PERTANYAAN
Assalamu'alaikum. Bagaimana hukum uang kas masjid digunakan untuk membeli alat rebana/hadroh yang mana grup hadroh tersebut bukan milik masjid yang bersangkutan.
Mohon pencerahannya poro 'alim. Matur nuwun.
JAWABAN
Kesimpulan Jawaban Di Tafshil :
Jika grup rebana atau hadroh tersebut bukan bentukan masjid bersangkutan,Maka TIDAK BOLEH. dengan alasan bahwa grup tersebut bukan bagian dari memakmurkan masjid.
Jika grup rebana atau hadroh tersebut bentukan masjid bersangkutan, Dan pembelian serta penggunaan rebana tersebut untuk ikut mendukung kemakmuran masjid tersebut, Maka BOLEH menggunakan uang kas mesjid terseut untuk membeli rebana.
Jika grup rebana atau hadroh tersebut bentukan masjid bersangkutan,Namun penggunaan rebana atau hadrohnya bukan untuk memakmurkan mesjid,maka TIDAK BOLEH menggunakan uang kas mesjid terseut untuk membeli rebana.
Catatan : Ke'BOLEH'an nya pun, setelah kemakmuran-kemakmuran lainnya yang jauh lebih penting telah tertutupi
Wa'alaikum salam
Uang masjid hanya boleh digunakan untuk kemaslahan masjid tidak diperkenankan menggunakannya untuk keperluan yang lain.
و قع السؤال على الدرس عما يوجد من الاشجار فى المساجد و لم يعرف هل هو وقف اولا.....................الى ان قال وان كان وقفه على خصوص المسجد امتنع صرفه لغيره فعلى تقديرين جواز صرفه لمصالح المسجد محقق بخلاف لمصالح غيره مشكوك فى جوازه فيترك لاجل المحقق
اعانة الطالبين ٣/١٨٤
Nambahin dikit mungkin bermanfaat....
فتح الاله المنان للشيخ سالم بن سعيد بكير باغيثان الشافعي ص : ١٥٠
سئل رحمه الله تعالى عن رجل وقف اموالا كثيرة على مصالح المسجد الفلاني وهو الان معمور وفي خزنة المسجد من هذا الوقف الشئ الكثير فهل يجوز اخراج شئ من هذا الوقف لاقامة وليمة مثلا يوم الزينة ترغيبا للمصلين المواظبين ؟ فا جاب الحمد لله والله الموافق للصواب الموقوف على مصالح المساجد كما في مسئلة السؤال يجوز الصرف فيه البناء والتجصيص المحكم و في أجرة القيم والمعلم والامام والحصر والدهن وكذا فيما يرغب المصلين من نحو قهوة وبخور يقدم من ذلك الاهم فالاهم وعليه فيجوز الصرف في مسئلة السؤال لما ذكره السائل اذافضل عن عمارته ولم يكن ثم ما هو اهم منه من المصالح اهـ
Fathul ilahil manan hal 150.
Karangan syekh salim bin said .
Beliau (mualif kitab ini) di tanya tentang seseorang yg mewakafkan hartanya yang sangat banyak untuk kemaslahatan masjid dan sekarang masjid tersebut telah makmur (banyak yg ibadah disana) dan ada di kas masjid harta wakaf orang tersebut masih lebih karena sangat banyaknya ,
Maka apakah boleh mengeluarkan sebagian harta wakof ini untuk suatu acara agar orang orang yang solat lebih giat lagi ?
Maka beliau menjawab :
Segala puji bagi Allah dan Allah jua lah yang memberikan jalan kepada kebenaran.
Harta harta yang di wakofkan untuk kemaslahatan masjid , sebagaimana pada soal tersebut ,
Boleh mentasarufkan harta wakof tsb untuk pembangunan , pengecatan , gaji marbot , asatidz , imam , begitu pula boleh untuk membuat lebih giat lagi orang yg solat seperti menyajikan kopi , bukhur (asap yang wangi untuk mewangikan masjid) akan tetapi semua harta wakaf itu harus di utamakan mana yang lebih penting ,
Oleh karena itu boleh mentasarufkan harta tersebut untuk pertanyaan tadi dengan syarat harta tersebut sudah lebih dari kebutuhan masjid maka boleh mentasarufkannya untuk kemaslahatan masjid (seperti menjamukan kopi tadi , bukhur dll).
فتاوى بافضل ص ١٠٠
ما قول العلماء نفع الله بهم في مسجد عليه اوقاف.اراد جماعة من طلب العلم احياء بين العشاءين فيه لقراءة بعض كتب الفقه فهل للناظر ان يصرف لهم من غلة الوقف مما يكفي السريح لهم. لان السراح الذي لقراءة الحزب لا يمكنهم القراءة عليه ام لا؟ يجوز للناظر ان يصرف لهم مما يكفي التسريج للقرأة المذكورفي السؤال, والحال ما ذكر السائل, من غلة وقف المسجد الزائدة على عمارته واهم مصالحه ان لم يتوقع طرؤه اهم منه,والا فليس له ذالك,لان قرأة الفقه فيه كقراءة القراءن وهي من المصالح لان فيها احياء له, قال في القلائد:وافتى بعض اهل اليمن بحواز صرف الزائد المتسع لدراسة علم او قراءن فيه (المسجد),قال لانه لا غاية له.
Fatwa syekh bafadol hal 100.
Apa pendapat para ulama tentang masjid yang ada padanya harta harta wakaf karena ada sebagian santri (para pencari ilmu) ingin menghidupkan antara waktu magrib dan isya di dalam masjid untuk mempelajari kitab kitab fiqh maka apakah boleh bagi pengelola wakaf untuk menggunakan harta wakaf tersebut untuk keperluan menerangi mereka karena lampu yang mereka gunakan tidak cukup bagi sebagian kelompok yang lain?
Maka beliau menjawab
"Boleh menggunakan harta wakaf untuk keperluan menerangi mereka untuk mempelajari fiqh di masjid akan tetapi hal itu jika harta tersebut lebih dari pembangunan untuk masjid (jadi jika masih di butuhkan untuk membangun masjid maka tidak boleh) , kebolehan tersebut karena mempelajari ilmu fiqh itu disamakan dengan membaca alquran karena sama sama untuk memakmurkan masjid".
Telah berkata di kitab qolaid : telah berfatwa sebagian ulama yaman akan kebolehannya menggunakan harta wakaf yang berlebih untuk menggunakannya untuk mempelajari ilmu dan membaca quran di masjid.
روائع البيان تفسير ايات الاحكام ج ١ ص ٤١٠
مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ الله شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ (١٧).
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ الله مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا الله فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (١٨) .
(التوبة ١٧ - ١٨).
الحكم الاول : ماالمراد بعمارة المساجد فى الاية الكريمة ؟ ذهب بعض العلماء الى ان المراد بعمارة المساجد هو بناؤها وتشييدها وترميم ما تهدم منها وهذه هي العمارة الحسية ويدل عليه قوله عليه وسلم : من بنى لله مسجدا ولو كمفحص قطاة بنى الله له بيتا في الجنة . وقال بعضهم : المراد عمارتها بالصلاة والعبادة وأنواع القربات كما قال الله تعالى في بيوت أذن الله ان ترفع ويذكر فيها اسمه . وهذه هي العمارة المعنوية التي هي الغرض الأسمى من بناء المساجد . ولا مانع ان يكون المراد بالآية النوعين : الحسية والمعنوية , وهو اختيار جمهور العلماء لأن اللفظ يدل عليه والمقام يقتضيه . قال ابو بكر الجصاص وعمارة المسجد تكون بمعنيين احدهما زيارته والمكث فيه والاخرى بناؤه وتجديدما استرم منه - الى ان قال فاقتضت الآية منع الكفار من دخول المساجد , ومن بنائها , وتولى مصالحها , والقيام بها لانتظام اللفظ للأمرين .
- Rawaiul bayan juz 1 hal 410
مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.
Surah At-Taubah (9:17)
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Surah At-Taubah (9:18)
Hukum yang pertama
Apa yang di maksud memakmurkan mesjid pada ayat yang mulya tersabut ?
Sebagian para ulama berpendapat bahwa yang di maksud memakmurkan masjid adalah dengan cara membangunnya ,membetulkannya jika temboknya rusak ,mengokohkannya ,dan ini merupakan memakmurkan masjid secara fisiknya dan ini juga sebagaimana yang telah di sabdakan rasulullah : Barang siapa yang membangun masjid walaupun seperti kandang burung (kiasan akan minim nya bangunannya) maka kelak allah akan membangunkan baginya rumah di surga.
Sebagian para ulama juga berpendapat bahwa yang di maksud dengan memakmurkan masjid adalah:
Dengan cara ibadah seperti solat didalamnya dan segala macam bentuk pendekatan diri pada allah ini sebagaimana yang allah firmankan:
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang
Surah An-Nur (24:36)
Ini adalah memakmurkan masjid secara ma'nawi yang mana ini adalah maksud yang luhur di dirikannya masjid
Dan ayat tersebut (at taubah 7-8) bisa berma'na 2 (Dua) : yaitu memakmurkan masjid secara fisik dan ma'nawi.
Dan inilah pendapat yang dipilih oleh para ulama
Telah berkata imam Abu Bakar Al jassos :
Memakmurkan masjid itu bisa berma'na 2 (Dua) yaitu mengunjunginya dan diam di dalamnya dan bisa juga membangunnya dan menjadikan baru bangunan bangunannya yang telah rusak .
Maka ayat tersebut memberikan faidah:
Tidak bolehnya orang kafir memasuki masjid ,perhatian untuk membangun masjid dan mengelola kemaslahatan untuk masjid.
تفسير الرازي ج ٢ ص ٣٠٣
وثالثها : قوله تعالى : { مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُواْ مَسَاجِدَ الله شاهدين على أَنفُسِهِم بِالْكُفْرِ } (التوبة : ١٧ )
وعمارتها تكون بوجهين . أحدهما : بناؤها وإصلاحها . والثاني : حضورها ولزومها ، كما تقول : فلان يعمر مسجد فلان أي يحضره ويلزمه وقال النبي صلى الله عليه وسلم :
إذا رأيتم الرجل يعتاد المساجد فاشهدوا له بالإيمان .
وذلك لقوله تعالى : { إِنَّمَا يَعْمُرُ مساجد الله مَنْ ءامَنَ بالله واليوم الأخر }.
( التوبة : ١٨ )فجعل حضور المساجد عمارة لها .
- Tafsir Ar rozi juz 2 hal 303.
مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.
Surah At-Taubah (9:17).
Memakmurkan masjid itu bisa dengan dua cara:
1.Membangunnya dan memperbaikinya
2. Menghadirinya dan melaziminya
Sebagaimana perkataan:
Si fulan memakmurkan masjid artinya dia selalu hadir di masjid dan lazim di masjid ini sebagaimana sabda rasulullah:
Apabila kalian melihat seseorang yang sering berada di masjid maka saksikanlah akan keimanannya.
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Surah At-Taubah (9:18)
Maka termasuk memakmurkan masjid adalah selalu hadir di dalamnya.(beribadah di dalamnya).
و الله أعلم
Bila rebana tersebut membawa maslahat pada masjid dan uangnya di ambil dari uang masjid yang di peruntukkan untuk kemaslahatan masjid maka hukumnya BOLEH
@ بغية المسترشدين ص : 65 (دار الفكر)
(مسئلة ب) يجوز للقيم شراء عبد للمسجد ينتفع به لنحو نزح إن تعينت المصلحة فى ذلك إذ المدار كله من سائر8ه الأولياء عليها نعم لا نرى للقيم وجها فى تزويج العبد المذكور كولى اليتيم إلا أن يبعه بالمصلحة فيزوجه مشتريه ثم يرد للمسجد بنحو بيع مراعيا فى ذلك المصلحة ويجوز بل يندب للقيم أن يفعل ما يعتاد فى المسجد من قهوة ودخون ونحوهما مما يرغب نحو المصلين وإن لم يعتد قبل إذا زاد على عمارته.
@ فتح الاله المنان للشيخ سالم بن سعيد بكير باغيثان الشافعي ص : 150
سئل رحمه الله تعالى عن رجل وقف اموالا كثيرة على مصالح المسجد الفلاني وهو الان معمور وفي خزنة المسجد من هذا الوقف الشئ الكثير فهل يجوز اخراج شئ من هذا الوقف لاقامة وليمة مثلا يوم الزينة ترغيبا للمصلين المواظبين ؟ فا جاب الحمد لله والله الموافق للصواب الموقوف على مصالح المساجد كما في مسئلة السؤال يجوز الصرف فيه البناء والتجصيص المحكم و في أجرة القيم والمعلم والامام والحصر والدهن وكذا فيما يرغب المصلين من نحو قهوة وبخور يقدم من ذلك الاهم فالاهم وعليه فيجوز الصرف في مسئلة السؤال لما ذكره السائل اذافضل عن عمارته ولم يكن ثم ما هو اهم منه من المصالح اهـ
@ حاشية القليوبى ج : 3 ص : 108
واعلم أن أموال المسجد تنقسم على ثلاثة أقسام ، قسم للعمار كالموهوب والمتصدق به له وريع الموقوف عليه ، وقسم للمصالح كالموهوب والمتصدق به لها وكذا ريع الموقوف عليها وربح التجارة وغلة أملاكه وثمن ما يباع من أملاكه وكذا ثمن الموقوف عله عند من جوز بيعه عند البلى والإنكسار وقسم مطلق كالموهوب والمتصدق به له مطلقا وكذا ريع الموقوف عليه مطلقا , وهذا التقسيم مأخوذ من مفهوم أقوالهم فى كتب القفه المعتبرة والمعتمدة ، والفرق بين العمارة والمصالح هو أن ما كان يرجع إلى عين الوقف حفظا وإحكاما كالبناء والترميم والتجصيص للإحكام والسلالم والسوارى والمكاسن وغير ذلك هو العمارة , أن ما كان يرجع إلى جميع ما يكون مصلحة وهذا يشمل العمارة وغيرها من المصالح كالمؤذن والإمام والدهن للسراج هو المصالح .
@ فتاوى بافضل ص:100
ما قول العلماء نفع الله بهم في مسجد عليه اوقاف.اراد جماعة من طلب العلم احياء بين العشاءين فيه لقراءة بعض كتب الفقه فهل للناظر ان يصرف لهم من غلة الوقف مما يكفي السريح لهم. لان السراح الذي لقراءة الحزب لا يمكنهم القراءة عليه ام لا؟ يجوز للناظر ان يصرف لهم مما يكفي التسريج للقرأة المذكورفي السؤال, والحال ما ذكر السائل, من غلة وقف المسجد الزائدة على عمارته واهم مصالحه ان لم يتوقع طرؤه اهم منه,والا فليس له ذالك,لان قرأة الفقه فيه كقراءة القراءن وهي من المصالح لان فيها احياء له, قال في القلائد:وافتى بعض اهل اليمن بحواز صرف الزائد المتسع لدراسة علم او قراءن فيه (المسجد),قال لانه لا غاية له
@ بغية المسترشدين ص : 65 (دار الفكر)
(مسئلة ب) يجوز للقيم شراء عبد للمسجد ينتفع به لنحو نزح إن تعينت المصلحة فى ذلك إذ المدار كله من سائر الأولياء عليها نهم لا نرى للقيم وجها فى تزويج العبد المذكور كولى اليتيم إلا أن يبعه بالمصلحة فيزوجه مشتريه ثم يرد للمسجد بنحو بيع مراعيا فى ذلك المصلحة ويجوز بل يندب للقيم أن يفعل ما يعتاد فى المسجد من قهوة ودخون ونحوهما مما يرغب نحو المصلين وإن لم يعتد قبل إذا زاد على عمارته.
@ تحفة المحتاج في شرح المنهاج - (26 / 52)
( فرع ) تقدم عمارة الموقوف على حق الموقوف عليهم لما في ذلك من حفظ الوقف ويصرف ريع الموقوف على المسجد وقفا مطلقا أو على عمارته في البناء والتجصيص للمحكم ، والسلم والبواري للتظليل بها ، والمكانس ليكنس بها ، والمساحي لينقل بها التراب وفي ظلة تمنع إفساد خشب الباب بمطر ونحوه إن لم تضر المارة وفي أجرة قيم لا مؤذن وإمام وحصر ودهن ؛ لأن القيم يحفظ العمارة بخلاف الباقي فإن كان الوقف لمصالح المسجد صرف من ريعه لمن ذكر لا في التزويق ، والنقش بل لو وقف عليها لم يصح ا هـ مغني زاد النهاية وهذا المذكور من عدم صرف ذلك للمؤذن والإمام في الوقف المطلق هو مقتضى ما نقله الروضة عن البغوي لكنه نقل بعده عن فتاوى الغزالي أنه يصرف لهما كما في الوقف على مصالحه وكما في نظيره من الوصية للمسجد وهذا هو الأصح ويتجه إلحاق الحصر والدهن بهما في ذلك ا هـ وفيهما أيضا
Wallohu A'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar