Kamis, 02 Juli 2015

Istawa dan aqidah wahabi

Soal Istiwa', Pertanyaan yang Tak Mampu Dijawab Wahabi

Wahabi sering berdalih bahwa Allah beristiwa di atas Arsy dengan menetapkan makna dhahirnya yaitu bersemayam dengan membawakan dalil dari imam Malik berikut :

اْلإِسْتِوَاءُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ، وَالْكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ، وَاْلإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ، وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ

“Istiwa’-nya Allah ma’lum (sudah diketahui maknanya), dan kaifiyatnya tidak dapat dicapai nalar (tidak diketahui), dan beriman kepadanya wajib, bertanya tentang hal tersebut adalah perkara bid’ah ". (Lihat Syarhus Sunnah lil Imaam al-Baghawi (I/171), Mukhtasharul ‘Uluw lil Imaam adz-Dzahabi (hal. 141), cet. Al-Maktab al-Islami, tahqiq Syaikh al-Albani.)

Atau :

الاِسْتِوَاءُ مَعْلُوْمٌ، وَاْلكَيْفُ مَجْهُوْلٌ، وَالإِيمَانُ بِهِ وَاجِبٌ

“Istiwa’ itu diketahui, kaifiyyahnya tidak diketahui, dan mengimaninya wajib.” (Al-Iqtishad fil I’tiqad, Al-Ghazali)

Sekarang saya jawab singkat :
Istiwa memang tidak majhul artinya maklum fil lughah (diketahui maknanya dalam bahasa Arab). Nah apa makna ISTIWA dalam bahasa Arab ??
Yuk kita tengok penjelasan imam Qurthubi :

والاستواء في كلام العرب هو العلو والاستقرار. قال الجوهري: واستوى من اعوجاج، واستوى على ظهر دابته؛ أي استقر. واستوى إلى السماء أي قصد. واستوى أي استولى وظهر. قال: قد استوى بِشر على العراق من غير سيف ودم مهراق واستوى الرجل أي انتهى شبابه. واستوى الشيء إذا اعتدل

Istiwa dalam ucapan orang Arab adalah : Tinggi dan istiqrar / bersemayam, Al-Jauhari berkata :" istawa (lurus) dari kebengkokan , dan istawa (duduk) di atas punggung kendaraannya yakni istaqarra, istawa ilas samaa artinya menuju ke langit, dan istawa bermakna istawla dan dhahahr (menguasai), bekata " telah istiwa (menguasai) seseorang atas negeri Iraq tanpa pedang dan penumpahan darah. Istawa seseorang artinya telah selesai masa pubernya. Istawa sesuatu itu artinya lurus sesuatu itu." (Tafsir al-Qurthubi surat Yunus ayat 3)

Jadi menurut Bahasa Arab ISTIWA memiliki makna :

1. Tinggi dan bersemayam
2. Lurus tidak bengkok
3. Menuju (qashd) ke langit
4. Menguasai (istawla)
5. Selesai masa puber
6. Lurus, tegak (i'tidal)
7. Luhur (Irtifa')

Nah pertanyaan saya buat wahabi dan ulamanya : " Manakah yang maklum dari ketujuh makna ISTIWA dalam bahasa Arab tersebut yang dimaksud oleh imam Malik ??. Silakan Jawab...dari dulu sampai sekarang gak ada yang mau jawab.

Bukti Aqidah sesat wahabi: “istawa” dimaknai “duduk” (aqidah sesat : Allah dan nabi muhammad duduk diatas arsy waktu isra mi’raj)


BUKTI PENYIMPANGAN AKIDAH WAHHABI-SALAFI..!!!
Sedikit saya buktikan bahwa akidah wahhabi bukanlah akidah yang dibawa oleh Rasulullah Sw, ajaran wahhabi-salafi bukanlah ajaran Islam. Mereka sangat jauh menyempal dari ajaran Ahlus sunnah waljama’ah, sangat jauh meluncur bagaikan anak panah yang meluncur dari busurnya dan tak kan kembali lagi.

Dalam kesempatan ini, saya tidak menampilkan puluhan bukti yang ada dalam dokumen saya, tapi cukup sedikit ini akan menjadi bukti penyimpangan akidah wahhabi dari akidah ulama salaf shaleh yang sesungguhnya.

Semoga wahhabi dan para korban doktrin wahhabi mau merenungi hal ini, buka hati kalian, tundukkan sayap kesombongan kalian, mohonlah petunjuk kepada-Nya yang menciptakan petunjuk kebenaran, semoga data dan bukti ini mampu membuka kesadaran hati kalian untuk memikirkan kembali ajaran yang selama ini kalian pegang dan taqlidi…semoga sedikit mmebuka pencerahan untuk kalian, dan semoga Allah memberi petunjuk kebenaran untuk aku dan kalian..

Ibnu Utsaimin (salah satu ulama wahabi dan anggota fatwa Saudi) mengatakan dalam kitab Syarh Aqidah Thahawiyyahnya berikut :


” Sesungguhnya tidak mungkin terjadi kontradiksi antara al-Quran dan Hadits Nabi yang sah selamanya. Karena Quran dan Hadits adalah Haq / Kebenaran dan Kebenaran tidak akan terjadi Kontradiksi, karena semua dari Allah sedangkan apa yang dari Allah tidak akan terjadi kontradiksi…” (Syarh Aqidah Thahawiyyah, Ibnu Ustaimin : 89)

Komenyat Shofiyyah : Saya setuju dalam hal ini dengan Ibnu Utsaimin, mungkin lebih saya perjelas yaitu bahwa Akidah Islam tidak akan terjadi kontradiksi di manapun dan kapanpun, karena ini menyangkut masalah yang prinsipil di mana setiap muslim akidahnya harus sama tidak boleh berbeda ataupun berselisih. Jika berselisih, jelas yang menyelisihi itu yang salah. Sedangkan dalam masalah Furu’ (bukan akidah) maka Allah mentolerir adanya perpedaan pendapat. Sebab di masa sahabat nabi pun banyak terjadi perbedaan pendapat, dan hal ini adalah rahmat bagi umat Islam sendiri.

Oke, sekarang kita masuk kepada pembuktian hal ini. Jika Akidah Wahhabi-salafi itu benar sesuai ajaran Nabi dan para sahabatnya, maka mustahil terjadi kontradiksi karna KEBENARAN tidak akan kontradiksi. Namun ternyata, ironis dan na’as sekali, saya menemukan ada sekitar 100 lebih kontradiksi wahabi dalam akidah di antara kalangan mereka sendiri. Yang jika saya beberkan semuanya niscaya dan pasti wahabi akan bingung mana yang benar dan mana yang salah. Mungkinkah akidah Nabi itu kontardiksi?? mungkinkah al-Quran itu isisnya saling kontradiksi?? Jawabannya : Tidak sama sekali. Tapi pemikiran merekalah yang sesat lagi menyesatkan.

Kita buktikan :
Syaikh Shaleh al-Fauzan menyatakan bahwa hadits Allah itu duduk bersama Nabi Muhammad di Arsy itu sahih meskipun sulit untuk diindra. Artinya ia setuju dengan akidah yang menafsirkan ISTAWA dengan JALASA (duduk). Lihat kitab Ta’liq al-Mukhtashar ‘ala Qashidah an-Nuuniyyah halaman 453 ketika ia menta’liq qasidah Ibnul Qayyim berikut :

Cover kitab :

Arti yang bergaris merah :
Sesungguhnya Allah mendudukkan Muhammad bersama di atas Arsy….Ini adalah hadits sahih walaupun sulit untuk dipikirakan sifat duduknya, maka tidaklah mengapa. (Ta’liq al-Mukhtashar ‘ala Qashidah an-Nuuniyyah halaman 453).
Dalam kitab yang lainnya, Shaleh al-Fauzan mengatakan :

Cover kitab :

” Ar-Rahman beristiwa di atas Arsy ” Apakah beristiwa itu bukan bermakna duduk ?? tidaklah beristiwa melainkan duduk. Ini ucapan (istiwa adalah bermakna duduk) adalah sahih tidak ada debu sedikit pun (sangat jelas) “. (Qudum kitab al-Jihad, karya syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi dan ditaqliq Shaleh al-Fauzan halaman : 101)
Dalam kitab ini, syaikh Abdul Aziz dan Syaikh Shaleh al-Fauzan sepakat bahwa ISTIWA itu bermakna DUDUK.

Tapi, sekali lagi, tapi……
Di kitabnya yang lain justru Shaleh al-Fauzan menyatakan bahwa tafsir ISTIWA dengan DUDUK adalah TAFSIR YANG BATHIL…perhatikan :

Cover kitab :

” Apakah Istawa bermakna Jalasa / Duduk itu termasuk takwil ? Shaleh al-Fauzan menjawab : ” Ini Bathil, karena tidak ada sama sekali riwayat yang menafsirkan ISTAWA dengan JALASA (duduk) dan kami tidak mentetapkan sesuatu pun tentang Istawa “. (Lum’ah al-I’tiqad : 315)

Lihat pembaca, bagaimana syaikh Shaleh al-Fauzan yang diawal mengakui ISTAWA dengan makna JALASA (DUDUK), tapi di kitabnya yang lainj justru dia mengatakan memaknai ISTIWA dengan JULUS (DUDUK) adalah BATHIL. Subhanallah, bagaimana bisa satu pemahaman saling kontradiksi dari satu orang saja ?? apakah syaikh ibn Fauzan ini ketika berfatwa atau berpendapat tidak berpikir secara jernih atau sedang mabuk ?? saya yakin para pengikut syaikh Shaleh al-Fauzan ini dibuat bingung dengan ke plin-planan akidahnya.

Di sisi lain, ada ulama wahabi lainnya yang juga menyatakn bahwa hadits yang menunjukkan Allah JALASA / DUDUK di Arsy adalah maudhu’ / palsu dan kedsutaan atas nama Nabi Saw. Yaitu syaik Albani seorang syaikh yang diklaim wahabi sbgai ahli hadits zaman skrg (padahal saya meneliti bnyak sekali mufradat / kosakata yang diartikan salah oleh Albani dalam bebrapa kitabnya ketika mengartikan sebuah isim yang gharib, suatu saat saya akan membahasnya). Perhatikan pendapat Albani berikut :

” Yang jelas, bahwasanya perhatikan dalam matannya dari kemungkaran yang ada, yaitu menisbatkan JULUS / DUDUK kepada Allah….Matan hadits itu mengandung KEPALSUAN “. (Maushu’ah al-Allamah al-Imam Mujaddid al-Ashr: Albani : 343).

Perhatikan wahai pembaca khususnya para wahabi-salafi, lihat ulama kalian saling bertolak belakang dalam masalah akidah yang merupakan pondasi Islam dan amal !! apakah AKIDAH ISLAM itu kontradiksi menurut kalian ?? Mana yang benar?? kenapa terjadi kontradiksi di kalangan wahabi sendiri dalam masalah akidah ??

Benar ucapan Ibnu Utsamin di awal bahwa ” Sesungguhnya tidak mungkin terjadi kontradiksi antara al-Quran dan Hadits Nabi yang sah selamanya. Karena Quran dan Hadits adalah Haq / Kebenaran dan Kebenaran tidak akan terjadi Kontradiksi, karena semua dari Allah sedangkan apa yang dari Allah tidak akan terjadi kontradiksi…” (Syarh Aqidah Thahawiyyah, Ibnu Ustaimin : 89)

Maka dengan ucapan ini, benar lah bahwa akidah wahhabi-salafi tidaklah benar karena saling kontradiksi dan bertolak belakang di antara mereka sendiri. Ini satu contoh yang baru saya tampilkan, masih ada seratus konradiksi lainnya yang saya simpan di dokumen saya. Terlebih masalah furu’ / fiqih sangat banyak kontradiksi di antara mereka, bagi saya wajar kalau masalah furu’ itu ada perbedaan pendapat, tapi angat tidak wajar dan tidak benar jika perbedaan pendapat itu dibumbui kata-kata membid’ahkan dan menyesatkan bahkan kata-kata binatang sesama kalangan mereka sendiri…

Inikah menurut kalian kebenaran itu ???

Bukti Aqidah wahabi = aqidah yahudi : Tuhan Yahudi/wahabi duduk diatas langit


Bukti Kongkrit Akidah wahabi-salafi adalah Akidah Yahudi
Para pembaca sekalian, mungkin banyak yang tidak mengetahui apa dan bagaimana sebenarnya akidah wahabi-salafi, orang-orang awam pada umumnya hanya mengetahui bahwa akidah mereka menetapkan sifat-sifat Allah yang ada dalam al-Quran dan menghindari takwil karena takwil bagi mereka adalah perbuatan Yahudi.

Apalagi orang-orang yang telah menjadi doktrin mereka atau tertarik ajaran mereka sebab topeng yang mereka gunakan dengan slogan kembali pada Al-Quran dan Sunnah dan menjauhi segala bentuk kesyirikan, maka sudah pasti akan melihat ajaran dan akidah mereka murni ajaran tauhid yang suci. Usaha keras untuk memberantas segala bentuk kesyirikan yang ada dan telah merata di seluruh permukaan bumi ini.

Tapi tidak bagi kaum muslimin yang memiliki pondasi Tauhid Ahlus sunnah waljama’ah, mereka akan mampu mengetahui dan melihat misi jahat yang diselipkan di belakang slogan itu. Seiring waktu berjalan, semakin terlihat, semakin terbongkar akidah wahabi-salafi yang sesungguhnya, semakin tercium dan tampak persamaan akidah wahabi-salafi dan Yahudi. Mereka secara lahir menampakkan pada kaum muslimin permusuhan pada Yahudi, tapi secara sembunyi berteman akrab dengan Yahudi.

Pada kali ini, saya akan bongkar untuk pembaca akidah wahabi-salafi yang sesungguhnya yaitu

“ AKIDAH WAHABI-SALAFI ADALAH AKIDAH YAHUDI “. 


Tidak perlu saya mengambil sumber dari kitab-kitab para ulama ahlus sunnah yang menceritakan akidah wahabi. Jika saya nukil dari para ulama ahlu sunnah tentang perkataan tasybih dan tajsim mereka, maka mungkin mereka masih bisa menolak dan mengelak, mereka akan mengatakan itu fitnah dan tuduhan yang tak berdasar pada syaikh-syaikh kami,  tapi saya akan tampilkan dengan bukti-bukti kuat akurat yang bersumber dari kitab-kitab karya ulama mereka sendiri yang sudah mereka cetak, terutama Ibnu Taimiyyah, Muhammad bin Abdul Wahhab, ad-Darimi (bukan ad-Darimi sunni pengarang kitab sunan), Albani, Ibnu Utsaimin dan yang lainnya, Yang tak akan mampu mereka bantah.
Saya hanya menampilkan bukti-bukti kongkrit ini semata-mata hanya untuk suadara-saudaraku yang telah terpengaruh dengan akidah wahabi. Dan petunjuk hanyalah dari Allah Swt.
Jika masih ada wahabi yang membantah bukti dan penjelasan nyata ini, maka ibarat orang yang berusaha menutupi cahaya matahari yang terang benderang di sinag hari dengan segenggam tangannya.

Akidah Yahudi :

Di dalam naskah kitab Taurat yang sudah dirubah yang merupakan asas akidah Yahudi yang mereka namakan “ SAFAR AL-MULUK “ Al-Ishah 22 nomer : 19-20 disebutkan :



و قال فاسمع إذاً كلام الرب قد رأيت الرب جالسا على كرسيه و كل جند السماء وقوف لديه عن يمينه و عن يساره

“ Dan berkata “ Dengarkanlah, ucapan Tuhan..aku telah melihat Tuhanku duduk di atas kursinya dan semua pasukan langit berdiri di hadapannya dari sebelah kanan dan kirinya “.
Dalam kitab mereka yang berjudul “ SAFAR AL-MAZAMIR “ Al-Ishah 47 nomer 8 disebutkan :

الله جلس على كرسي قدسه

“ Allah duduk di atas kursi qudusnya “.

Akidah wahabi-salafi :
Di dalam kitab andalan wahabi-salafi yaitu Majmu’ al-Fatawa Ibnu Taimiyyah al-Harrani imam wahabi juz 4 halaman 374 :

إن محمدا رسول الله يجلسه ربه على العرش معه

“ Sesungguhnya Muhammad Rasulullah didudukkan Allah di atas Arsy bersama Allah “.
Di dalam kitab “ Syarh Hadits an-Nuzul “ halaman 400 cetakan Dar al-‘Ashimah disebutkan bahwasanya Ibnu Taimiyyah berkata :

فما جاءت به الأثار عن النبى من لفظ القعود و الجلوس فى حق الله تعالى كحديث جعفر بن أبى طالب و

حديث عمر أولى أن لا يماثل صفات أجسام العباد

“ Semua hadits yang datang dari Nabi dengan lafadz qu’ud dan julus (duduk) bagi Allah seperti hadits Ja’far bin Abi Thalib dan hadits Umar, lebih utama untuk tidak disamakan dengan anggota tubuh manusia “.
Dalam halaman yang sama Ibnu Taimiyyah berkata :

إذا جلس تبارك و تعالى على الكرسي سمع له أطيط كأطيط الرحل الجديد

“ Jika Allah duduk di atas kursi, maka terdengarlah suara suara saat duduk sebagaimana suara penunggang bintang tunggangan karena beratnya ”
Kitab tersebut dicetak di Riyadh tahun 1993, penerbit Dar al-‘Ashimah yang dita’liq oleh Muhammad al-Khamis.
Di dalam kitab ad-Darimi (bukan ulama sunni al-Hafdiz ad-Darimi pengarang hadits sunan) halaman 73 disebutkan :

هبط الرب عن عرشه إلى كرسيه

“ Allah turun dari Arsy ke kursinya “
Kitab itu terbitan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah yang dita’liq oleh Muhamamd Hamid al—Faqiy.
Kitab ad-Darimi (al-wahhabu) ini dipuji-puji oleh Ibnu Taimiyyah dan menganjurkannya untuk dipelajari, sebab inilah wahabi menjadi taqlid buta.
Tapi akidah mereka ini disembunyikan dan tidak pernah dipublikasikan ke khalayak umum.
Sekedar info : Lafadz duduk bagi Allah tidak pernah ada dalam al-Quran dan hadits.

Akidah Yahudi :

Di dalam naskah Taurat yang sudah ditahrif yang mereka namakan “ Safar at-Takwin Ishah pertama nomer : 26-28 disebutkan :

و قال الله نعمل الإنسان على صورتنا على شبهنا… فخلق الله الإنسان على صورته على صورة الله خلقه ذكرا و أنثى خلقهم

“ Allah berkata ; “ Kami buat manusia dengan bentuk dan serupa denganku…lalu Allah menciptakan manusia dengan bentuknya, dengan bentuk Allah, dia menciptakan laki-laki dan wanita “.
Akidah wahabi :

Di dalam kitab “ Aqidah ahlu Iman fii Khalqi Adam ‘ala shurati ar-Rahman “ karya Hamud bin Abdullah at-Tuajari syaikh wahabi, yang dicetak di Riyadh oleh penerbit Dar al-Liwa cetakan kedua, disebutkan dalam halama 16 :

قال ابن قتيبة: فرأيت في التوراة: إن الله لما خلق السماء و الأرض قال: نخلق بشرا بصورتنا

“ Berkata Ibnu Qathibah “ Lalu aku melihat di dalam Taurat : “ Sesungguhnya Allah ketika menciptakan langit dan bumi, Dia berkata : “ Kami ciptakan manusia dengan bentukku “.
Pada halaman berikutnya di halaman 17 disebutkan :

و في حديث ابن عباس: إن موسى لما ضرب الحجر لبني إسرائيل فتفجر و قال: اشربوا يا حمير فأوحى الله إليه: عمدت إلى خلق من خلقي خلقتهم على صورتي فتشبههم بالحمير ، فما برح حتى عوتب

“ Di dalam hadits Ibnu Abbas : “ Sesungguhnya Musa ketika memukul batu untuk Bani Israil lalu keluar air dan berkata : “ Minumlah wahai keledai, maka Allah mewahyukan pada Musa “ Engkau telah mencela satu makhluk dari makhlukku yang Aku telah ciptakan mereka dengan rupaku, lalu engkau samakan mereka dengan keledai “ Musa terus ditegor oleh Allah “.
Naudzu billah dari pendustaan pada Allah dan pada para nabi-Nya.

Akidah Yahudi :

Disebutkan dalam kitab Yahudi yang mereka namakan “ Safar Khuruj “ ishah 19 nomer : 3-6 :

فناداه الرب من الجبل … فالآن إن سمعتم لصوتي و حفظتم عهدي

“ Maka Tuhan memanggil kami dari bukit….sekarang jika kalian mendengar suaraku dan menjaga janjiku “.
Akidah wahabi :

Di dalam kitab “ Fatawa al-Aqidah “ karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin yang dicetak Maktabah as-Sunnah cetakan pertama tahun 1992 di Mesir, pada halaman 72 Ibnu Utsaimin berkata :

في هذا إثبات القول لله و أنه بحرف و صوت ، لأن أصل القول لا بد أن يكون بصوت فإذا أطلق القول

فلا بد أن يكون بصوت

“ Dalam hal ini dijelaskan adanya penetapan akan ucapan Allah Swt. Dan sesungguhnya ucapan Allah itu berupa huruf dan suara. Karena asli ucapan itu harus adanya suara. Maka jika dikatakan ucapan, maka sudah pasti ada suara “.

Akidah Yahudi :

Di dalam kitab taurat yang sudah ditahrif yang mereka namakan dengan “ SAFAR ISY’IYA “ Ishah 25 nomer 10, Yahudi berkata :

لأن يد الرب تستقر على هذا الجبل

“ Sesungguhnya tangan Tuhan istiqrar / menetap di gunung ini “
Akidah wahabi :

dalam kitab Fatawa al-Aqidah karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin yang diterbitkan oleh Maktabah as-Sunnah cetakan pertama halaman 90, al-Utsaimin berkata :

و على كل فإن يديه سبحانه اثنتان بلا شك ، و كل واحدة غير الأخرى ، و إذا وصفنا اليد الأخرى بالشمال فليس المراد أنها أنقص من اليد اليمنى

“ kesimpulannya, sesungguhnya kedua tangan Allah itu ada dua tanpa ragu lagi. Satu tangannya berlainan dari tangan satunya. Jika kita sifatkan tangan Allah dengan sebelah kiri, maka yang dimaksud bukanlah suatu hal yang kurang dari tangan kanannya “.

Akidah Yahudi :

Di dalam kitab Yahud “ Safar Mazamir “ Ishah 2 nomer : 4 disebutkan :

الساكن في السموات يضحك الرب

“ Yang tinggal di langit, Tuhan sedang tertawa “
Akidah wahabi :
Di dalam kitab “ Syarh Hadits an-Nuzul “ cetakan Dar al-’Ashimah halaman 182, Ibnu Taimiyyah berkata :

أن الله فوق السموات بذاته

“ Sesungguhnya Allah itu di atas langit dengan Dzatnya “
Di dalam kitab “ Qurrah Uyun al-Muwahhidin “ karya Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab (cicit Muhammad bin Abdul wahhab), cetakan Maktabah al-Muayyad tahun 1990 cetakan pertama, halaman 263 disebutkan :

أجمع المسلمون من أهل السنة على أن الله مستو على عرشه بذاته…استوى على عرشه بالحقيقة لا بالمجاز

“ Sepakat kaum muslimin dari Ahlus sunnah bahwa sesungguhnya Allah beristiwa di Arsy dengan dzat-Nya…Allah beristiwa di atas Arsy secara hakekat bukan majaz “.
Dan masih segudang lagi akidah-akidah wahabi-salafi yang meyakiniTuhannya dengan sifat-sifat makhluk-Nya sebagaimana akidah Yahudi.
Dan masih segudang lagi akidah-akidah wahabi-salafi yang meyakiniTuhannya dengan sifat-sifat makhluk-Nya sebagaimana akidah Yahudi. Dan jika saya beberkan semuanya, maka akan menjadi lembaran yang sangat banyak. Cukup yang singkat sedikit ini membuktikan bahwa akidah wahabi-salafi yang sesungguhnya adalah akidah Yahudi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar