Minggu, 29 Juni 2014

Asal usul Puasa (Antara Nafsu, Akal Dan Puasa)

Setan Mengalir Dalam Aliran Darah
Mutiara Hadits

Hadits Darimi 2663

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ مُجَالِدٍ عَنْ عَامِرٍ عَنْ جَابِرٍ قَالَ وَرُبَّمَا سَكَتَ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُوا عَلَى الْمُغِيبَاتِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ ابْنِ آدَمَ كَمَجْرَى الدَّمِ قَالُوا وَمِنْكَ قَالَ نَعَمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمُ
karena sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh anak Adam seperti aliran darah. Mereka bertanya; Juga dalam tubuh engkau?
Rasulullah bersabda:
Ya, tetapi Allah menolongku atasnya, maka aku pun selamat. [HR. Darimi No.2663].

Link Hadist :  http://www.mutiarahadits.com/89/32/76/setan-mengalir-dalam-aliran-darah.htm

Mutiara Hadits
--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Asal Link ; https://www.facebook.com/notes/133984693309803/
Oleh Masaji Antoro

“Sesungguhnya syaitan itu bergerak mengikuti aliran darah, maka persempitlah jalan syaitan dengan lapar dan dahaga.” (HR. Mutafaq ‘Alaih) [1]

Alkisah sebelum Allah swt menciptakan akal dan nafsu yang hendak diletakkan dalam diri Adam As. terlebih dahulu Allah menguji keduanya agar kelak dikemudian hari Adam As. dan anak cucunya tahu fungsi dari keduanya, cara menggunakan dan menaklukkan keduanya.
Saat Allah menciptakan akal, Allah bertanya kepada akal,
“Siapakah kamu, siapakah Aku ?”
“Saya hamba, Engkau Tuhan.” Jawab akal

Kemudian Allah memerintahkankan akal agar maju ke depan dan mundur ke belakang. Akal mematuhi perintah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa akal begitu taat kepada Allah.
“Wahai akal, sesungguhnya Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih mulia ketimbang dirimu” Puji Allah terhadap akal.

Setelah itu Allah menciptakan nafsu. Ketika Allah bertanya kepada nafsu,
“Hai nafsu, siapa engkau, siapa Aku ?”
Nafsu menjawab dengan sikap membantah, “Engkau Engkau, aku aku.”
Karena itulah Allah murka kepadanya dan memberikan didikan kepada nafsu agar insaf. Allah memasukkan nafsu kedalam neraka jahannam selama 100 tahun, ia dipukul dan dibakar hingga hangus menjadi arang.

Kemudian setelah nafsu dikeluarkan dari neraka, Allah bertanya lagi kepadanya,
“Hai nafsu, siapa engkau, siapa Aku ?”
Nafsu menjawab dengan sikap membantah, “Engkau Engkau, aku aku.”
Nafsu belum sadar akan penciptaannya, Allah perintahkan agar nafsu dipenjarakan selama 100 tahun dengan tidak diberi makan atau pun minum, keadaan nafsu saat itu benar-benar lemah karena lapar dan dahaga. Setelah genap 100 tahun Allah keluarkan nafsu dari ruang tahanan “lapar dan dahaga” Allah bertanya lagi kepadanya,
“Siapa engkau, siapa Aku?”
Setelah semua itu, barulah nafsu mengenal Tuhannya, ia menjawab, “Engkau Tuhan, aku hamba”
Ternyata untuk mengalahkan nafsu yang ada dalam diri manusia tidak perlu dibakar, dipukul melainkan dengan dikarantina dalam penjara “lapar dan dahaga” atau yang kemudian dikenal dengan nama PUASA.

Setelah itu Allah memasukkan akal dan nafsu ke dalam diri Adam As. dan saat Nabi Adam datang ke bumi, keturunan manusia bertambah banyak. Maka peranan nafsu dan akal tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kemungkaran yang terjadi di atas muka bumi ini adalah dari nafsu, bukan dari akal. [2].
Karena akal dan nafsu ada dalam diri manusia, maka terjadilah pertentangan antara satu sama lain. Peperangan nafsu dan akal tidak pernah ada henti-hentinya. Kadang-kadang nafsu yang menang, kadang-kadang akal menang. Buktinya, jika kita berhadapan dengan perbuatan yang baik, maka nafsu akan menolaknya dan mengajak kepada kejahatan sedangkan akal mengajak kepada kebaikan. Kalau kita mengikuti nafsu, artinya kita kalah. Sebaliknya, jika kita mengikuti akal maka kita menang.
Namun bagaimanapun nafsu tetap diperlukan oleh manusia. Bila nafsu musnah, manusia juga akan musnah. Sebagai contoh adalah nafsu makan. Nafsu makan tidak akan hilang karena merupakan fitrah alami manusia. Jika nafsu makan tidak ada, manusia akan mati. Begitu juga dengan nafsu terhadap lawan jenis. Jika nafsu ini tidak ada, maka manusia tidak akan berketurunan.

Pernah seorang sahabat datang kepada Rasulullah dan memberitahukan bahwa ia ingin membunuh nafsunya agar ia dapat bersungguh-sungguh berjuang. Tetapi Rasulullah melarang karena Rasulullah sendiri juga berumah tangga dan beliau menyukai jika umatnya mempunyai keturunan yang banyak. Pernah juga ada seorang sahabat yang mengatakan kepada Rasulullah bahwa ia ingin berpuasa terus menerus agar dapat lebih berbakti kepada Allah. Rasulullah juga melarangnya karena Baginda sendiri juga berpuasa dan berbuka. Rasulullah juga tetap bermasyarakat dan berjuang untuk menegakkan kehidupan di dunia dan dan Akhirat. Jadi, Rasulullah memberi jalan tengah. Nafsu ini tetap diperlukan untuk manusia. Akan tetapi, jangan sampai salah langkah sehingga membawa kita ke Neraka.

Rasulullah bersabda tentang nafsu ini,

“Ada dua lubang yang dapat menyebabkan seseorang masuk ke Neraka, yaitu lubang faraj dan lubang mulut.” (Riwayat Tirmidzi) [3]

Nafsu juga dapat kita jadikan kuda untuk ke Syurga. Sebagian orang jika mendengar kata nafsu, hanya terbayang hal-hal yang jahat saja. Sedangkan nafsu itu adakalanya jahat, adakalanya baik. Nafsu akan menjadi baik jika dilatih. Imam Al Ghazali mengibaratkan nafsu itu sebagai anjing, jika dilatih akan menjadi baik. [4]
____________________________________________
1. Disebutkan dalam Kitab Ihya’ I/232, Berkata al-‘Iraaqy “Hadits ini riwayatnya mutafaq ‘alaih dari Shafiyyah kecuali pada kalimat maka persempitlah jalan syaitan dengan lapar dan dahaga, ini landasan kalangan shufi
2. Hikayah terdapat pada kitab Durrah an-Naashikhiin Hal. 13
3. Ibnu Maajah menganggap shahih hadits ini dari riwayat Abu Hurairoh (Ihyaa’ ‘Uluumiddin III/109)
4. Ihyaa’ ‘Uluumiddin III/173

وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لكل شيء آلة وعدة وإن آلة المؤمن العقل ولكل شيء مطية ومطية المرء العقل ولكل شيء دعامة ودعامة الدين العقل ولكل قوم غاية وغاية العباد العقل ولكل قوم داع وداعى العابدين العقل ولكل تاجر بضاعة وبضاعة المجتهدين العقل ولكل أهل بيت قيم وقيم بيوت الصديقين العقل ولكل خراب عمارة وعمارة الآخرة العقل ولكل امرىء عقب ينسب إليه ويذكر به وعقب الصديقين الذي ينسبون إليه ويذكرون به العقل ولكل سفر فسطاط وفسطاط المؤمنين العقل // حديث ابن عباس لكل شيء آلة وعدة وإن آلة المؤمن العقل الحديث أخرجه ابن المجبر وعنه الحارث
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
Setiap sesuatu memiliki alat dan mesin, alat orang-orang mukmin adalah akalnya
Setiap sesuatu memiliki kendaraan, kendaraan orang-orang mukmin adalah akalnya
Setiap sesuatu memiliki tiang penyangga, tiang penyangga agama adalah akal
Setiap kaum memiliki bendera, benderanya hamba-hamba Allah adalah akalnya
Setiap kaum memiliki penyeru, penyeru orang-orang ahli ibadah adalah akalnya
Setiap pedagang memiliki harta dagangan, harta dagangan para Mujtahid adalah akalnya
Setiap keluarga memiliki nilai, nilai keluarga orang-orang jujur adalah akalnya
Setiap kehancuran terdapat pembangunan, pembangunan akhirat terletak pada akal
Setiap seseorang memiliki kesudahan yang membuatnya dikenang dan diingat, Kesudahan yang membuat dikenang dan diingat orang-orang jujur terletak pada akalnya
Setiap orang bepergian memiliki tenda menginap, tenda orang-orang mukmin adalah akalnya.
(HR. Ibnu Mujbir dan alHarits). [ Ihyaa’ I/84-85 ].

Ya Ilahi, Jadikan selalu akalku sebagai pemenang dalam mengalahkan nafsu yang selalu menuntunku durhaka terhadap-Mu, jadikan RAMADHAN nanti sebagai sarana untuk melunakkan nafsuku demi menggapai Ridho-Mu dan sarana kembali mengenal-Mu.. Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin...
Catatan ini di buat pada 03 Agustus 2010 jam 10:48 dan alhamdulillah banyak menyebar di internet...^^
http://www.facebook.com/profile.php?id=100001136358687#!/note.php?note_id=133984693309803

Kemudian kenapa disyariatkan PUASA sebulan ? 

Konon setelah Nabi Adam As. memakan buah syurga KHULDI, buah itu menetap pada diri Adam selama 30 hari, kemudian Allah perintahkan Adam untuk menghilangkan KHULDI tsb. dengan puasa selama 30 hari 30 malam, dan sebagai bentuk kemulyaan dan prioritas Umat Muhammad SAW. dari Allah bagi Umat Muhammad yang hendak mengalahkan nafsunya Allah cukupkan untuk puasa disiang hari saja selama 30 hari (sebulan)- Durroh An-Naasikiin Hal 13

KALA RAMADHAN DATANG dan orang2 berpuasa karenanya... maka syaithan seolah-olah merasa terikat.. karena puasa mengendalikan senjata syetan yaitu nafsu...

Karenanya setelah usai kita jalankan puasa satu bulan ada peringatan I'DUL FITRI kembali kepada kesucian, LEBARAN bisa membebaskan dan menguasai nafsu kembali... Semoga makna IDUL FITRI dan LEBARAN setelah nanti kita jalani RAMADHAN bisa kita dapatkan.. Amiin

Di antara kemampuan jin atau setan yang lainnya adalah ia dapat menyusup melalui aliran darah.
Dalil yang menyatakan bahwa setan itu mengalir di saluran darah manusia adalah kisah Shofiyah berikut.

عَنْ صَفِيَّةَ ابْنَةِ حُيَىٍّ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مُعْتَكِفًا ، فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلاً فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ ، فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِى لِيَقْلِبَنِى . وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِى دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ، فَمَرَّ رَجُلاَنِ مِنَ الأَنْصَارِ ، فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – أَسْرَعَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَىٍّ » . فَقَالاَ سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِى قُلُوبِكُمَا سُوءًا – أَوْ قَالَ – شَيْئًا »
Dari Shofiyah binti Huyay, ia berkata, “Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang beri’tikaf, lalu aku mendatangi beliau. Aku mengunjunginya di malam hari. Aku pun bercakap-cakap dengannya. Kemudian aku ingin pulang dan beliau berdiri lalu mengantarku. Kala itu rumah Shofiyah di tempat Usamah bin Zaid. Tiba-tiba ada dua orang Anshar lewat. Ketika keduanya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mempercepat langkah kakinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Pelan-pelanlah, sesungguhnya wanita itu adalah Shofiyah binti Huyay.” Keduanya berkata, “Subhanallah, wahai Rasulullah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175).

Al Qodhi ‘Iyadh dan ulama lainnya berkata bahwa yang dimaksud setan itu menyusup dalam tubuh manusia adalah secara zhahirnya atau tekstualnya. Allah telah memberikan pada setan kekuatan dan kemampuan sehingga bisa mengalir atau menyusup dalam tubuh manusia melalui darahnya. Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 14: 140.
Ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil dari hadits di atas:
1- Lemah lembut dan kasih sayangnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai-sampai beliau ingin agar hati umatnya tidak disusupi oleh setan sehingga beliau mengabarkan hal tersebut. Karena jika setan sudah menjangkiti hati, tentu hati tersebut bisa binasa.
2- Berprasangka buruk pada seorang nabi adalah kufur dan ini disepakati oleh para ulama. Tidak pantas pula menuduh seorang nabi telah melakukan dosa besar.
3- Bolehnya seorang wanita menziarahi suaminya yang sedang i’tikaf. Ia boleh menziarahi atau mengunjunginya di siang atau di malam hari. Dan kunjungan seperti itu tidak mencacati i’tikafnya. Namun dimakruhkan saja terus bersenang-senang dengan istri ketika i’tikaf karena dikhawatirkan bisa merusak ibadah i’tikaf.
4- Hendaknya setiap muslim menghindari berprasangka buruk pada saudaranya, yang mesti didahulukan adalah memberikan uzur.
5- Jika seseorang melakukan sesuatu yang bisa disangka buruk oleh orang lain, maka hendaklah ia jelaskan perihal yang sebenarnya terjadi.
6- Setiap orang harus mempersiapkan dan menjaga diri dari tipu daya setan karena setan itu menyusup dalam tubuh manusia melalui aliran darahnya.
7- Boleh mengucapkan “subhanallah” ketika takjub pada sesuatu.
Semoga yang singkat ini bermanfaat. Wallahu a’lam, wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Referensi:
‘Alamul Jin wasy Syaithon, Syaikh Prof. Dr. ‘Umar bin Sulaiman bin ‘Abdullah Al Asyqor, terbitan Darun Nafais, cetakan kelimabelas, tahun 1423 H.
Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Abu Zakariya Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ibni Hazm, cetakan pertama, tahun 1433 H.


5 ALASAN , (Orang diRuqyah Kesurupan ?) Jin Mana Yang Akan Dikeluarkan?

Jika yang dikatakan ruqyah tersebut benar dapat mengeluarkan jin dari tubuh manusia, bukan sebaliknya. Pertanyaannya, Jin yang mana yang akan dikeluarkan dari tubuh manusia itu…?. Dalam kaitan ini kita akan membadah kandungan makna dari tiga hadits Rasulullah saw.:
Untuk membicarakan dimensi jin, oleh karena berkaitan dengan keadaan yang ghaib bagi indera lahir, maka hanya wahyu yang berhak membicarakannya, baik ayat al-Qur’an maupun hadis Nabi Muhammad SAW. Orang beriman wajib mengimaninya. Adapun kedudukan hadits shoheh sejajar dengan ayat al-Qur’an. Allah Ta’ala telah menyatakan dengan firman-Nya: yang artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. – Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), QS: 53/3-4.
Berikut ini tiga hadits yang kita jadikan bahan kajian:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَجْرِى مِنِ ابْنِ آَدَمَ مَجْرَى الدَّمِ  فَضَيِّقُوْا مَجَاِريَهُ ِبالْجُوْعِ
“Sesungguhnya setan masuk (mengalir) ke dalam tubuh anak Adam mengikuti aliran darahnya, maka sempitkanlah jalan masuknya dengan puasa”.
Atau dengan kalimat yang lain:
حَدِيثُ صَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعْتَكِفًا فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ لِأَنْقَلِبَ فَقَامَ مَعِيَ لِيَقْلِبَنِي وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ ابْنِ زَيْدٍ فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنَ الْأَنْصَارِ فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ فَقَالَا سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرًّا أَوْ قَالَ شَيْئًا
Diriwayatkan dari Sofiah binti Huyai r.a berkata: Pada suatu malam ketika Nabi s.a.w sedang beriktikaf aku datang menghampiri baginda. Setelah puas berbincang-bincang dengan baginda, akupun berdiri untuk pulang. Rasulullah s.a.w ikut berdiri untuk mengantarku. Tempat tinggal Sofiah adalah di rumah Usamah bin Zaid. Tiba-tiba datang dua orang Ansar. Ketika mereka melihat Nabi saw mereka mempercepatkan langkahnya. Lalu Nabi saw bersabda: Perlahankanlah langkahmu. Sesungguhnya ini adalah Sofiah binti Huyai. Kedua orang angsor itu berkata Maha suci Allah, wahai Rasulullah. Lalu Rasulullah s.a.w bersabda Sesungguhnya setan itu berjalan pada aliran darah manusia. Sebenarnya aku hawatir ada tuduhan buruk atau yang tidak baik dalam hati kamu berdua
•    Riwayat Bukhori di dalam Kitab I’tikaf hadits nomor 1894, 1897, 1898. – Etika hadits nomor 5751.
•    Riwayat Muslim di dalam Kitab Salam hadits nomor 4041.
•    Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Etika hadits nomor 4342.
•    Riwayat Ibnu Majah di dalam Kitab Puasa hadits nomor 1769.
Ternyata setan jin dapat bebas keluar masuk didalam tubuh manusia melalui jalan darahnya. Supaya jin tidak bebas keluar masuk seenaknya, hendaklah manusia menyempitkan jalan darahnya dengan lapar atau ibadah puasa. Artinya dengan pengendalian nafsu syahwat, baik melalui puasa maupun ibadah-ibadah yang lain manusia dapat mengupayakan jalan masuk jin yang ada dalam tubuhnya menjadi sempit. Dalam arti lain, orang yang ingin menjaga darinya dari tipu daya setan jin tidak harus diruqyah melaikan bisa dengan berpuasa.
Sedangkan hadits yang kedua adalah sebagai berikut:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ وَكَّلَ قََرِيْنَهُ مِنَ الْجِنِّ . قَاُلْوا أَاَنْتَ يَارَسُوْلَ اللهِ قَالَ : وَإِيَّايَ إِلاَّ أَنَّ اللهَ قَدْ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلاَ يَأْمُرُنِي إِلاَّ بِالْخَيْرِ . رواه مسلم
“Tidaklah dari salah satu diantara kalian kecuali sesungguhnya Allah telah mewakilkan temannya dari jin, mereka bertanya: “Apakah engkau juga ya Rasulullah?”, Rasul saw. menjawab: “Dan juga kepadaku, hanya saja sesungguhnya Allah telah menolongku mengalahkannya, maka ia masuk islam, maka ia tidak memerintah kepadaku kecuali dengan kebaikan”. (HR Muslim)
Ternyata di dalam diri Rasulullah saw juga ada jin, hanya saja berkat pertolongan Allah Ta’ala jin itu masuk islam, maka jin itu bukan menjadi setan melainkan menjadi Qorin (teman) yang baik. Maka jin tersebut tidak memberikan informasi kepada Baginda Nabi saw. kecuali yang berkaitan dengan kebaikan Beliau.
Supaya manusia mandapatkan penjagaan dari Alloh terhadap potensi gangguan setan jin yang ada dalam tubuhnya sendiri, hendaklah mereka selalu melaksanakan mujahadah di jalan Allah, bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada-Nya, baik dengan puasa, dzikir maupun ibadah-ibadah yang lain. Jika hal tersebut bisa dilakukan, maka matahati orang tersebut menjadi cemerlang dan tembus pandang. Rasulullah SAW menyatakan hal tersebut dengan sabdanya:
لَوْلاَ أَنَّ الشَّيَاطِيْنَ يَحُوْمُوْنَ عَلَى قُلُوْبِ بَنِى آَدَمَ لَنَظَرُوْا اِلَى مَلَكُوْتِ السَّمَاوَاتِ
“Kalau sekiranya syaithan tidak meliputi hati anak Adam, pasti dia akan melihat alam kerajaan langit”.
Sekiranya setan jin tidak meliputi hati manusia, maka sorot matahati orang tersebut dapat menembus alam malakut. Matahati mereka dapat menembus alam ghaib, baik ghaibnya alam malakut yang ada di langit maupun alam ghaibnya alam malakut yang ada di balik dada manusia. Jika hal tersebut belum dapat dicapai, maka berarti di dalam hati orang tersebut masih berpotensi diliputi was-was setan yang berarti pula di dalam tubuhnya masih terdapat segerombolan setan jin yang setiap saat siap menerkam dan menguasai kesadarannya. Seandainya Allah Ta’ala tidak melindungi hamba-Nya, maka tidak seorangpun dapat selamat dari kejahatan setan jin yang terkutuk. Allah Ta’ala telah menegaskan dengan firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS:24/21.
Apa saja yang menyebabkan kekejian berarti perbuatan keji dan apa saja yang menyebabkan kemungkaran berarti perbuatan mungkar. Maka orang yang menimbulkan penyakit kepada orang lain berarti orang tersebut adalah sumber penyakit. Jika ada orang berbuat demikian, baik sengaja maupun tidak, berarti orang tersebut telah mengikuti langkah-langkah setan sebagaimana yang telah diisyaratkan Allah Ta’ala dengan firman-Nya di atas. Lebih tegas Allah memberi peringatan dengan firman-Nya:
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
“Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu)”. QS:4/83.
Adanya perlindungan kepada manusia tersebut, bukan berarti manusia sakti mandraguna sehingga jin takut kepadanya, namun semata-mata karena keutamaan Allah Ta’ala dan rahmat-Nya yang diberikan kepada hamba-hamba yang dikasihi. Seandainya tidak demikian, maka: “tentulah kamu semua akan mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (diantaramu)”. QS:4/83.
Apabila pelaksanaan ruqyah tersebut benar dapat mengeluarkan jin dari tubuh manusia, jika kita kaitkan dengan dalil-dalil dan argumentasi di atas, maka jin mana yang akan dikeluarkan oleh para peruqyah dari tubuh orang-orang yang mereka ruqyah …??? Jika memang benar ruqyah tersebut dapat mengeluarkan jin dari tubuh manusia, maka seharusnya orang yang kesurupan jin menjadi sadar, bukan sebaliknya. Padahal kenyataannya sebaliknya, orang yang asalnya sadar menjadi kesurupan jin, mereka berteriak-teriak seperti orang gila, bahkan ada yang sampai muntah di tempat, apakah perbuatan tersebut bisa dikatakan mengeluarkan jin…??? Dengan kenyatan demikian, berarti bisa diduga pelaksanaan ruqyah itu justru malah memasukkan jin ke dalam tubuh orang yang diruqyah, bukan mengeluarkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar