Rabu, 25 Juni 2014

Tekstualisme Agama Berdampak Buruk bagi Citra Islam

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma’ruf Amin mengingatkan, tekstualisme agama telah berdampak buruk bagi upaya membangun harmoni di tengah masyarakat. Pemahaman terhadap teks ajaran agama (nash) yang terlalu kaku menyebabkan sikap tidak toleran terhadap pemahaman ajaran agama yang berbeda.

Hal tersebut disampaikannya saat menyampaikan orasi Ilmiah dalam acara wisuda sarjana dan peringatan hari lahir atau milad Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) Jakarta di Gedung Pusbangpendik Kemdikbud, Sawangan, Depok, Rabu (25/6).

Di hadapan 214 sarjana baru yang membidangi Al-Qur’an Ma’ruf Amin mengingatkan, tektualisme dipicu oleh cara pemahaman terhadap nash agama yang secara tekstual dan mengabaikan pemahaman nash secara lebih substansial. Secara apriori model pemahaman ini menolak penafsiran dan pentakwilan nash yang berbeda dari pengertian tekstualnya.

“Penafsiran dan pentakwilan nash yang tidak didukung secara jelas oleh nash lain dianggap sebagai mengada-ada atau bid’ah dhalalah. Dengan pemahaman seperti itu kelompok ini banyak berseberangan dengan pemahaman umat Islam lainnya yang memahami nash secara kontekstual,” kata Kiai Ma’ruf Amin.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Hubungan Antar Agama itu menambahkan, model pemahaman teks agama secara tektual dan penolakan terhadap berbagai penafsiran dan pentakwilan itu berdampak buruk pada citra umat Islam yang dipersepsikan ekslusif, kaku dan tertutup tidak bisa menerima hal-hal baru.

“Kelompok ini juga cenderung secara frontal menyalahkan kelompok lain yang tidak sefaham dengan kelompoknya, sehingga sering menimbulkan benturan dan tidak jarang juga melakukan kekerasan dan menimbulkan konflik di antara umat Islam,” tambahnya.

Kiai Ma;ruf Amin mengingatkan, akibat ulah segelintir orang Islam yang melakukan aktifitas kekerasan dengan mempergunakan simbol Islam pada kenyataannya menimbulkan kerugian bagi umat Islam pada umumnya.

“Dampaknya, umat Islam terstigma negative akibat ulah segelintir orang tersebut. Praktek-praktek kekerasan yang dilakukan segelintir orang telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain untuk memojokkan umat Islam secara umum. Padahal hakekatnya, agama Islam sama sekali tidak ada kaitannya dengan gerakan radikal apalagi terorisme,” ujar Kiai Ma’ruf Amin yang juga Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sementara itu prosesi wisuda ke-15 IIQ Jakarta itu diikuti oleh 214 wisudawan yang terdiri dari 34 wisudawan dari dari Fakultas Syariah, 26 wisudawan Fakultas Ushuluddin, 77 wisudawan Fakultas Tarbiyah, dan 77 wisudawan Pascasarjana IIQ.

Rektor IIQ Jakarta DR. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA. mengatakan, IIQ adalah satu-satunya lembaga pendidikan tinggi Islam swasta di Indonesia yang secara khusus mendidik kaum perempuan dan berkonsentrasi dalam bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an.

“Dengan segala keterbatasan dana dan sarana yang dimiliki, IIQ telah, sedang dan akan terus memberikan sumbangsih riil terhadap bangsa dan negara, terutama dalam melahirkan sarjana-sarjana perempuan yang hafal Al-Qur’an. Terhitung sejak berdirinya pada tahun 1977 hingga saat ini, IIQ telah banyak mengukir prestasi,” ujarnya. (A. Khoirul Anam)

Berita Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar