Selasa, 08 September 2015

Mengapa Ada Kelompok-Kelompok dalam Islam?

Ini 7 Faktor Penyebabnya
Aswaja NU Center Jatim mengadakan dauroh Ahlussunnah Wal Jama’ah yang bertempat di Aula PWNU Jawa Timur. Kegiatan ini ditujukan untuk kader muda Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), khususnya yang sedang menempuh pendidikan di jenjang perkuliahan.

Kegiatan yang digelar akhir pekan kemarin (6/9) ini menarik minat kaum muda NU. Hampir 80 orang mendaftar sebagai peserta dauroh ini. KH Abdurrahman Navis selaku Direktur Aswaja NU Center Jatim menjelaskan, Dauroh Aswaja digelar untuk mematangkan kesiapan mahasiswa dalam menghadapi banyaknya kelompok agama, khususnya lingkungan kampus

Dalam kegiatan dauroh ini, terdapat empat materi yang diterima oleh para peserta. Sebelum memasuki materi pertama, pihak panitia memberikan pre-test kepada para peserta dauroh. “Pre-tes tini untuk mengukur tingkat keberhasilan dauroh ini sebab nanti di akhir dauroh juga akan diadakan post-test juga,” ujar Ustadz Fauzi, ketua panitia dauroh ini.

Setelah peserta selesai mengerjakan post-test, acara dilanjutkan kembali dengan pemaparan materi oleh beberapa pemateri yang telah disiapkan oleh panitia. Salah satu pemateri, Ustadz Faris Khoirul Anam menyampaikan, ada tujuh penyebab munculnya perbedaan di tengah umat Islam.

Pertama
adalah primordialisme kesukuan yang merupakan warisan jahiliyah.

Kedua
adalah faktor perebutan kekuasaan. “Sepeninggal Rasulullah terjadi perebutan kekuasaan antara kaum muhajirin dan anshar, namun bisa tereduksi dengan masih banyaknya pembesar di kalangan sahabat,” jelasnya.

Ketiga
adalah persinggungan dengan pengikut agama lain.

Keempat
adalah penerjemahan materi-materi filsafat.

Kelima
adalah kajian terhadap permasalahan-permasalahan yang sulit dipahami oleh akal.

Keenam
adalah metode pemahaman terhadap ayat-ayat mutasyabihat.

“Ayat-ayat mutasyabihat itu tidak bisa dipahami secara langsung, ada dua pendekatan. Pertama pendekatan atsariyah (literalis), kedua pendekatan nadhariyah (rasionalis),” jelasnya kepada peserta.

Maksud dari pendekatan atsariyah (literalis) adalah mengartikan teks al-Qur’an maupun hadits dengan apa adanya. Sedangkan maksud dari pendekatan nadhariyah (rasionalis) ialah menggunakan pentakwilan dan logika saat mencari arti dari teks yang sedang dilakukan.

KeTujuh
adalah Istinbanth al-Ahkam (penetapan hukum). Dari ketujuh penyebab itu, faktor pertama hingga keenam bisa menyebabkan ikhtilaf madzmum (perbedaan tercela/jelek). Sedangkan hanya yang ketujuh saja yang menyebabkan munculnya ikhtilaf mahmud (perbedaan yang baik/terpuji) yang mana sesuai dengan kaidah khilaful aimmah rahmatul ummah (perbedaan para imam adalah rahmat bagi umat).

“Hanya yang ketujuh saja yang memberikan kemanfaatan bagi masyarakat,” tutur alumni Al-Ahgaff University itu.

Pemateri lain yang turut mengisi dauroh ini adalah Ustadz Ma’ruf Khozin (dewan pakar Aswaja NU Center Jatim), Ustadz Ainul Yaqin dari MUI, dan Ustadz M Idrus Ramli (dewan pakar Aswaja NU Center Jatim).

Acara dauroh ini ternyata tidak hanya dihadiri oleh kader aswaja dari sekitar Surabaya, tapi juga dari Kediri, Pasuruan bahkan Pulau Madura. “Tertarik untuk mengikuti karena ingin menambah keilmuan tentang Aswaja,” ujar salah seorang peserta.

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar