Minggu, 10 Mei 2015

Hukumnya menabung uang

PERTANYAAN :
Assalaamu alaikum
adakah dalil yg menganjurkan menabung uang?

JAWABAN :
wa alaikumus salaam
ada hadis ttg menabung uang.

- kitab mukhtashor minhajul qosidin

الفن الثاني:فى التعرض للأسباب بالادخار، ومن وجد قوتاً حلالاً يشغله كسب مثله عن جمع همه، فادخاره إياه لا يخرجه عن التوكل، خصوصاً إذا كان له عائلة.وفى “ الصحيحين” من حديث عمر بن الخطاب رضى الله عنه ، أن النبى صلى الله عليه وآله وسلم كان يبيع نخل بنى النضير، ويحبس لأهله قوت سنتهم.فإن قيل: فقد نهى رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم بلالاً أن يدخر، فالجواب: أن الفقراء كانوا عنده كالضيف، فما كان ينبغي أن يدخر فيجوعون ،بل الجواب : أن حال بلال وأمثاله من أهل الصفة كان مقتضاها عدم الادخار، فإن خالفوا كان التوبيخ على الكذب فى دعوى الحال لا على الادخار الحلال.


Gambaran kedua:

Mempertimbangkan sebab dengan menyimpan barang. Siapa yang mendapatkan makan pokok yang halal, yang andaikan dia bekerja untuk mendapatkan yang serupa akan membuatnya sibuk, maka menyimpan makan pokok itu tidak mengeluarkannya dari tawakal, terlebih lagi jika dia mempunyai tanggungan orang yang harus diberi nafkah.

Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjual kebun korma Bani Nadhir, lalu menyimpan hasil penjualannya untuk makanan pokok keluarganya selama satu tahun.

Jika ada yang bertanya, “Bagaimana dengan tindakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melarang Bilal untuk menyimpan harta?”.

Jawabnya: Orang-orang fakir dari kalangan shahabat di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tak ubahnya tamu. Buat apa mereka menyimpan harta jika dijamin tidak akan lapar? Bahkan bisa dijawab sebagai berikut: Keadaan Bilal dan orang-orang yang semacam dia dari Ahlush-Shuffah (orang-orang yang ada di emperan) memang tidak selayaknya untuk menyimpan harta. Jika mereka tidak terima, maka celaan tertuju pada sikap mereka yang mendustakan keadaan mereka sendiri, bukan pada masalah menyimpan harta yang halal.

menabung/menyimpan makanan pokok

- kitab ihya' ulumuddin (4/206-207)

وفي الادخار ثلاث درجات إحداها أن لا يدخر إلا ليومه وليلته وهي درجة الصديقين والثانية أن يدخر لأربعين يوماً فإن ما زاد عليه داخل في طول الأمل وقد فهم العلماء ذلك من ميعاد الله تعالى لموسى عليه السلام ففهم منه الرخصة في أمل الحياة أربعين يوماًوهذه درجة المتقينوالثالثة أن يدخر لسنته وهي أقصى المراتب وهي رتبة الصالحين ومن زاد في الادخار على هذا فهو واقع في غمار العموم خارج عن حيز الخصوص بالكليةفغنى الصالح الضعيف في طمأنينة قلبه في قوت سنته وغنى الخصوص في أربعين يوماً وغنى خصوص الخصوص في يوم وليلة وقد قسم النبي صلى الله عليه وسلم نساءه على مثل هذه الأقسام فبعضهن كان يعطيها قوت سنة عند حصول ما يحصل وبعضهن قوت أربعين يوماً وليلة وهو قسم عائشة وحفصة


dalam masalah penyimpanan ada 3 derajat:1. tdk menyimpannya kecuali utk sehari dan semalam, ini adalah derajatnya shiddiqiin.2. menyimpan utk 40 hari, ini adalah derajatnya muttaqiin.3.menyimpan utk setahun, ini adalah derajatnya sholihiin.

barang siapa menambah simpanannya melebihi jatahnya setahun maka dia telah terjatuh dalam kebodohan orang awam dan keluar dari kelompok khusus dengan total.- orang kaya yg sholeh dan lemah ketenangan hatinya berada dalam makanan pokok setahunnya.- orang kaya yg khusus , dalam 40 hari.- dan orang kaya khususnya khusus , dalam sehari semalam.

Nabi shollalohu alaihi wasallam telah membagi kepada istri2nya dengan bagian spt itu, - sebagian istri ada yg diberi makanan pokok untuk kebutuhan setahun ketika beliau mendapatkannya.- sebagian istri di beri makanan pokok utk 40 hari - dan sebagian yg lain diberi makanan pokok utk sehari, ini adalah bagiannya aisyah dan hafshoh.

wallohu a'lam bis showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar