Minggu, 29 Juni 2014

Iblis, Setan, Dan Pertarungan Iman

 

Mukadimah
Kata pertarungan bermakna pertempuran dan peperangan. Satu kata yang siapapun juga pasti tidak menyukainya. Namun manusia mau tidakmau harus melakukannya, paling tidak ia harus menghadapi serangan dan godaan musuh utama hidupnya yaitu Iblis dan setan yang senantiasa berusaha untuk menyesat dan menghancurkannya. Karena itulah Al-Qur’an meanyatakan kepada kita, bahwa kita harus berperang.
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu Benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (al-Baqarah (2) : 216)

blis, Setan, dan Pasukannya
Iblis adalah satu makhluk dari bangsa jin yang diciptakan oleh Allah dari api yang sangat panas. Penciptaannya lebih dahulu dari manusia (Adam). Hal ini dijelaskan oleh Al-Qur`an.
“Dan  Kami telah  menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (al-Hjir (15) : 27)
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (al-Kahfi (18) : 50)
Awalnya, ia hidup bersama-sama dengan satu komunitas malaikat. Namun akhirnya ia terusir, disebabkan kesombongannya untuk menaati perintah Allah agar sujud kepada Nabi Adam. Ia merasa lebih baik dan lebih senior sehingga tidak laik bagi dirinya untuk tunduk kepada perintah tersebut. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah Ta’ala.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat, ‘Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Menjawab iblis, ‘Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.’” (al-A’raaf (7) : 11-12)
Saat iblis diusir dari surga, ia mendapat jaminan usia hidup sampai hari kiamat dan kebebasan menggoda untuk menyesatkan Adam dan keturunannya.
“Allah berfirman, ‘Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.’ Iblis menjawab, ‘Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.’ Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).’”     (al-A’raaf (7) : 13-17)
Adam dan istrinya adalah dua orang pertama yang berhasil digoda oleh Iblis yang menyebabkan keduanya harus keluar dari surga dan turun ke bumi.
“Dan Kami berfirman, ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang  kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.’ Lalu keduanya digelincirkan oleh seitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman, ‘Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.’” (al-Baqarah (2) : 35-36)
Sejak saat itu dimulailah pertarungan abadi antara umat manusia melawan iblis dan balatentaranya. Hal  ini dijelaskan oleh Al-Qur`an.
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (al-A’raaf (7) : 27)
Selama pertarungan itu, selain berusaha untuk menyesatkan manusia, iblis juga melakukan rekruitmen dari bangsanya sendiri (jin) dan manusia.  Mereka yang berhasil direkrut itu disebut setan. Jadi, dalam hal ini setan bukanlah sejenis makhluk, melainkan sifat-sifat buruk yang tidak ada kebaikannya sama sekali pada bangsa jin dan manusia yang menjadi anak buah iblis atau paling tidak dipengaruhinya (al-An’aam: 112 dan al-Anfaal: 48). Kelompok ini di dalam Al-Qur`an disebut hizbusy-syaithan yang berarti “Partai Setan” (al-Mujaadilah: 19). Lawannya adalah hizbullah atau “Partai Allah” (al-Mujaadilah: 22 dan al-Maa`idah: 56).
Kelompok setan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyelewengkan anak manusia yang beriman agar berpaling dari ajaran Islam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sabrah bin Fakih, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya setan itu duduk untuk menghadang manusia di beberapa jalan. Ia duduk di jalan keislaman. Ia berkata kepada orang yang hendak memeluk agama Islam, ‘Apakah engkau akan masuk agama Islam? Apakah engkau akan meninggalkan agamamu sendiri dan agama nenek moyangmu?’ Orang itu tidak mempedulikannya lalu terus saja memeluk Islam. Lalu ia duduk di jalan hijrah. Ia berkata di jalan hijrah, ‘Apakah engkau hendak berhijrah? Apakah engkau akan meninggalkan bumi dan langitmu?’ Orang itu tidak memperhatikan seruannya dan terus saja berhijrah. Ia duduk di jalan jihad. Ia berkata kepada orang yang hendak berjihad, ‘Apakah engkau hendak berjihad?’ Padah jihad itu adalah kebinasaan harta dan jiwa. Apakah engkau hendak berperang lalu engkau dibunuh, istrimu lalu kawin lagi dan hartamu dibagi-bagi?’ Orang itu tidak mempedulikannya dan terus saja berjihad. Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda, ‘Maka, barangsiapa yang melakukan demikian (yakni tidak mengikuti ajakan setan) kemudian meninggal dunia, maka haknyalah bagi Allah untuk memasukkannya ke dalam surga.’” [1]

Adapun beberapa hal yang harus kita ketahui mengenai setan dan iblis adalah sebagai berikut.
1. Setan identik dengan iblis
Setan identik dengan iblis. Namun, dengan menyandang nama setan, ia bukan hanya membangkang atas perintah Allah SWT, tetapi sebagaimana iblis, ia juga sebagai penggoda manusia. Kegiatan setan menggoda itu adalah tugas iblis, setelah manusia diciptakan. Hal ini tercantum dalam firman Allah.
“Hai  iblis, apa  sebabnya kamu  tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” Berkata  Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang  Engkau telah  menciptakannya dari  tanah  liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk” Allah     berfirman:  “Keluarlah  dari  surga,  karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat”. Berkata  iblis: “Ya  Tuhanku, (kalau  begitu) maka  beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan  Allah berfirman: “(Kalau begitu) maka sesungguhnya  kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. Iblis   berkata:  “Ya  Tuhanku,  oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik  (perbuatan ma’siat)  di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,  kecuali  hamba-hamba Engkau  yang mukhlis  di antara mereka.” (al Hjir (15) : 32-40)
2. Diantara jin dan manusia, ada yang menjadi setan
“Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia.  Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (an-Naas (114) : 1-6)]
Menurut keterangan ahli hadits dari kalangan tabi’in, antara lain Abu Qatadah ( 61-118 H) dan Hasan al Bashri (21-110 H), di antara jin dan manusia ada yang menjadi setan. Pendapat ini diperkuat oleh dialog Abu Dar dengan Nabi Muhammad saw.
Rasulullah saw. bertanya, “Wahai, Abu Dar, apakah kamu telah memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan-kejahatan setan yang berasal dari jin dan manusia?” Abu Dar bertanya, ” Ya Rasulullah, adakah setan-setan berasal dari manusia ?” Nabi saw. bersabda, “Ya, benar-benar ada.” (HR Ahmad bin Hambal) [2]
3. Dalam diri setiap manusia ada setan yang berjalan sesuai dengan aliran darah.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a., istri Rasulullah, ia berkata, ”Pada suatu malam Rasulullah keluar dari rumahku dan aku cemburu kepadanya. Maka, aku pun mengikutinya. Rasulullah mengetahui apa yang aku perbuat, hingga ia bersabda, ‘Apa yang terjadi denganmu, apakah engkau cemburu.?’ Maka, aku menjawab, ’Bagaimana orang seperti aku tidak cemburu kepada orang seperti engkau, ya Rasulullah?’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Atau telah datang kepadamu setanmu?’ Maka, Aku berkata, ’Ya Rasulullah, apakah bersamaku ada setan?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya.’ Aku berkata lagi, ‘Dan apakah bersama setiap manusia ada setan?’ Rasulullah  menjawab, ‘Ya.’ Aku pun brertanya lagi kepadanya, ‘Apakah beramamu jua ada setan?’ Dia menjawab, ‘Ya. Akan tetapi, Allah  menolongku untuk mengalahkannya hingga setan itu menyerah.’” (HR. Muslim) [3]
Setan yang ada bersama manusia itu bejalan sesuai dengan aliran darah dalam tubuh. Diriwayatkan dari Shafiyah, istri Rasulullah saw., ia berkata, ”Pernah Rasulullah beri’tikaf, dan aku pun datang mengunjunginya di malam hari. Maka, aku berbincang bersamanya, kemudian aku bangkit untuk pulang, dan beliau pun mengikutiku bangkit untuk menemaniku pulang. Konon, rumah Shafiyah itu berada di perkampungan Usamah bin Zaid. Saat itu, lewatlah dua orang dari Kaum Anshor. Ketika mereka melihat Rasulullah, keduanya bergegas, maka Nabi pun berkata, ‘Kalian jangan terburu-buru, sesungguhnya dia adalah Shafiyah binti Huyay. Maka, keduanya berkata, ‘Maha Suci Allah, wahai Rasulullah!’ Rasulullah lalu bersabda, ‘Sesungguhnya setan berjalan pada manusia  dalam aliran darah, dan Aku khawatir setan itu telah meletakan kejahatan pada hati kalian.’” (HR. Bukhari dan Muslim) [4]
LANGKAH-LANGKAH SETAN DALAM MENYESATKAN MANUSIA
Dalam operasinya menjerumuskan manusia pada jurang kesesatan dan kejahatan, setan mengunakan strategi dan langkah yang sesuai dengan obyek yang akan disesatkannya. Apabila level manusia dari sisi keimanannya lemah, maka strateginya berbeda dengan orang-orang yang memiliki keimanan dan keyakinan yang tinggi kepada Allah. Untuk orang yang memiliki keimanan dan keyakinan yang tinggi, setan akan mengunakan metode yang jitu, dan apabila yang dihadapi setan adalah  orang level tinggi dari orang yang beriman, maka dia akan mengerahkan segala kemampuan dan segala sarananya untuk bisa menggoda dan menyesatkan sehingga berhasil mengalahkannya. Adapun dalil yang menjelaskan bahwa setan memilki strategi dalam menyesatkan anak cucu Adam adalah firman Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (al-Baqarah (2) : 208)
Adapun langkah-langkah setan dalam menyesatkan manusia adalah sebagai berikut.
1. Menimbulkan rasa was-was.
Was-was adalah sebuah  strategi  yang  dihembuskan setan pada hati manusia, sehingga apabila sifat was-was ini menguasai hati sesorang, maka akan lahir rasa ragu-ragu atas setiap perbuatan, perkataan, keyakinan. Akhirnya, rasa was-was itu akan merasuk pada tingkat keimanan kepada Allah, serta segala sesuatu yang berkaitan erat dengan keimanan kepada Allah tersebut. Apabila was-was sudah sampai pada tingkat tersebut, maka orang yang terjangkitnya mudah untuk tergelincir pada kekufuran, pembangkangan, dan akhirnya jadi pengikut setan. Strategi was-was ini Allah jelaskan dalam ayat-Nya.
Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia.  Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (al-Naas (114) : 1-6)
2. Menghilangkan ingatan (lupa).
Setan berusaha menjauhkan manusia dari Allah SWT dari semua aktifitasnya. Salah satu cara yang paling ampuh yang dilakukan setan adalah menghilangkan keterkaitan  manusia dengan Allah dalam semua keadaan dan situasi. Dengan demikian, rasa kebersamaan dengan Allah dan rasa dipantau oleh-Nya lenyap dari kehidupan manusia. Karenanya, manusia yang lupa Allah akan mudah melakukan pelanggaran, kejahatan,dan kemaksiatan. Hal itu dikarenakan nama Allah dan keagungan-Nya hilang dari dirinya. Hal  itu merupakan ulah setan dengan cara membuat manusia lupa.
“Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat diantara mereka berdua,  ”Beritahukanlah keadaanku kepada tuanmu.”  Maka, syaitan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya.  Karena itu, tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.”  (Yusuf (12) : 42)
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,
“Muridnya menjawab, “Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu  dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya, kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.”  (al-Kahfi (18) : 63)
3. Memanjangkan angan-angan
Kehidupan dunia ini sangatlah pendek dan singkat. Maka, kerugian lah bagi orang yang memperpanjang hidup ini dengan angan-angan. Karena, dengan panjang angan-angan, seseorang akan terbuai dengan indahnya kata seandainya. Sementara, dirinya lupa bahwa ajal selalu mengintainya. Karenanya, sementara dirinya dalam keadaan lalai dan santai, ia tidak akan bersegera mempersiapkan untuk menghadapi kehidupan yang  lebih menentukan dan abadi, yaitu kehidupan ukhrawi. Setan sangatlah cerdik dan  licik, ia selalu mencari kelemahan manusia, dan diantaranya adalah suka menikmati indahnya angan-angan. Dari titik itu lah, setan memyesatkan manusia.
“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan  membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar- benar memotongnya , dan akan aku suruh mereka (mengubah  ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya “.Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (an-Nisaa’ (4) : 119)
Dalam ayat yang lain, Allah menjelaskan,
“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.” (Muhammad (47) : 25)
4. Memperindah perbuatan maksiat
Tabiat manusia adalah sangat mencintai kehidupan dunia. Wanita, anak, binatang ternak, emas perak, dan sebagainya adalah hal-hal yang sangat mereka cintai. Akan tetapi, bagi Allah, kehidupan dunia yang kelihatan gemerlap ini—yang membuat terperangah bagi siapa yang terpedaya olehnya, tidak memiliki nilai apabila dibandingkan dengan kehidupan surgawi yang ada di sisi-Nya di hari akhirat nanti. Namun, setan tidak rela apabila manusia meninggalkan kehidupan dunia dan  berbondong-bondong menuju kebahagiaan yang hakiki yang ada di sisi Allah kelak. Oleh karenanya,  setan berusaha memperdaya manusia dengan cara menampilkan wajah dunia yang mereka cintai seolah-olah dunia ini akhir segala-galanya, tidak ada sesuatu yang lain yang seindah kehidupan dunia yang ada, dan kegemerlapan dunia hanyalah satu-satunya tujuan hidup. Sementara itu,  mereka melupakan sebuah kehidupan yang  sangat berbeda dengan kehidupan ada. Itulah cara setan untuk menyesatkan manusia. Dalam hal ini, Allah menjelaskan dalam kitab-Nya.
“Iblis   berkata, “Ya  Tuhanku,  oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik  (perbuatan ma’siat)  di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.”  (al-Hijr (15) : 39)
5. Memberikan janji-janji palsu
Apabila jiwa manusia sudah dirasuki setan, maka dirinya akan mudah untuk melakukan pelanggaran. Ketika dia melakukan pelanggaran tersebut, maka setan akan kembali datang untuk mendukung perbuatan tersebut dengan membawa janji-janji. Setan akan membisikan janji-janji itu kepada segenap pelaku kemaksiatan. Dia akan datang kepada penjudi dengan mengatakan teruskan perjudianmu, karena hanya dengan judi kamu bisa kaya. Setan pun akan datang kepada peminum khamr dan mengatakan  minumlah sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin, karena dengan hal itu  kamu akan mendapatkan ketenangan hidup. Setan juga akan datang kepada perampok, pezina, pembunuh, dan sebagainya dengan janji palsu sebagai pembenaran dan dukungan atas aksinya, sehingga mereka betul-betul menjadi pengikutnya yang setia dan menjadi temannya kelak di neraka.
“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun  telah  menjanjikan  kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak  dapat menolongmu dan kamupun  sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” (Ibrahim (14) : 22)
6. Membuat tipu daya
Setan adalah makhluk jahat. Dalam melakukan aksi kejahatannya, setiap penjahat selalu melakukan tipu daya yang licik untuk mengelabui mangsanya. Setan memasang ranjau-ranjau tipu dayanya agar manusia terpedaya dengannya, sehingga ia tergelincir ke dalam jebakannya. Akhirnya,  ia bertekuk lutut dihadapannya dan men jadi pengikut setia setan, bahkan menjadi tentaranya. Jauh dari Allah serta melangar aturan-aturan-Nya.
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin- pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.”  (al-A’raaf (7) : 27)
7. Menghalang-halangi manusia untuk melakukan kebajikan
Setan sangatlah komitmen dengan tekadnya untuk  menyesatkan manusia. Seandainya dia tidak bisa  menjuerumuskan manusia kejurang kenistaan dan kemaksiatan, maka dia berusaha dengan sekuat tenaga dan strategi yang canggih agar manusia tidak melakukan kebajikan samaa sekali. Setan menghalangi hamba Allah untuk shalat, berdzikir, bersedekah, berjihad, dan dari segala bentuk kebajikan yang Allah perintahkan dan anjurkan. Sekecil apa pun kebaikan itu,  setan pasti  akan merintangi hamba Allah melakukannya. 
“Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan  sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (an-Nisaa’ (4) : 61)
8. Menyulut api permusuhan
Visi setan adalah menjadikan seluruh anak cucu Adam pengikutnya. Maka, apabila hal itu tidak terealisasi secara keseluruhan, perlu ada langkah agar manusia hancur berantakan. Cara yang dilakukannya adalah mengadu domba manusia. Langkah ini diprogram sehebat mungkin, baik personil  yang memprovokasi maupun  programnya yang berbentuk fitnah-fitah, yang disebar diantara manusia atau program-program yang lainnya yang rentan terhadap pertikaian, seperti perjudian, program minuman keras, dan sebagainya. Langkah setan ini Allah jelaskan dalam firman-Nya.
 “Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya  syaitan   itu adalah   musuh  yang nyata bagi manusia.” (al-Israa’ (17) : 53)
9. Menyuruh manusia berbuat keji dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak ia ketahui
Allah SWT. selalu memerintahkan manusia untuk melakukan kebaikan, dan untuk selalu berkata berdasarkan ilmu. Akan tetapi, setan ingin menyesatkan manusia. Maka, ia  memutarbalikkan perintah Allah itu dengan  menyuruh manusia berbuat keji dan mengatakan terhadap Allah apa yang ia tidak ketahui. Oleh karenanya, Allah mengingatkan hamba-Nya akan langkah setan itu dengan firman-Nya.
“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.”  (al-Baqarah (2) : 169)
AKIBAT YANG TIMBUL DARI LANGKAH-LANGKAH SETAN
Adapun akibat dari langkah-langkah setan yang bersifat  terus menerus dan fariatif adalah penyesetan manusia dari jalan Allah.
“Yang dila’nati Allah dan syaitan itu mengatakan, “Saya benar- benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya)  dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan  membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar- benar memotongnya , dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya]”. Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka  sesungguhnya  ia  menderita kerugian yang nyata.” (an-Nisaa` (4) : 118-119 )
Apabila usaha penyesatan ini berhasil, maka ia berakibat pada penyamaran kebenaran.
“Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu.  Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.”  (al-Baqarah (2) : 85)
Pada saat keberadaan kebenaran sudah disamarkan  melalui aksi setan, maka pada akhirnya akan terjadi percampuradukan antara kebenaran dan kebathilan.
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (al-Baqarah (2) : 42 )
Ketika kebenaran menjadi samar—hingga terjadi percampuradukan dengan kebathilan, maka orang yang terpedaya oleh setan tidak akan memiliki pegangan kuat. Oleh karenanya, dia mudah untuk ditakut-takuti, sehingga timbul ketakutan yang sifatnya syar’i kepada selain Allah. Efeknya adalah hilang keberanian untuk mengungkapkan kebenaran dan lebih memilih untuk menyembunyikannya. Adapun korban dari program setan yang berupa penyesatan dan menakut-nakuti adalah pribadi-pribadi yang tidak memilki prinsip. Sifat yang paling menonjol adalah pengecut, stagnan (jumud), serta penakut. Apabila pribadi-pribadi tersebut bersatu, maka terbentuk sebuah komunitas yang kita sebut partai setan (hizbusysyaithan), yang berkarakter setan dalam segala halnya, baik pemikiran, kejiwaan, penampilan, gagasan, keilmuan, maupun metode hidupnya. Semuanya bersumber dari konstitusi setan.
SOLUSI
Allah SWT. menciptakan manusia dilengkapi dengan dua macam nafsu. Pertama, nafsu tinggi, ia menyadarkan manusia akan kehidupan yang tinggi atau kehidupan rohani. Kedua, nafsu rendah, ia berhubungan dengan kehidupan jasmani. Berhubungan dengan dua nafsu itu lah,  Allah SWT. menciptakan dua makhluk, malaikat dan setan. Nafsu rendah sangat penting bagi manusia. Akan tetapi, selama nafsu rendah itu tidak terkendalikan dan dibiarkan berbuat semau-maunya, nafsu itu akan menjadi rintangan bagi manusia untuk mencapai tingkat kehidupan yang tinggi. Manusia harus mampu mengekang nafsu rendah ini. Dalam pengertian ini lah, kisah Nabi Adam as, dituangkan dalam Al-Qur`an. Mula-mula iblis menolak untuk bersujud, dan akhirnya ia mencoba segala macam jalan untuk menyesatkan Adam untuk membangkitkan nafsu rendahnya. :
yang dila’nati Allah dan syaitan itu mengatakan : “Saya benar- benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya)  dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan  membangkitkan angan-angan kosong pada mereka….” (an-Nisaa’ (4) : 118-119)
Namun, setan dapat dikalahkan dengan bantuan wahyu Allah SWT. Barangsiapa yang mengikuti wahyu ilahi, maka ia tidak akan merasa  takut terhadap  godaan setan.
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (al-Baqarah (2): 37-38)
PENUTUP
Dengan kembali kepada wahyu ilahi, dengan perngertiannya yang luas, kita memahami bahwa kebenaran yang mutlak datang dari Allah semata. Kita mentaatinya dengan melakukan segala perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, selalu meminta perlindungan-Nya, dan tidak ada yang kita takuti, kecuali dzat Allah SWT.
Wallahu a’lam bisshowab


[1]. Imam Ahmad. Musnad. Juz 3, hlm.483 
[2] . Ibid, Juz 5 hlm. 178
[3] . Shahih Muslim. Juz 2, hlm. 632 No Hadist  2815
[4] . Al-Bukhari. Bi Hasyiyatis Sindi. Juz 1, hlm. 523. No Hadist 2038

Tidak ada komentar:

Posting Komentar