Sabtu, 22 Oktober 2016

Sejarah madu rasanya manis


Ternyata lebah bersholawat kepada nabi Muhammad.
Suatu hari, Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam dan sahabat Ali Karamallahu Wajhah duduk ditengah kebun kurma, lalu ada
seekor lebah yang terbang disekeliling Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam .

Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda kepada Imam Ali :
“Wahai Ali
tahukah kamu apa yang dikatakan oleh lebah ini ?”

Sayyidina Ali menjawab:
“Tidak wahai Rasulullah”

Lalu Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda lagi kepada Imam Ali :
“ Ketahuilah wahai Ali, lebah ini sekarang mengundang kita sebagai tamunya dan berkata bahwa dia telah menyediakan madu disuatu tempat ."

Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam memerintahkan Sayyidina Ali untuk mengambil madu tersebut dari tempat itu.

Sayyidina Ali pun bangkit dan mengambil madu tersebut dari
tempatnya.

Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda kepada sang Lebah :
”Wahai lebah, makanan kalian berasal dari bunga-bunga
yang pahit, lalu apa yang menyebabkan dia berubah menjadi
madu yang manis ?”

Lebah pun menjawab :
” Wahai Rasulullah, manisnya madu ini berkat kami bersholawat kepadamu dan keluargamu, karena setiap kali kami menghisap sari bunga, saat itu pula kami menerima ilham untuk bersholawat
tiga kali kepadamu .

Dan ketika kami mengucapkan:
"Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad Wa ‘ala Aali Sayyidina Muhammad"
”Ya Allah limpahkanlah sholawat_Mu kepada Sayyidina Muhammad dan keluarga Sayyidina Muhammad,”
Maka berkat sholawat kepadamu itulah, madu kami menjadi manis.”

Subhanalloh . . .

Pesan Baginda Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam :

"Perbanyaklah membaca sholawat untukku, maka aku akan menjadi saksi dan pemberi syafa'at (penolong) bagimu di hari Kiamat kelak."

محمد سيد الكونين والثقليــــن والفريقين من عُرْب ومنْ عجــمِ


Muhammadlah pemimpin dunia akherat ♡
Pemimpin jin dan manusia, bangsa Arab dan non Arab .

نبينا الآمرُ الناهي فلا أحــــدٌ أبرَّ في قولِ لا منه ولا نعــــمِ


Nabilah pengatur kebaikan pencegah mungkar ♡
Tak satu pun setegas ia dalam berkata ya atau tidak .

هو الحبيب الذي ترجى شفاعـته لكل هولٍ من الأهوال مقتحـــمِ


Dialah kekasih Allah yang syafa’atnya diharap ♡
Dari tiap ketakutan dan bahaya yang datang menyergap .
 

MU`MIN BAGAIKAN LEBAH

(kajian hadirs riwayat Ahmad dari Ibn Amr)

A. Teks Hadits dan Tarjamahnya

عن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تُكْسَرْ وَلَمْ تَفْسُدْ ْ


Diriwayatkan dari Abd Allah bin Amr bin al-Ash.[1] Sesungguhnya dia mendengan Rasul SAW bersabda: Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, perumpamaan orang mu`min bagaikan lebah. Lebah itu memakan makanan yang baik-baik dan mengeluarkan yang baik pula. Tidak jatuh tatkala menghinggapi dan tidak mematahkan yang dihinggapi. Hr. Ahmad (164-241H).[2] Musnad Ahmad, II h.199

Mufrodat (kata-kata penting) :
· اِنَّ : sesungguhnya
· مَثَلَ : perumpamaan
· النَّحْلَةِ : lebah
· اَكَلَتْ : makan
· طَيْبًا : yang baik
· وَضَعَتْ : mengeluarkan
· وَقَعَتْ : hinggap
· تُكْسَرْ : memecah
· تُفْسَدْ : merusak

B. Syarh Hadits

Kalimat

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ

adalah sumpah Rasul SAW. Yang ditegaskan oleh beliau pada hadits ini adalah

بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ


sesungguhnya perumpamaan orang mu`min bagaikan lebah.

Kemudian beliau terangkan sifat lebah yang paling meninjol adalah أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تُكْسَرْ وَلَمْ تَفْسُدْ ْ memakan yang baik, mengeluarkan yang baik-baik. Jika lebah itu hinggap tidak menimbulkan terjatuh, dan tidak merusak yang dihinggapinya, perkataan أَكَلَتْ dan وَضَعَتْ serta تَفْسُدْ menggunakan kata kerja ma’lum (aktif), yang pelakunya adalah النَّحْلَةِ. Sedangkan perkataan تُكْسَرْ dalam bentuk majhul (pasif) berasal dari kata كُسِرَت yang berarti terjatuh. Tegasnya keistimewaan lebah itu

(1) memakan yang baik,
(2) mengeluarkan yang baik,
(3) tidak terjatuh tatkala hinggap di ranting yang serapu apapun 
(4) tidak pula menimbulkan kerusakan bagi yang dihinggapinya. Hadits ini mendorong mu`min untuk menganalisis ayat qauliyah berupa sabda Rasul dan ayat kauniyah berupa makhluq Allah utamanya lebah. Allah SWT berfirman:

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ


Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”(*

ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ


kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. Qs.16:68-69.

Ayat ini menyerukan agar mu`min mempelajari kehidupan lebah dan sekaligus mengambil manfaat darinya, utamanya antara lain (1) kehidupan lebah benar-benar atas petunjuk Allah yang mengilhamkannya, (2) bagaimana lebah membuat sarang, (3) bagaimana mereka menjaga lingkungan sekitar, (4) apa yang dimakan lebah, (5) apa yang diproduksi lebah? (6) perjalanan lebah yang demikian jauh, tapi tidak tersesat, (7) madu yang menjadi minuman lezat sekaligus obat, (8) lebah sebagai ayat Allah yang bersifat kawniyah yang mesti dipelajari. Jika pada kalimat sebelumnya mu`min diumpamakan emas murni yang melambangkan kemuliaan derajat, kekuatan pendirian, dan kekokohan aqidah, maka di sini diumpamakan lebah yang selalu memberi manfaat kepada makhluq lain. Tegasnya perumpamaan emas melambangkan mu`min sebagai individu, perumpamaan lebah melambangkan mu`min sebagai kelompok.

Sekilas tentang Lebah

Untuk mengetahui keistimewaan mu`min yang diumpamakan lebah secara jelas dan rinci mesti menganalisis terlebihi dahulu sifat lebah itu sendiri. Di bawah ini dikutip penjelasan tentang lebah dari situs internet.[3] Lebah adalah jenis insekta yang hidup secara berkelompok (koloni) seperti bangsa semut, rayap dan sejenisnya. Jumlah populasinya sangat tergantung dari jenis lebah ratunya.

Lebah madu unggul asal eropa populasinya 10.000 sampai 100.000 ekor perkoloni sedang lebah lokal 20.000 sampai 40.000 ekor perkoloni

Jumlah populasi ini juga sangat bergantung pada kualitas dan potensi lebah ratu.

Kemampuan bertelur setiap lebah ratu tidak sama tergantung dari pemeliharaan dan pembudidayaan. Namun lebah memiliki keunikan tersendiri. Kelompok lebah tak ubahnya seperti kehidupan sosial manusia.

Dalam suatu koloni lebah terdapat 3 kasta yang dipimpin oleh ratu lebah dan terdapat ribuan ekor lebah pekerja dan lebah jantan membangun sarang bersama sama. Mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas masing masing. Jika sarang sarang telah dibangun maka ratu lebah akan bertelur sebanyak banyaknya. Karena itu setiap periode koloni lebah akan bertambah.Secara sekilas antara lebah ratu, lebah jantan dan lebah pekerja tak ada perbedaan. Tetapi jika diamati secara seksama, maka ketiga golongan lebah dalam satu koloni memiliki beberapa perbedaan. Susunan dan ukuran tubuh masing masing golongan lebah disesuaikan dengan tugas yang dilaksanakan oleh lebah itu. Misalnya lebah ratu, karena tugasnya hanya bertelur, maka tubuhnya lebih besar dari lebah jantan dan lebah pekerja. Sedangkan lebah jantan ukurannya lebih besar dari lebah pekerja. Jadi lebah pekerja memiliki bentuk tubuh yang paling kecil.

Mu`min yang Seperti Lebah

1. Memberi Manfaat yang banyak

Rasul SAW mengumpamakan mu`min bagaikan lebah mengandung anjuran untuk mempelajari makhluq Allah SWT tersbut sekaligus menirunya dalam hal tertentu. Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peran dan tugas apa pun yang dia emban akan selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijsabdakan Rasulul saw.,

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ


manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi yang lainnya.Hr.al-Thabarani.[4] Redaksi lainnya berbunyi

خير الناس أنفعهم للناس


Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”Hr. al-Qadla`iy.[5] Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera membutuhkan manusia-manusia seperti itu. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peran dan fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera.

Sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar mu`min meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah. Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang difirmankan-Nya

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ


“Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.

ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ


Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69).

2. Hinggap dan menyerap yang bersih

Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini:

أَكَلَتْ طَيِّبًا


Hinggap di tempat yang bersih, menyerap hanya yang bersih. Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar. Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ


“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu.”(Al-Baqarah: 168).

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ


Yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157).

Dengan demikian orang mu`min memilih yang baik bukan hanya zatnya, tapi juga sifat serta cara mendapatkannya.

3.Mengeluarkan yang bersih.

Dalam hadits yang dibahas ditandaskan bahwa lebah itu وَوَضَعَتْ طَيِّبًا mengeluarkan yang bersih. Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikan. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan: liurnya!. Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ


“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77).

Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu”

(ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ).


Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya. Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan, juga mengandung ma’na apa yang di sisi hatinya bebas dari noda dan dosa. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

 
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Qs.49:11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ


Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Qs.49:12

4. Tidak mudah jatuh

Dalam hadits ditandaskan

وَوَقَعَتْ فَلَمْ تُكْسَرْ


walau hinggap di ranting yang rawan tidak jatuh. Seorang mu`min tidak mudah dijatuhkan, karena mempunyai kekuatan walau di tempat yang rawan, mereka bagaikan barisan yang kuat dan bangunan yang kokoh, tidak mudah dirobohkan. Allah SWT berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ


Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. Qs.61:4

5.Tidak merusak

Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, وَلَمْ تَفْسُدْ ْ lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun: baik material maupun nonmaterial. Allah SWT berfirman:

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ


Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Qs.7:56.

Bahkan orang mu`min selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu. Allah berfirman:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ


Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.Qs.9:71

6.Bekerja keras

Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ “Maka apabila kamu telah selesai(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Qs.94: 7).

7. Bekerja secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan.

Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkanferomon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman. Perhatikan kembali Qs.61:4, di atas serta Qs.9:71.

8.Melawan ketika diserang

Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari. Allah berfirman:
 

 وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ 

 
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Qs.2:190.

9. Senjata Yang digunakan Tidak menghancurkan

Telah diketahui bersama bahwa sengatan lebah, walau menyakitkan, tapi tidaklah menghancurkan, bahkan bisa menyembuhkan. Demikian pula sifat mu`min dalam berperang melawan musuhnya. Bukan menghancurkan musuh, tapi menyembuhkan mereka dari penytakit hatinya yang diderita. Ketika berperang mungkin saja orang kafir menderita kesakitan, tapi akhirnya mendapat kesembuhan.

[1] Abd Allah bin Amr bin al-Ash adalah shahabat yang masuk Islam sebelum ayahnya. Dia termasuk yang banyak sekali meriwayatkan hadits. Pada suatu saat dia bernadzar untuk shaum tiap hari, tahajjud tiap malam dan membaca al-Qur`an setiap sa’at. Rasul SAW mengoreksi kebiasaan dia dan memerintahkan untuk memenuhi hak jiwa raga dan keluarga. Dia juga mengawal ayahnya, Amr bin Ash menaklukan daerah Syam, dan Yarmuk. Dia wafat tahun 63 ada juga yang mengatakan tahun 65H dalam usia 72 tahun.

[2] Musnad Ahmad, II h.199

[3]mengenal-koloni-lebah-madu.html

[4] al-Mu’jam al-Kabir, XI h.84

[5] Musnad al-Syihab, IV h.365.

Foto Hadist ARAB in Indonesia.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar