Sabtu, 11 Juli 2015

Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Khalifah Terakhir

Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah dan Khalifah terakhir sebagaimana yang disabdakan Rasulullah. Sa'ad meriwayatkan dari 'Imran bin Sulaiman dia berkata: “Al Hasan dan Al Husain adalah dua nama dari nama-nama penguni sorga dan tidak ada seorang Arab pun yang memakai nama tersebut di zaman Jahiliyah.”

Al Hasan dilahirkan di pertengahan bulan Ramadhan tahun 3 Hijriyyah, dia sangat mirip dengan Rasulullah. Nama Al Hasan diberikan oleh Rasulullah, dia di-Aqiqahi pada hari ketujuh dari hari kelahirannya dan dipotong rambutnya, Rasulullah memerintahkan untuk memberikan sedekah perak seberat rambut yang dipotongnya.

Abu Ahmad Al Askari berkata : Tidak ada seorangpun yang dinamai Al Hasan pada masa Jahiliyah. Al Mufadhdhal berkata: Allah SWT menyembunyikan nama Al Hasan dan Al Husein hingga Rasulullah menamai kedua cucunya dengan nama tersebut. Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas, dia berkata: “Tidak ada seorang pun yang amat mirip dengan Rasulullah daripada Al Hasan bin Ali.”

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Al-Bara' dia berkata: Saya melihat Rasulullah meletakkan Al Hasan di atas pundaknya, seraya berkata: Allahumma Inni Uhibbuhu fa Ahibbahu; “Ya Allah, saya mencintainya, maka cintailah dia.” Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Bakrah, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah berada di atas mimbar dan Al Hasan berada di sampingnya, kadang-kadang dia melihat kepada para hadirin dan kadang-kadang melihat kepada Al Hasan seraya berkata; “Sesungguhnya anakku ini adalah Sayyid, semoga Allah akan mendamaikan dengannya dua kelompok kaum muslimin yang bertikai.”

Imam Tirmidzi dan Al Hakim meriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Al Hasan Wal Husain Sayyida Syababi Ahlil Jannah” (Al Hasan dan Al Husein adalah penghulu pemuda penduduk surga.)

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Usamah bin Zaid dia berkata: Saya melihat Rasulullah, sedangkan Al Hasan dan Al Husein duduk di atas dua pahanya, beliau berkata: “Ini adalah cucuku dari anak putriku "Ya Allah sesungguhnya saya mencintainya, maka cintailah mereka dan cintailah orang yang mencintai mereka.”

Ibnu Sa'ad meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, dia berkata: “Orang yang paling mirip dengan Rasulullah dan paling disenangi olehnya dari kalangan keluarganya adalah Al Hasan, saya melihat dia datang dan Rasulullah sedang bersujud (Shalat) lalu Al Hasan naik ke punggungnya, Rasulullah tidak menurunkannya membiarkan hingga dia sendiri yang turun sebagaimana saya juga melihat Rasulullah sedang ruku', maka dia masuk (merangkak, bermain) di selangkangan Rasulullah dan keluar dari bagian yang lain, Al Hasan memiliki karakter yang sedemikian banyak, ia adalah seorang Sayyid, penyabar, tenang pembawaannya, ajeg dalam sikapnya, pemurah, akhlaknya terpuji, banyak menikah, dermawan, tidak menyukai pertengkaran dan pertumpahan darah.

Al Hakim meriwayatkan dari Abdullah bin Ubaid bin Umair dia berkata: Al Hasan menunaikan ibadah haji 25x dengan berjalan kaki, sedangkan binatang kurban dituntun bersamanya, Al Hasan memiliki sifat sabar yang luar biasa.

Ibnu Sa'ad meriwayatkan dari Ibnu Ishaq dia berkata; Ketika Marwan menjadi gubernur, dia sering mencaci maki Sayyidina Ali dalam setiap khutbah Jum'atnya sedangkan Al Hasan mendengar apa yang dikatakan Marwan, namun dia tidak pernah membalasnya. Tidak sampai di situ, kemudian Marwan mengutus seorang laki-laki untuk mencaci-makinya. Al Hasan berkata kepada utusan Marwan itu “Kembalilah kepadanya dan katakan kepadanya, saya tidak akan membalas apa yang kamu katakan dan saya tidak akan mencacimu karena perkataanmu, namun ingatlah perjumpaan kita adalah di hadapan Allah, jika kamu benar maka Allah akan mengganjarmu dengan kebenaran dan jika kamu bohong maka sesungguhnya siksa Allah sangatlah pedih.”

Ibnu Sa'ad meriwayatkan dari Ali bin Husein, dia berkata: “Al Hasan adalah seorang lelaki yang sering menceraikan istrinya, dia tidak pernah mencerai istrinya kecuali istrinya akan tetap mencintainya. Dia telah menikah dengan 99 wanita.” Ibnu Sa'ad meriwayatkan dari Ja'far bin Muhammad dari ayahnya dia berkata: “Al Hasan nikah lalu bercerai, hingga saya khawatir akan mewariskan permusuhan di antara kabilah.”

Ibnu Sa'ad meriwayatkan dari Ja'far bin Muhammad dari ayahnya dia berkata: Ali berkata: “Wahai penduduk Kufah, janganlah kalian menikahkan anak-anakmu dengan Al Hasan, karena sesungguhnya dia adalah laki-laki yang sering cerai.” Namun orang laki-laki dari Hamdan berdiri dan berkata: “Demi Allah kami akan tetap menikahkan anak-anak kami dengannya, maka siapa yang ia sukai, dia pertahankan dalam pernikahan dan siapa yang tidak dia sukai dia ceraikan.”

Al Hasan memangku Khilafah setelah ayahnya terbunuh. Dia di baiat oleh orang-orang Kufah, dia tinggal di Kufah selama 6 bln beberapa hari kemudian datanglah Mu'awiyah menemuinya Al Hasan kemudian mengirimkan utusan dan menyerahkan kekhilafahan kepada Mu'awiyah namun dengan syarat khilafah setelah itu diserahkan kembali kepadanya dan jangan sekali-kali dia menuntut apapun dari penduduk Madinah, Hijaz dan Irak atas apa yang terjadi pada masa pemerintahan ayahnya, Mu'awiyah menyetujui apa yang disyaratkan. Lalu keduanya melakukan perdamaian Al Hasan mengundurkan diri dari kursi khilafah pada bulan Rabi'ul Awal tahun 41 Hijriyah, kemudian Al Hasan meninggalkan Kufah menuju Madinah dan menetap di sana.

Al Hasan wafat di Madinah karena diracun. Orang yang meracuninya tak lain adalah istrinya sendiri yang bernama Ja'dah binti Al Asy'ats, Yazid bin Muawiyah menipunya dengan menyuruhnya untuk meracuninya dengan iming-iming bahwa Yazid akan menikahinya. Tatkala Al Hasan meninggal, Ja'dah mengirim utusan kepada Yazid menagih janji agar dia segera mengawininya sesuai dengan janjinya, Yazid berkata, “Kami tidak rela kamu nikah dengan Al Hasan apalagi jika kamu nikah dengan kami.”

Al Hasan wafat pada tahun 49 H, ada yang mengatakan tahun 50, ada pula yang mengatakan tahun 51 H. Saudaranya, Husein, mendesaknya untuk memberitahu siapa orang yang telah meracuninya. Al Hasan berkata: “Murka jauh lebih berat daripada yang saya duga dan jika aku kabarkan maka dia akan dibunuh karena kematianku, sementara Allah berlepas diri darinya.”

Al Hasan berkata kepada saudaranya, Husein “ Sesungguhnya saya telah meminta pada Ummul Mukminin Aisyah agar saya bisa dikuburkan bersama Rasulullah, dan dia menyanggupi permintaanku, maka jika saya mati mintalah itu kembali kepadanya. Saya memprediksi orang-orang itu akan mencegah apa yang kamu lakukan, jika mereka melakukan janganlah engkau melakukan perlawanan.”

Tatkala Al Hasan meninggal, Al Husein datang menemui 'Aisyah, sebagaimana wasiatnya. 'Aisyah berkata: “Ya boleh, dengan senang hati.” Namun Marwan melarangnya, Al Husein dan pengikutnya menghunus pedang hingga akhirnya Abu Hurairah mengajaknya pulang, kemudian Al Hasan dikuburkan di pemakaman Al Baqi' di samping kuburan ibunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar