَا الْهَوَى لَمْ تُرِقْ
دَمْعاً عَلَي طَـلَلٍ ۞ وَلاَ أرَقْتَ لِذِكْرِ الْبَانِ وَالْعَلـَـــمِ
Andaikan
tak ada cinta yang menggores kalbu, tak
mungkin engkau mencucurkan air matamu.
Meratapi
puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon ban dan gunung yang kau
rindu.
فَكَيْفَ تُنْكِرُ حُباًّ بَعْدَ
مَا شَــهِدَتْ ۞ بِهِ عَلَيْكَ عُدُوْلُ الدَّمْعِ
وَالسَّـــقَمِ
Bagaimana kau dapat mengingkari cinta
sedangkan saksi adil telah menyaksikannya
Berupa deraian air mata dan jatuh
sakit amat sengsara
وَأَثْبَتَ الْوَجْدُ خَطَّيْ عَبْرَةٍ وَّضَــنىً ۞ مِثْلَ الْبَهَارِمِ عَلَى خَدَّيْكَ وَالْعَنَــــمِ
Duka
nestapa telah membentuk dua garisnya isak tangis dan sakit lemah tak berdaya.
Bagai
mawar kuning dan merah yang melekat pada dua pipi.
نَعَمْ سَرَى طَيْفُ مَنْ أَهْوَى فَأَرّقَنِي ۞ وَالْحُبّ يَعْتَرِضُ اللّذّاتَ بِالَلَــــــمِ
Memang
benar bayangan orang yang kucinta selalu hadir membangunkan tidurku untuk
terjaga
Dan
memang cinta sebagai penghalang bagi siempunya antara dirinya dan kelezatan
cinta yang berakhir derita
يَا لَا ئِمِي فِي الهَوَى العُذْرِيِّ مَعْذِرَةً ۞ مِنّي إِلَيْكَ وَلَوْ أَنْصَفْتَ لَمْ تَلُمِ
Wahai pencaci derita cinta kata maaf
kusampaikan padamu.
Aku yakin andai kau rasakan derita
cinta ini tak mungkin engkau mencaci maki.
عَدَتْكَ حَـــالِـي لَاسِرِّيْ بِمُسْتَتِرٍ ۞ عَنِ الْوِشَاةِ وَلاَ دَائِيْ بِمُنْحَسِــمِ
Kini
kau tahu keadaanku, tiada lagi rahasiaku yang tersimpan darimu.
Dari
orang yang suka mengadu domba dan derita cintaku tiada kunjung sirna.
مَحّضْتَنِي النُّصْحَ لَكِنْ لَّسْتُ أَسْمَعُهُ ۞ إَنّ الُحِبَّ عَنِ العُذَّالِ فِي صَمَمِ
Begitu
tulus nasihatmu, tapi aku tak mampu mendengar semua itu.
Karena
sesungguhnya orang yang dimabuk cinta tuli dan tak menggubris cacian pencela.
إِنِّى اتَّهَمْتُ نَصِيْحَ الشّيْبِ فِي عَذَلِي ۞ وَالشّيْبُ أَبْعَدُ فِي نُصْحِ عَنِ التُّهَمِ
Aku
curiga ubanku pun turut mencelaku.
Padahal
ubanku pastilah tulus memperingatkanku.
[1] Dzi salam: Suatu tempat
antara makkah dan madinah.
[2] Kadhimah: Jalan menuju
makkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar